“Boleh, tapi boleh aku mengatakan sesuatu terlebih dahulu?” Tanya Salma.
“Iya boleh.”
Salma teringat apa yang baru saja dikatakan Nanda tadi, dia tahu Fiki menyukainya. Salma berpikir mungkin saja kali ini Fiki berniat menyatakan perasaan padanya, namun sebelum itu dia harus mengatakan sesuatu.
“Terima kasih karena kakak sudah banyak membantuku, aku banyak belajar dari kakak, mungkin hari ini tidak akan berlalu seindah ini tanpa bantuan kakak.”
“Sama-sama aku sungguh senang bisa membantu.” Fiki tidak bisa menutupi ekspresi bahagianya, dia tersenyum mendengar apa yang dikatakan Salma.
“Namun ada satu hal yang menggangguku saat ini, aku merindukan seseorang.”
“Dia yang selama ini selalu ada di hatiku, tapi akhir-akhir ini perasaan kami sedang diuji.” Lanjut Salma.
“Hah?”
“Aku harap kisah cinta kakak selalu berjalan indah dan kakak akan bahagia dengan orang yang kakak cintai.” Salma tersenyum melihat Fiki.
Meski Salma merasa berat untuk mengatakan hal seperti ini setelah mengetahui bahwa Fiki menyukainya, namun menurutnya akan lebih baik dikatakan terlebih dahulu daripada harus menolaknya jika dia mengungkapkan perasaannya.
“Sudah, sekarang giliran kakak. Apa yang ingin kakak katakan?” Tanya Salma seakan tidak mengetahui apa-apa.
“Aku?” Fiki awalnya berniat untuk mengajak Salma ke suatu tempat yang bagus untuk menyatakan perasaannya, namun mendengar perkataan Salma sebelumnya membuatnya merasa kali ini lagi-lagi dia harus mengundur waktu atau bahkan membatalkan rencananya.
“Sekali lagi selamat ya Salma, kamu berada di titik ini karena usahamu sendiri. Apa pun yang akan kamu hadapi kedepannya yakinlah kamu pasti bisa melewatinya.” Fiki terlihat memaksakan senyumnya.
“Kakak juga, apapun masalahnya, kamu juga pasti bisa melewatinya.” Balas Salma merasa tenang karena Fiki terlihat baik-baik saja.
“…..”
Setelah Salma pergi, Fiki menelepon Nanda untuk mengajaknya bertemu.
‘’’’’
Malik melihat kiriman Salma yang membagikan momennya yang telah menyelesaikan sidang skripsi. Meski hanya melihat, Malik juga merasakan bahagia, “Alhamdulillah” Gumamnya.
Sekarang dia terus mencoba untuk melupakan Salma, namun entah sampai kapan dia sendiri pun tak mengetahuinya. Dia masih selalu ingin mengetahui kabar Salma meski hanya dari media sosial. Di saat Salma terlihat tenang dan bahagia dia juga merasakan begitu.
‘’’’’
“Kak Fiki” Nanda datang menghampiri Fiki yang telah menunggunya di sebuah kafe.
Mendengar seseorang memanggilnya, Fiki pun menoleh.
“Ada apa kak?” Tanya Nanda saat duduk di depan Fiki.
Fiki pun menceritakan apa yang dikatakan Salma padanya. Dia bertanya apa Nanda tidak memberitahu hal itu karena tidak tahu Salma menyukai orang lain.
“Sebenarnya aku tahu?” Jawab Nanda.
“Kenapa kamu tidak memberikan tahuku?”
“Dia pernah bilang akan melupakannya.”
“Apa?”
“Dari ekspresinya tadi sepertinya dia tidak sedikit pun ingin melupakannya.” Lanjut Fiki.
“Ya begitu lah, dia memang begitu. Aku juga bingung.”
Nanda menceritakan Salma yang menurutnya terjebak dalam cinta pertamanya. Sebelumnya juga ada beberapa orang yang mendekatinya, namun tanpa alasan yang jelas Salma menolak. Nanda mengatakan niatnya untuk mendukung proses pendekatan temannya ini dengan Fiki bermaksud untuk melepaskan Salma dari kisah masa lalunya yang belum berujung. Namun ternyata usahanya ini tak merubah apa pun, semua tetap sama, Salma belum bisa melupakan perasaannya pada orang yang masih sama pula.
“Maafkan aku, aku kira kali ini akan berhasil. Tapi ternyata dia masih belum bisa membuka hati untuk orang lain.” Nanda merasa bersalah.
“Tidak apa-apa, aku akan menunggunya, tetap kabari aku tentangnya apa kamu tidak keberatan?”
Nanda melihat Fiki dengan tatapan kasihan. “Kamu sungguh harus banyak bersabar.” Batinnya.
‘’’’’
Salma sedang makan bersama keluarganya di rumah. Ibu mempersiapkan hidangan lebih dari biasanya karena merasa bersyukur putrinya sudah menyelesaikan kuliahnya.
“Wah kakakmu sudah lulus Gani.” Ucap Bapak bangga dan menatap kedua anaknya bergantian.
“Maaf Bapak tadi tidak datang.” Lanjutnya.
Salma hanya tersenyum.
“Bapak rugi tidak datang ya kan dik? Kakak diberi buket bunga besar banget oleh seorang lelaki yang ibu dengar dia seorang dokter yang sudah bekerja.” Ucap Ibu terlihat bahagia.
“Oh itu kak Fiki, dia hanya kakak tingkatku, bukan siapa-siapa.” Salma merasa sedikit terganggu dengan yang dikatakan Ibu.
“Dia terlihat baik, oh mungkin belum haha.” Ibu menggoda Salma.
Bapak jua ikut tertawa, mendukung dengan apa yang dikatakan istrinya.
“Meski sedikit kalah tampan dengan Malik, namun dia cukup kok. Dia juga berprilaku baik dan pastinya mapan.”
“Aku memilih Malik.” Salma datar.
“Kamu tidak akan kenyang dengan melihat wajah tampannya saja.” Ibu terlihat kesal.
“Bagaimana dik kamu memilih siapa?” Ibu terlihat yakin Gani akan setuju dengannya.
“Malik” Jawab Gani singkat.
“Apa?”
“Sudahlah jangan ribut di depan makanan.” Bapak menengahi.
Mereka melanjutkan makanannya tanpa sepatah kata pun. Ibu terlihat kesal.
‘’’’’
Malik menghubungi Sarah untuk menanyakan kabar seperti biasanya, namun kali ini panggilannya tidak dapat terhubung. Setelah beberapa saat dia kembali mencoba dan hasilnya tetap sama penggilan masih belum bisa terhubung. Sepertinya ponsel Sarah tidak aktif. Malik pun mengurungkan niatnya “Mungkin ponselnya mati” Pikirnya.
‘’’’’
Hari ini Nanda datang ke rumah Salma, sebelumnya dia juga sering ke rumah namun akhir-akhir ini karena dia juga sibuk mempersiapkan sidang skripsinya yang akan dijadwalkan seminggu setelah Salma. Nanda datang hanya untuk menemui temannya yang juga sering ditemuinya di kampus, wajar saja Nanda tidak suka berdiam diri di rumah.
Nanda menceritakan pertemuannya terakhir kali dengan Fiki, mendengar temannya ingin menceritakan Fiki, Salma meminta Nanda untuk merendahkan suaranya karena takut Ibunya akan mendengar. Salma berpikir jika Ibunya mengetahui Fiki menyukainya, Dia pasti akan lebih didesak untuk segera melupakan Malik. Salma tidak ingin seperti itu.
“Ibuku sepertinya tertarik dengan Fiki.” Ucap Salma setengah berbisik.
“Benarkah?”
Nanda mengatakan kalau Fiki masih mengharapkannya dan berharap Salma bisa memberi balasan yang positif.
“Sepertinya aku tidak bisa Nan.” Salma melihat Nanda dengan tatapan menyerah.
“Kenapa kamu tidak mencobanya.”
Salma mengatakan bahwa dia sebenarnya hanya merasa yakin dengan Malik, dia berpikir seperti itu karena dia sudah mengenal orang yang dicintainya dari lama. Salma belum terpikir untuk bisa berpaling pada orang yang baru dikenalnya.
“Aku perlu waktu untuk mengenali dan mencoba menyukai seseorang. Mungkin itu juga alasan aku untuk perlu waktu yang panjang pula untuk melupakan.”
“Salma aku tidak memaksamu, tapi aku ingin membantumu aku akan membantumu untuk membuka hati pada Fiki, meski kamu belum lama mengenalnya tapi aku sudah cukup mengenalnya. Aku yakin dia orang baik Sal.” Nanda melihat Salma.
“Maafkan aku karena merepotkan kamu.” Ucap Salma merasa bersalah.
Nanda menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Sangat berbeda dengan diriku yang hanya butuh dua minggu untuk menerima Indra waktu itu.” Nanda tersenyum sinis.
“Mengapa? Apa kamu merasa tidak yakin.”
“Entahlah, aku sungguh menyukainya, tapi…kami sudah cukup lama tidak bertemu.”
“…..”
‘’’’’
Sudah tiga hari Sarah tidak bisa dihubungi, Malik mulai merasa khawatir. Dia berpikir untuk mencoba menghubungi orang lain yang bisa memberinya kabar mengenai keadaan Ibu dan adiknya. Dia menggulir daftar nomor yang disimpan di ponselnya. Setelah beberapa saat melihat-lihat, Malik mendapati nomor Salma dan menghentikan gerakan jemarinya yang sedari tadi menggulir layar ponselnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments