Fiki berencana untuk menemui Salma. Dari informasi Nanda, Salma hari ini akan pergi ke perpustakaan mencari tambahan sumber bacaan untuk presentasi pada sidang skripsinya nanti. Fiki akan mencoba untuk sedikit membantunya dan menemaninya saat belajar jika kondisinya nanti memungkinkan.
Salma sedang berada di perpustakaan. Fiki senang bisa bertemu Salma setelah beberapa hari tidak bertemu terakhir kali saat bersama di pinggir jalan waktu itu. Sebelum datang menghampiri Salma, Fiki terlebih dahulu memperhatikannya dari kejauhan di samping rak-rak buku sembari membaca buku agar tidak dicurigai oleh orang yang melihatnya. Dia melihat keadaan yang tepat untuk datang mendekat serta sedikit mempersiapkan diri. Dia menyukai Salma jadi pantas saja dia merasa gugup dan perlu beberapa waktu untuk menormalkan ritme jantungnya.
“Hai Salma” Fiki mulai menyapa.
“Hai kak Fiki.” Salma berbalik ke arahnya.
Fiki menawarkan bantuan untuk membawa beberapa buku yang sedang dipegang Salma. Meski awalnya menolak, namun Salma sadar merasa kesulitan karena perlu mencari beberapa buku lagi dia pun menyerahkan beberapa buku di tangannya pada Fiki. Fiki tetap berdiri di sampingnya dengan membawa beberapa buku yang diberikan Salma padanya, sementara itu Salma yang masih sibuk mencari buku di rak-rak tempat buku tersusun.
Setelah Salma selesai memilih buku, dia menggiring Fiki menuju tempat duduk para pembaca. Fiki dengan sigap berjalan mengikuti langkah Salma.
“Terima kasih.” Ucap Salma pelan setelah Fiki meletakkan buku di atas meja.
“Sama-sama” Balas Fiki juga dengan pelan sembari tersenyum tanda bahwa dia tidak sedikit pun merasa keberatan sudah membantu.
“Ya ampun, aku hampir lupa, kakak libur kerja?”
“Hari ini aku shift malam hehe.”
“Oh begitu.”
“Terima kasih banyak kak, maaf sudah merepotkan.” Lanjut Salma
“Sama sekali tidak.” Balas Fiki sembari tersenyum.
“Oh iya kamu harus fokus pada alasan mengapa kamu menyimpulkan hasil penelitian yang kamu tuliskan.” Fiki hampir seperti berbisik. Di dalam perpustakaan mereka tidak diperbolehkan berbincang karena akan mengganggu pembaca lain.
“Oh begitu.”
Fiki terus memberikan saran-saran dan pengalamannya pada Salma dan Salma selalu menerima saran-saran tersebut dengan tanggapan yang baik. melihat Salma yang mempelajari buku sesuai arahannya, Fiki merasa bahagia, Salma sangat menghargainya.
Bukan hanya Salma yang terlihat sibuk membaca buku, tapi mereka lebih terlihat belajar bersama. Fiki yang juga beberapa kali mendapat pertanyaan dari Salma, nampaknya mereka seperti sedang diskusi belajar atau lebih tepatnya seperti siswa dengan guru privat. Mendapat kesempatan bersama orang yang berpengalaman membuat Salma tanpa sungkan bertanya beberapa hal demi kelancaran sidangnya nanti.
Tidak terasa sudah sekitar tiga jam mereka menghabiskan waktu bersama. Salma memilih untuk menyelesaikan belajarnya hari ini. Mereka pun keluar perpustakaan.
“Terimakasih banyak ka atas segala ilmunya, maaf jika aku menghabiskan waktu kaka.” Ucap Salma menyadari dia sungguh merepotkan Fiki.
“Sama-sama, aku suka melakukannya.” Balas Fiki juga dengan senyumnya.
Fiki merasa sangat senang bisa membantu Salma.
Salma juga tersenyum.
“Ya sudah aku duluan ya ka.”
“Tunggu Salma, kalau kamu tidak keberatan, mau kita makan bersama? jujur aku merasa lapar hehe”
“Boleh”
‘’’’’
Sepulang dari sekolah, di tengah-tengah istirahatnya Malik teringat Ibunya, dia segera mengambil ponsel.
“Assalamualaikum ka.” Ucap Sarah dari telpon.
Seperti biasa Malik meminta Sarah untuk menyerahkan ponsel pada Bu Siti.
‘’’’’
“Sarah” Gani memanggil Sarah setelah keluar kelas untuk pulang.
Lagi-lagi Gani membicarakan tentang kakak mereka. Dia menceritakan apa yang dikatakan orang tuanya pada Malik saat meminta izin melamar Salma, orang tuanya meminta untuk mempertimbangkan, bukan menolak. Gani memberitahu agar Sarah tidak salah paham dan merasa berkecil hati karena kakaknya di tolak.
“Apa bedanya? Mempertimbangkan sama saja menolak secara tidak langsung.” Balas Sarah mendengar penjelasan Gani.
“Itu jelas berbeda” Tegas Gani.
“Jika di tolak itu sudah pasti tidak ada harapan, sedangkan kalau diminta mempertimbangkan asalkan punya alasan kuat atas sesuatu kamu bisa saja mendapatkannya.” Lanjutnya.
“Kamu benar, tapi bagi kami dalam hal ini, itu sama saja.” Balas Sarah.
“Coba bayangan kalau kita berada di posisi mereka, apa yang akan kamu lakukan?”
“Aku akan melakukan hal yang sama seperti kakakku.”
“Sarah, aduh sepertinya kamu memang tidak mengenal kakakmu.”
“Aku tahu kak Malik dan kak Salma sudah lama saling menyukai” Lanjut Gani.
Gani sudah beberapa tahun terakhir memperhatikan gerak gerik kakaknya dan Malik. Itu berawal saat dia tidak sengaja melihat Malik begitu memperhatikan kakaknya dari kejauhan. Karena penasaran, Gani juga memperhatikan Salma yang dia dapati juga diam-diam memperhatikan Malik. Itu terus Gani lakukan setiap ada kesempatan Malik dan Salma dalam satu kegiatan atau bertemu. Meski mereka tidak pernah saling menyapa namun mereka ingin melihat satu sama lain. Selain itu, yang membuat Gani yakin adalah kakaknya yang tidak pernah terdengar memiliki pacar dan begitupun dengan Malik. Berbeda dari kepulangan Malik terakhir kali, Salma terlihat lebih bahagia. Namun kebahagiaan itu nampaknya tidak bertahan lama, setelah Malik kembali ke kota Salma terlihat tidak sebahagia itu lagi.
‘’’’’
Bapa dan Ibu hari ini pergi untuk memenuhi undangan pelantikan perangkat kerja yang baru. Di rumah tersisa Salma dan Gani.
Salma sedang membaca buku. Sidang skripsi yang sudah semakin mendekat membuatnya harus benar-benar fokus mempersiapkannya. Selain membaca buku dia juga belajar dari internet baik itu dari video maupun web-web yang tersedia.
Saat asyik belajar, tiba-tiba ponsel Salma berbunyi.
“Halo, assalamualaikum.”
“Wa’alaikumussalam Salma, kamu sibuk?”
“Cuma lagi baca-baca, kenapa memangnya Nanda?”
“Aku mau cerita aja”
“Ayok cerita apa?” Salma berpikir dia harus rehat sejenak.
Nanda mengatakan hal-hal baik tentang Fiki seperti yang dimintanya. Nanda menceritakan Fiki yang selalu mendapatkan peringkat kelas dan sering memenangkan perlombaan saat di bangku sekolah. Selain itu, dia juga menceritakan Fiki yang banyak membantunya saat dia ingin masuk kuliah.
“Oh dia memang baik kepada semua orang” Balas Salma.
“Mungkin seperti itu, tapi dia tidak mudah dekat dengan sembarang orang.” Nanda takut Salma berpikir Fiki berbuat baik padanya kemarin karena itu adalah hal yang juga sering dilakukannya pada siapa pun.
“Oh begitu.”
“….”
Salma menerima cerita Nanda, namun dia seperti biasa-biasa saja.
“Fiki harus sabar.” Gumam Nanda setelah menutup telepon.
,,,,,
Seperti biasa saat di rumah, selain mengerjakan tugas sekolah Gani memainkan ponselnya. Dia jarang berbicara dengan kakaknya. Namun kali ini Gani berniat untuk menanyakan perihal Malik, dia pun mendekati kakaknya dan bertanya apakah kakaknya benar-benar menyukai Malik.
“Apa yang kamu bicarakan.” Salma terkejut mendengar Gani.
Salma berpikir mengapa adiknya memikirkan hal seperti itu? Dari mana dia tahu? Dan mengapa ingin tahu?. Gani jarang berbicara padanya, biasanya hanya berbicara jika ada keperluan saja, namun kali ini nampaknya agak berbeda.
“Apa kakak menyukai Malik?” Gani kembali menanyakan hal yang sama.
“Hahaha kalau iya apa yang akan kamu lakukan?” Salma sedikit menantang.
“Aku akan membantu kakak.” Gani tersenyum menunjukkan seolah dia bisa melakukannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments