Rantai Putus

Hari ini, Salma bertemu dengan Fadil, lelaki yang kemarin melamarnya. Meski sebenarnya dia sibuk dengan pekerjaannya sebagai seorang manajer perusahaan, namun dia tetap menyempatkan waktunya untuk bisa menemui Salma. Salma mengajaknya untuk bertemu di sebuah kafe dan Fadil pun menyetujui.

Salma datang lebih dahulu di tempat yang mereka janjikan untuk bertemu. Setelah beberapa saat datang seorang lelaki yang menghampirinya.

“Apa kamu Salma?” Tanya lelaki itu.

“Iya.” Jawab Salma.

Lelaki yang datang itu adalah Fadil. Mereka baru pertama kali bertemu dan belum pernah berbicara satu sama lain. Beberapa tahun yang lalu, saat Salma bersama Bapa menghadiri undangan dari salah satu rekan kerjanya. Fadil melihat Salma, namun sepertinya Salma tidak melihatnya. Beberapa minggu yang lalu, orang tua Fadil menawarkannya untuk segera menikah karena melihat pencapaiannya dalam pekerjaan sudah cukup untuk bisa membangun sebuah keluarga dengan penghasilannya sendiri. Awalnya Fadil bingung ingin memilih siapa sebagai calon istrinya karena dia baru saya putus dari pacarnya sekitar 3 bulan yang lalu dan saat itu dia belum memikirkan satu perempuan pun. Ayahnya mempertimbangkan Salma sebagai calon istrinya karena mereka sudah mengenal Bapa dan mengetahui Salma yang juga bukan orang sembarangan, dia seorang sarjana dokter yang belum lama lulus dan sudah bekerja. Mengingat dia pernah melihat dan mengakui Salma yang juga cantik, tidak memerlukan waktu yang lama untuk berpikir, Fadil menyetujui pendapat ayahnya itu.

“Aku Fadil.” Fadil segera duduk menghadap Salma sembari tersenyum.

“Maaf jika membuatmu menunggu.”

“Tidak apa-apa.”

Fadil merasa senang, melihat Salma yang sungguh sesuai dengan ekspektasinya “Cantik” Pikirnya.

“Oiya Fadil, aku langsung ke inti yang ingin aku bicarakan ya.”

“Iya silakan.” Fadil dengan senang hati.

Salma tidak ingin membohongi siapapun yang akan menjadi suaminya nanti. Maka dari itu, Salma akan memberitahukan perasaannya yang sebenarnya bahwa dia sekarang sedang menyukai orang lain yaitu Malik. Menurutnya akan lebih baik memberi tahu dari awal agar nanti tidak ada salah paham dan bisa mengecewakan.

“Mengenai pernikahan kita, sebenarnya aku menyukai orang lain.” Ucap Salma.

“Apa?” Fadil nampak terkejut.

“Aku menyukai orang lain.” Salma mempertegas.

“Apa dia pacarmu?” Fadil bertanya mulai terlihat gelisah.

“Bukan.” Salma menggelengkan kepalanya.

“Lantas siapa?”

“Maafkan aku.”

Fadil diam, merasa terkejut dan memikirkan apa yang harus dia katakan.

“Oke terimakasih atas kejujurannya. Dari sekarang lupakan dia dan kita mulai.” Fadil masih mengharapkan Salma.

“…..”

‘’’’’

Gani melihat Sarah dari kejauhan sedang menggiring sepedanya.

“Sarah” Gani menghentikan motornya dan berjalan memeriksa rantai sepeda Sarah yang putus.

Sarah terkejut melihat kedatangan Gani.

“Apa sudah dari jauh kamu seperti ini?”

Sarah mengangguk.

“Sini.” Gani segera mengambil alih Sarah untuk menggiring sepeda itu.

“Gani biar aku saja.”

“Bengkel di seberang sana, kamu tunggu disini, jangan kemana-mana jaga motorku.” Gani melanjutkan langkahnya.

Setelah beberapa saat mengantar sepeda Sarah, Gani kembali.

“Paman bengkelnya sedang tidak ada, kata anaknya dia baru pergi dan sepertinya akan lama kalau menunggu. Bengkel lain cukup jauh dari sini.”

“Ikut aku saja Sarah. Kak Malik ada di rumah kan, nanti sore kamu bisa mengambilnya.”

“Oh tidak perlu, aku bisa menghubungi kakakku sekarang.”

“Aku juga ingin pulang melewati rumahmu seperti biasanya, apa kamu ingin merepotkan kakakmu.”

Sarah terdiam.

“Sudahlah ayo naik.” Gani seperti sedikit memaksa.

Memikirkan jika menghubungi Malik akan merepotkan kakaknya seperti yang dikatakan Gani, dia pun memutuskan untuk menerima tawaran Gani.

“Sarah apa kamu akan kuliah dokter?” Tanya Gani setelah diam beberapa saat seraya tetap melajukan motornya.

“Katanya ingin seperti kak Salma.” Lanjutnya.

“Entahlah, kuliah dokter tidak lah murah.. sepertinya aku tidak bisa.”

“Kamu bisa cari beasiswa, seperti kak Salma dia kuliah dulu juga dengan beasiswa.”

“Aku tidak sepintar dia.”

“Coba dulu, tapi siapa bilang dia pintar, eh.”

“Wah kamu bilang kakakmu dokter itu tidak pintar ya.”

“Aduh keceplosan.”

“Haha.”

Mereka tertawa.

“Kamu bagaimana? Kuliah?” Sarah balik bertanya.

“Aku masih bingung mau jadi apa.”

“Bukankah kamu mau seperti kakakku, bekerja merantau di kota?”

“Aku juga tidak sepintar kakakmu haha.”

“….”

‘’’’’

Saat pulang menuju rumahnya, Salma melihat Malik berada di depan rumahnya. Mereka melihat satu sama lain. Menyadari itu, Malik segera mengalihkan pandangannya. Tanpa pikir panjang Salma menghentikan motornya di depan rumah Malik. Malik yang mengetahui itu segera masuk ke dalam rumahnya. Sedang Salma terdiam melihat Malik yang menghilang dari pandangannya.

Salma kembali melajukan motornya.

‘’’’’

Gani dan Sarah akhirnya sampai. Sarah segera turun dan berterima kasih pada temannya itu karena sudah memberikannya tumpangan dan membantunya.

“Sama-sama.” Balas Gani sembari tersenyum dan ingin melajukan motornya.

“Kak Malik.” Gani melihat Malik yang baru keluar dari rumah, dia pun mengurungkan niat untuk segera pulang.

“Gani.” Malik balas menyapa.

Malik merasa bingung karena melihat adiknya pulang tanpa membawa sepedanya. Sarah pun menceritakan yang terjadi padanya, sedang Gani masih di motornya juga ikut menyimak cerita Sarah. Mendengar Gani membantu adiknya, Malik pun berterima kasih.

“Tidak masalah kak hehe.”

Terlihat Malik dan Sarah ingin memasuki rumah.

“Kak Malik, apa kamu sibuk?” Gani menghentikan Malik yang ingin masuk ke rumahnya.

“Tidak juga, ada apa?”

Sarah juga berhenti ketika mendengar Gani memanggil kakaknya. Melihat Sarah masih di tempatnya, Malik mengisyaratkannya untuk segera masuk. Sarah masuk ke rumah, sedang Malik menghampiri Gani.

Gani mengajak Malik untuk duduk di pos yang tidak jauh dari situ. Gani mengatakan bahwa dia ingin membicarakan Salma.

“Gani aku tidak memiliki hubungan apapun dengan kakakmu.” Malik mengatakan dengan tegas.

“Benarkah?” Gani terlihat sedikit putus asa, dia menghembuskan napasnya.

“Kenapa? Ini bukan kali pertama kamu membahas kakakmu denganku.”

Gani menceritakan bahwa ada yang melamar Salma. Dia hanya memastikan dan mengatakan bahwa dia mendukung hubungan Malik dengan kakaknya.

“Kak Salma pernah bilang kalau dia menyukaimu. Bukan bilang denganku, tapi dengan orang tua kami.” Ucap Gani terlihat khawatir.

“Ternyata bukan hanya orang tua kami yang akan melukainya karena terlihat tidak begitu mendukung dengan apa yang dia katakan, tapi juga kamu. Ternyata perasaannya tidak berbalas.” Lanjut Gani.

‘’’’’

Fadil mengatakan pada ayahnya bahwa dia tidak jadi menikahi Salma. Ayahnya menanyakan alasan mengapa dia tiba-tiba ingin seperti itu setelah menemui Salma. Fadil mengatakan bahwa dia dan Salma tidak memiliki kecocokan. Meski sebenarnya bukan itu alasannya, namun Fadil tidak ingin Salma yang akan disalahkan sendiri.

Orang tua Fadil menghubungi Bapa untuk menyampaikan bahwa rencana mereka untuk menikahkan kedua anak mereka dibatalkan karena alasan yang seperti disampaikan Fadil. Mengetahui itu, Ibu memanggil Salma yang baru saja tiba di rumahnya.

“Salma, apa yang kamu katakan pada Fadil.” Ibu terlihat kecewa.

“Maafkan aku bu.” Salma melanjutkan langkah menuju kamarnya.

“Jangan bilang kamu yang membuat dia membatalkan pernikahan ini.”

Salma menghentikan langkahnya tanpa menjawab sepatah katapun.

"Maaf." Salma memeluk Ibunya.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!