Menyerah?

“Salma.” Balas Malik.

“Iya ini aku.” Salma senang mendengar Malik langsung mengenalinya.

“Ada apa?” Tanya Malik, dia merasa khawatir.

“Aku juga menyukaimu, kita memiliki perasaan yang sama.”

“Apa?” Malik tiba-tiba merasakan hatinya kembali sakit. Mendengar ucapan Salma membuat dirinya lemah.

“Aku tidak mengerti apa yang kamu katakan.” Lanjutnya setelah sejenak terdiam, Malik tetap kuat dengan tekadnya yang ingin melupakan Salma.

“Malik, aku baru mengetahui kalau kamu datang ke rumahku kemarin, ini pasti karena apa yang orang tuaku katakan, aku benar kan?” Suara Salma terdengar sempat tercekat, namun dengan penuh semangat dia terus melanjutkan, berharap apa yang dia pikirkan itu benar.

“Tidak, kamu salah.”

“Malik kamu tidak perlu..”

“Sudahlah Salma, aku tidak seperti yang kamu pikirkan. Aku tidak pernah bilang kalau menyukaimu kan?.”

“Aku akan menganggap tidak mendengar pengakuanmu yang menyukaiku. Aku akan melupakannya, jadi kamu tidak perlu malu dan khawatir.” Lanjutnya.

“Apa?” Salma tak pernah menyangka Malik berkata begitu.

“Hanya satu hal yang akan aku ingat tentangmu. Kamu menyerahkan semua mengenai pernikahan pada orang tuamu. Meski ternyata kamu menyukaiku sekarang, aku yakin kamu bisa melewatinya. Jadi, tetaplah seperti itu.” Malik berusaha tetap terdengar tenang.

“Malik.”

Malik yang mendengar perempuan yang dia cintai melirih sedih tak bisa menahan air matanya. Rasa rindu sekaligus sakit dan khawatir sedang menyelimutinya saat ini.

“Salma aku sibuk, aku akan menutup telepon.” Malik mengakhiri panggilan telepon. Dia terduduk lemas menahan sakit hatinya yang dipaksa untuk merelakan seseorang yang selalu ada di hatinya.

Salma yang menyadari panggilan teleponnya dengan Malik sudah berakhir, tak kuasa menahan air matanya. Salma dan Malik sama-sama menangis meratapi perasaan mereka di tempat yang berbeda.

Gani ingin meminjam sesuatu pada Salma untuk keperluan tugas sekolahnya, dia pun membuka pintu kamar kakaknya.

Gani melihat Salma menangis sembari menelepon seseorang yang tidak menyadari keberadaannya. “Malik” terdengar Salma mengatakan itu di tengah tangisnya. Gani tidak ingin mengganggu, dia memilih keluar dan kembali menutup pintu. “Malik?” Gani berpikir namun memilih untuk tidak begitu memikirkannya. “Tapi….” Pikirnya lagi.

‘’’’’

Nanda dan Indra kembali berpisah setelah menghabiskan waktu bersama.

Nanda melihat ponselnya dan mendapati pesan masuk dari Fiki. Dia tak memainkan ponselnya saat bersama pacarnya. ‘Maaf baru balas, aku hari ini tidak bersamanya’ Nanda mengirim pesan balasan.

‘’’’’

Gani berpikir kakaknya menangis karena Malik, namun dia belum yakin dengan alasan yang membuat kakaknya terlihat begitu terluka.

Gani teringat saat Malik ke rumah, Bapak mengatakan untuk mempertimbangkan keinginannya melamar Salma. Gani berpikir mungkin Malik menjauh dari kakaknya karena hal itu.

‘’’’’

Gani sedang berjalan-jalan sore di sekitaran kampung. Sebenarnya dia ingin bertemu dengan Sarah untuk menanyakan tentang Malik. Apakah Malik juga terlihat sedih? Apa dia juga tak bisa menerima kenyataan yang ingin memisahkannya dengan Salma?. Namun, saat Gani melewati jalan di depan rumah Sarah, dia tak melihat Sarah. Setelah beberapa saat melalui rumah temannya itu, dia kembali dan lagi-lagi tak melihat Sarah. Gani berhenti di pos dan memilih menunggu di sini. Dari sini, dia bisa melihat jelas bagian depan rumah Sarah dan akan memperhatikan kalau sewaktu-waktu temannya itu keluar rumah.

Sembari menunggu Sarah yang belum saja terlihat dari pandangannya, Gani memainkan ponselnya. “Aku bahkan tak punya nomornya.” Gumamnya sembari menghembuskan nafasnya dengan kasar.

Setelah beberapa saat berada di pos hingga menjelang magrib, Sarah masih tak terlihat keluar dari rumahnya. “Sudahlah” Gani memutuskan untuk kembali ke rumah.

‘’’’’

Salma masih termenung di kamarnya. Meski sudah dapat mengakhiri tangisnya, namun rasa sakitnya belum sepenuhnya hilang. Dia menyadari bahwa tidak semudah itu untuk menyerahkan masalah pernikahan kepada orang tua, terlebih jika sudah menyukai seseorang. Memang dia tidak menyalahkan pendapatnya dulu yang berpikir orang tua pasti tahu yang terbaik untuk anaknya, namun ini masalah perasaan, yang sekarang dia rasakan dan pikirkan lebih dari hal lain yang juga dianggap penting. Dan dia juga berpikir Malik adalah lelaki yang baik, dia menyukainya karena dia baik dan bahkan dari yang dia lihat hubungan antara orang tuanya dengan lelaki yang disukainya itu juga baik. Apa yang membuat Malik di tolak? Apa hanya karena status sosial Malik yang bukan dari keluarga berada dan pekerjaannya? Lantas bagaimana sikap dan perilaku baiknya? Apakah menjadi tidak bernilai?. Salma merasa bingung antara merelakan atau tetap mempertahankan cintanya.

Berbeda dengan Malik, meski juga merasakan sakit dan rasa cinta yang belum bisa hilang sama seperti Salma, namun dia lebih merasa khawatir. Sudah beberapa hari setelah Malik kembali ke kota Salma tidak terlihat mengirimkan satu kiriman pun di media sosialnya. Tidak seperti biasanya yang kadang Salma selalu membagikan sesuatu setidaknya seminggu sekali. Terhitung dari kiriman terakhirnya saat hari raya hingga sekarang sudah lebih dari seminggu Salma tidak melakukan hal itu.

Meski rasa khawatir terus menyelimutinya, teringat kata-kata yang diucapkan Salma pada hari itu yang mengatakan bahwa dia menyerahkan semua keputusan tentang pernikahannya pada orang tuanya, membuat Malik yakin Salma bisa mengendalikan perasaanya dan terus berjuang untuk kuliah demi masa depan. Malik juga teringat senyum manis Salma yang membuatnya kembali merasakan sakit. Namun bagaimana pun dia harus tetap merelakan Salma orang yang dicintainya, dia harus memulai untuk melupakan demi Salma dan dirinya sendiri agar tidak terpuruk dalam waktu yang lama. Pekerjaan Malik untuk mengoreksi tugas siswa sudah menumpuk karena kegelisahan hatinya akhir-akhir ini sudah seharusnya menjadi alasan untuknya kembali bergerak, menyibukkan diri agar sedikit menghilangkan pikirannya yang ingin selalu mengingat momen manis singkatnya bersama Salma saat di kampung kemarin.

Malik sebenarnya sudah dari lama menyukainya Salma, namun perasaannya kali ini adalah perasaan suka terbesar yang dia pernah rasakan. Di tahun -tahun sebelumnya, saat Malik pulang kampung, dia hanya melihat Salma dari kejauhan, namun Salma terlihat tidak mengetahui Malik yang memperhatikannya. Baru kepulangan kemarin Salma memberi tanggapan baik terhadap perasaan Malik yang sebenarnya sudah dari lama dirasakannya.

Dulu Malik tidak pernah menunjukkan dan menyatakan perasaannya secara langsung pada Salma. Dia sempat berpikir, apakah aku pantas untuk Salma?. Maka dari itu, saat kemarin orang tua Salma mengatakan untuk mempertimbangkan niatnya yang ingin melamar, meski sudah tidak terpikirkan lagi olehnya karena selama ini orang tua Salma nampak menerimanya, namun itu tidak sedikit pun membuatnya berkecil hati karena memang itu pernah menjadi kebimbangan di hatinya untuk menetapkan perasaannya pada Salma. Malik merasa lebih yakin kemarin karena melihat Salma yang juga terlihat menyukainya, namun ternyata itu saja tidak cukup. Malik menyadari bahwa dia harus menyerah atas perasaannya meski itu tidak mudah.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!