Salma tak menyangka Malik tidak melihat ke arahnya. “Apa dia tidak melihatku.” Pikirnya. Dia tetap melajukan motornya.
‘’’’’
Di depan kafe, Fiki meminta Nanda untuk meluangkan waktu untuk berbicara padanya. Dia mengajak Nanda untuk kembali masuk ke kafe yang baru beberapa saat dia tinggalkan.
“Nanda, apa Salma punya pacar?”. Tanya Fiki saat mereka sudah duduk dan menyerap minuman yang mereka pesan.
“Dia tidak punya pacar, kenapa memangnya kak?”
“Aku menyukainya.”
“Sungguh?” Nanda tak pernah menyangka Fiki memiliki perasaan pada teman dekatnya itu.
“Iya, aku mau menyatakan perasaanku padanya.”
“Apa menurutmu aku terburu-buru?” Lanjut Fiki.
“Tentu saja. Aku saja terkejut, apalagi dia.” Nanda bergumam, namun didengar oleh Fiki.
“Apa?”
“Jujur saja aku tidak menyangka kalau kakak tak mengatakannya.”
“Benarkah? Sebenarnya aku sudah lama menyukainya dan diam-diam memperhatikannya. Apa kamu tidak mengetahui itu? Apa Salma juga mungkin tidak menyadarinya?” Fiki merasa apa yang dilakukannya selama ini dalam menyukai Salma tidak memberikan bekas apapun, dia terlihat menjadi tak bersemangat.
“Mana aku tahu dan sepertinya memang benar begitu hahaa.”
“Kamu menertawakanku.” Fiki terlihat kesal.
“Tidak.” Nanda menggeleng
“Ya sudahlah.”
Mereka terdiam beberapa saat, Fiki sedang memikirkan sesuatu sementara Nanda terlihat santai sembari menyerap minumannya.
“Bisa kamu membantuku?” Ucap Fiki.
“Membantu apa?”
“Bisa kamu membantuku agar Salma juga menyukaiku?”
“Apa yang bisa aku lakukan?”
“Mungkin nanti kalau ada kesempatan aku akan minta bantuanmu.”
“Hmm”
“Untuk saat ini tolong rahasiakan hal ini padanya dan kalau kamu mau menceritakan tentangku maka ceritakanlah hal-hal baik mengenai diriku hehe.” Pinta Fiki.
“Aku pikir hubungan kita sudah cukup untuk saling membantu.” Lanjutnya.
“Baiklah, aku akan melakukannya.” Nanda menyetujui.
“Oke aku duluan, terima kasih.” Fiki tersenyum lalu beranjak pergi.
“…..”
Dulu saat Nanda mendaftar kuliah, dia banyak bertanya mengenai cara dan persyaratan untuk masuk jurusan kedokteran pada Fiki. Meski dia berjuang dengan usahanya sendiri, namun informasi yang dia dapatkan dari Fiki waktu itu sangat membantunya.
Setelah Fiki pergi, Nanda masih di tempatnya, memikirkan apakah membantu Fiki adalah hal yang tepat. Tapi bagaimana pun, selama ini orang yang disukai Salma belum memberikan tanggapan yang diharapkan. Nanda ingin Salma mendapat kebahagiaan dengan orang yang juga menyukainya.
‘’’’’
Sesampainya di rumah, Salma melihat Bapak sedang duduk di ruang tamu.
“Assalamualaikum.”
“Wa'alaikumussalam.”
“Bapak disini, apa tadi ada tamu?” Tanya Salma.
“Iya”
“Oh” Salma beranjak masuk.
“Salma” Bapak memanggil.
“Iya.”
“Kamu sudah kembali kuliah?” Tanya Bapak setelah sejenak terdiam.
“Tidak, tadi aku keluar untuk membeli sesuatu.”
“Oh” Bapak mengangguk.
‘’’’’
Hari ini Malik akan kembali ke kota. Sebelum itu, dia berpamitan dengan beberapa teman-temannya di kampung. Dia mendatangi pos tempat biasanya mereka bersantai.
“Sore ini aku kembali.” Ucap Malik.
“Tidak terasa sudah seminggu ya.” Jawab salah satu temannya.
Malik tersenyum.
“Aku minta maaf ya kalau ada salah.”
“Aku juga, kamu jaga diri ya Lik.” Raka memeluknya.
“Tolong lepaskan.” Riki berusaha untuk melepaskan rangkulan Raka.
Mereka semua tertawa.
‘’’’’
Sebelum kembali ke kota, Malik ingin memutuskan sesuatu seperti niatnya sebelumnya. Dia tidak ingin memikirkan sesuatu yang tidak pasti. Maka dari itu, dia juga ingin menyampaikan tanggapan orang tua Salma saat dia meminta izin melamar Salma kepada Ibunya.
Malik memberi tahu kenyataan yang dia terima, bukan di tolak, namun diminta untuk mempertimbangkan yang secara tidak langsung menolak secara halus. Malik sadar, dia bukan orang yang pantas untuk Salma, meski perasaannya belum menerima itu sepenuhnya. Bu Siti yang mendengar pernyataan anaknya, merasa tak menyangka anaknya akan ditolak. Tapi walau bagaimana pun dia tetap harus menerima dan memberikan semangat untuk anaknya. “Allah pasti memberi yang terbaik.” Ucap Bu Siti.
Sudah dua hari setelah melihat Malik terakhir kali, Salma tidak kembali melihatnya. Sore ini Salma berencana untuk berjalan-jalan di sekitaran kampung. Dia ingin menemui Malik.
Salma ingin meminta Elsa untuk menemaninya, namun karena menjaga Zahra yang baru bisa duduk membuatnya kesulitan kalau berjalan kaki sambil menggendong anaknya. Salma yang menyadari itu, mengurungkan niatnya untuk mengajak teman sekaligus tetangganya itu.
Akhirnya Salma berjalan sendirian, sebelumnya dia menawarkan pada Ibu untuk memesan sayur yang akan dibeli agar dia memiliki alasan untuk keluar. Ibu pun memintanya membeli sayur kangkung dan kol.
Dalam perjalanan Salma beberapa kali bertemu dan menyapa orang-orang yang melihatnya. Salma memang dari dulu selalu ramah dan murah senyum kepada siapa pun.
Sesampainya di dekat rumah Malik, terlihat Bu Siti dan Sarah berdiri di teras rumahnya. Salma menghampiri mereka.
“Bu ada apa?”
“Tadi Malik baru saja kembali ke kota.” Jawab Bu Siti dan langsung beranjak masuk rumah.
“Malik kembali ke kota?” Salma kembali bertanya pada Sarah yang masih berada di teras.
“Iya kak.”
“Apa sungguh baru saja?” Salma berharap dia masih bisa bertemu Malik.
“Iya baru saja.”
“Oh, baiklah Sarah.” Salma berlari untuk pulang.
Salma berharap dia masih memiliki kesempatan untuk bertemu Malik. Dia berpikir untuk mengambil sepeda motor dan mengejarnya. Selain itu, Salma juga mengambil ponsel di kantongnya berniat untuk menghubungi Malik, namun dia tersadar bahwa dia tidak memiliki nomor lelaki yang dia sukai itu. Salma terus mempercepat langkahnya.
Sesampainya di rumah, Salma segera mengambil kunci sepeda motor. Dia melajukan motornya mengejar Malik yang harapannya masih belum jauh.
Salma melajukan motornya cukup jauh, dia sudah berada beberapa kilometer dari batas kampungnya, namun dia tidak melihat Malik. Salma berhenti di pinggir jalan, dia berpikir menyerah untuk mengejar Malik. “Apa yang aku lakukan.” Salma merenung sembari menghembuskan nafasnya dengan kasar.
Malik singgah di pengisian bensin. Dia mengantri cukup lama di sini. Setelah selesai mengisi bensin, dia kembali melajukan motornya. Namun sebelum dia memasuki jalan, Malik melihat ke arah belakang dan mendapati Salma yang berjarak sekitar tiga kios darinya. dia menghentikan motornya.
“Salma” Malik memanggil.
Salma yang menyadari Malik memanggilnya, segera kembali melajukan motornya untuk menghampiri seseorang yang memanggilnya itu.
“Malik.” Salma tersenyum merasa senang karena bertemu Malik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments