Kesalahan?

Malik terdiam sejenak mendengar apa yang ditanyakan Gani padanya.

“Apa maksudmu.” Malik mengernyitkan alisnya.

Gani kembali mengatakan hal yang sama.

“Gani.” Terdengar Riki memanggilnya dari kejauhan.

Riki adalah teman Gani yang sedari tadi ditunggunya.

“Sepertinya kalian masih memiliki perasaan yang sama.” Lanjut Gani, sembari pergi menghampiri Riki yang memanggilnya.

Malik masih ditempatnya, melihat ke arah Gani yang meninggalkannya. apa yang dikatakan Gani benar? Apakah Salma belum melupakannya juga?. Malik duduk di pos itu, memikirkan apa yang baru didengarnya dari Gani.

Meski sudah beberapa bulan yang lalu saat terakhir dia melihat Salma, namun sebenarnya dia belum bisa melupakannya. Malik masih belum bisa menghilangkan perasaannya pada Salma walau sudah bertekad untuk berhenti. Salma adalah cinta pertamanya, dia sudah sering merasakan rindu dan cinta kepada seseorang yang sudah lama tidak dia temui, mungkin itu juga alasannya sekarang belum bisa melupakan Salma meski sudah cukup lama tidak bertemu.

Baginya Salma adalah satu-satunya seseorang yang bisa membuat hatinya berdebar tak karuan karena merasa bahagia saat bersamanya. Malik belum pernah merasakan hal seperti itu saat bersama orang lain. Hanya Salma yang membuatnya bahagia dan membuat hatinya bergetar yang mungkin itu karena perasaan cintanya.

Sekarang tidak ada yang bisa Malik lakukan untuk perasaannya, dia tidak ingin membuat Salma dalam keadaan sulit. Jika memang benar apa yang dikatakan Gani padanya, dia tetap harus menjauh dari Salma, agar Salma segera bisa melupakannya. Malik berusaha untuk menjauh dari Salma bagaimana pun perasaannya, dengan begitu harapannya nanti dia akan menemukan orang lain yang bisa membuatnya bahagia.

‘’’’’

Empat bulan yang lalu, beberapa hari setelah Nanda memutuskan Indra. Indra mengajaknya bertemu.

“Nanda, maafkan aku. Aku akan lebih baik, mari kita mulai dari awal.”

“Aku membuat kesalahan” Lanjut Indra terlihat menyesali apa yang telah dia lakukan pada Nanda.

“Kesalahan?” Nanda nampak tenang. Meski masih merasa kecewa, namun dia tidak ingin terlihat lemah.

“Iya, aku salah.”

“Kamu tahu salah, tapi kamu bilang itu kesalahan?” Nanda tersenyum sinis.

“Maafkan aku.” Indra kembali memohon.

“Indra, saat kita bersama aku merasa bahagia dan menerimamu karena aku sungguh menyukaimu. Aku bahkan pernah bermimpi untuk hidup menua bersamamu, mengurus rumah bersama di tengah kesibukkan kita masing-masing dan membesarkan anak. Pikiranku begitu dewasa saat memikirkan hal seperti itu” Nanda mengatakannya dengan tenang.

“Wajar saja aku berpikir begitu karena kamu adalah orang pertama yang mengisi hatiku.” Lanjutnya melihat Indra kali ini.

“Aku janji tidak akan mengulangi lagi.” Indra terlihat berbinar, nampaknya kali ini dia berpikir Nanda akan kembali bersamanya.

“Kamu harus janji, jangan pernah seperti itu pada siapapun.” Balas Nanda menyetujui.

Indra mengangguk bahagia.

“Aku sudah memaafkan kamu, terima kasih atas segalanya.” Nanda beranjak pergi.

“Nanda, Nanda tunggu.” Indra memegang tangan Nanda, menahannya pergi.

Nanda melihat Indra dengan tatapan datar. Indra merasa kekecewaan Nanda terhadapnya, dia pun membiarkannya pergi.

‘’’’’

Dalam beberapa kesempatan saat Salma libur dari pekerjaannya, dia bersama Fiki. Salma juga terlihat bahagia ketika mereka bersama. Suatu hari Fiki memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya yang sudah dari lama dia pendam.

“Salma, aku menyukaimu.” Ucap Fiki.

“Mau kah kau menikah denganku.” Lanjutnya nampak serius saat dia bersama Salma setelah selesai makan malam bersama di sebuah restoran.

Salma berpikir beberapa saat.

“Aku sungguh minta maaf kak.” Salma akhirnya bungkam.

“Aku menyukai orang lain.” Lanjutnya.

Lagi-lagi Salma tidak menyadari keberadaan dan sikap Fiki padanya itu karena Fiki menyukainya. Meski tidak merasa buruk saat bersama Fiki, namun dia tidak bisa membohongi hatinya yang terkadang masih merindukan Malik. Dia masih menyukai Malik walaupun keadaan memintanya untuk segera berhenti.

“Salma, apa aku sungguh tidak punya kesempatan?” Fiki menatap Salma dengan penuh harap.

“Maafkan aku.” Salma menundukkan pandangannya, merasa bersalah karena memberikan harapan kepada seseorang yang sudah banyak membantunya.

“Aku harap kamu bahagia.” Fiki tersenyum sembari berdiri, berniat untuk segera pergi.

“Aku harap kakak juga, terima kasih banyak.” Salma juga membalas senyum Fiki meski dengan perasaan takut, Fiki akan terluka karenanya.

Fiki berlalu pergi.

‘’’’’

Hari ini Salma bekerja sampai sore hari. Sesampainya di rumah, Ibu terlihat sedang merapikan ruang tamu rumah mereka yang sedikit berserakan karena bekas beberapa camilan dan gelas yang telah digunakan.

“Apa barusan ada tamu bu?” Tanya Salma.

“Sini-sini.” Ibu meminta Salma duduk menghampirinya.

Ibu memberitahu Salma bahwa baru saja ada seseorang yang melamarnya. Lelaki yang melamarnya itu adalah anak dari teman lama Bapa yang sekarang bekerja sebagai manajer perusahaan ternama.

“Apa?”

“Meski kamu baru bekerja, namun tadi Bapa sudah menanyakan padanya dan dia akan mengijinkan kamu bekerja selagi belum punya anak.” Ibu terlihat senang.

“Ibu.”

“Dia tampan dan pastinya mapan, sebenarnya kalau kamu malas, tidak bekerja pun tak masalah.”

Mendengar apa yang dikatakan ibu sama sekali tidak membuatnya tertarik. Meski terdengar hidup akan terjamin karena materi, namun hatinya sepertinya belum bisa menerima karena ada seseorang yang terus menetap dan entah sampai kapan dia sendiri pun tidak mengetahuinya.

“Boleh aku bertemu dengannya” Pinta Salma.

Mendengar itu, Ibu terlihat begitu senang dan segera memberitahu Bapa agar bisa segera mempertemukan Salma dengan anak dari temannya itu.

‘’’’’

Fiki merasa sedih, perasaanya yang hampir setahun lamanya dia pendam itu tidak mendapat balasan yang diharapkan dari orang yang disukainya. Kali ini dia benar-benar harus melupakan Salma karena nampaknya Salma tidak bisa terlepas dari cinta pertamanya itu seperti yang dikatakan Nanda. “Sudahlah saatnya mencoba melihat yang lain” Gumamnya menyemangati diri.

Nanda sudah diberitahu Salma bahwa Fiki menyatakan perasaannya padanya dan dia tidak menerimanya.

“Apa?” Nanda terkejut mendengar Salma yang menceritakan Fiki dari telpon.

“Kenapa kamu masih belum menerimanya. Bukankah kamu bilang akan melupakan kakak kelasmu itu? Atau kamu belum bisa melupakannya sampai sekarang?” Lanjutnya.

“Sepertinya begitu.” Ucap Salma pelan.

“Salma kamu harus sadar, kalian tidak direstui.”

Beberapa bulan yang lalu, Salma akhirnya menceritakan hubungannya dengan Malik pada Nanda. Dia mengatakan yang sebenarnya bahwa orang tuanya meminta Malik untuk mempertimbangkan niatnya yang ingin melamar Salma beberapa bulan yang lalu.

“Apa?.”

“Salma, maaf mengatakan ini. Tapi kamu harus mengerti mengapa Malik menjauhimu. Mungkin dia…”

“Dokter Nanda, ada pasien.” Terdengar rekan Nanda memanggilnya.

“Sudah dulu Salma, nanti aku hubungi lagi.” Nanda menutup telpon.

Salma merasa dadanya sesak, mendengar apa yang barusan dikatakan Nanda yang menurutnya juga ada benarnya. Dia teringat saat dia menghubungi Malik untuk pertama dan itu juga kali terakhirnya, Malik mengatakan bahwa dia tidak memiliki perasaan yang sama padanya. Itu sama sekali tidak dia pikirkan selama ini, yang Salma pikirkan hanyalah kenangan manis yang Malik tinggalkan untuknya. Meski singkat namun, waktu itu Salma sungguh merasa bahagia. “Jika Allah ingin aku bersama orang lain, aku ikhlas tapi aku akan jujur pada diriku bahwa aku terus mengingat kenangan manis tentangmu.” Salma membatin berharap Malik mendengar kata hatinya itu.

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!