“Kamu sungguh berpikir kalau aku mau melakukan itu.” Salma segera menyerap minumannya.
“Kenapa tidak? Kamu menyukainya, apa yang salah coba?.” Nanda kembali mengelabui.
“Aku tidak seperti kamu.” Salma tersenyum menatap temannya yang terlihat kehilangan semangat.
‘’’’’
Sekarang Salma sudah sedikit longgar dengan tugas kuliahnya. Dia punya lebih banyak waktu untuk bersantai dan berkumpul bersama teman-temannya atau sekedar berdiam diri di rumah.
Saat di rumah, Salma sesekali memainkan ponselnya, berharap kalau saja Malik mengirimkan sesuatu di media sosial. Salma sudah sangat lama tidak bertemu Malik, mungkin hampir sepuluh tahun terakhir kali setelah pindah ke rumah pamannya untuk masuk sekolah menengah sampai kembali lagi ke kampungnya. Dia tak memahami perasaannya, kadang dulu saat di bangku sekolah menengah tiba-tiba dia bermimpi atau pun mendengar perkataan orang lain yang membicarakan Malik, itu membuatnya merindukan orang yang dari dulu disukainya itu.
Bagi Salma, tidak ada lelaki sebaik Malik yang pernah dia temui. Meski pintar dan memiliki paras yang rupawan, Malik tak pernah menyombongkan itu. Selain itu, dia juga ramah dan mau berteman dengan siapa saja. Mungkin sifatnya itu lah yang membuat Salma menyukainya dan tidak melupakannya sampai sekarang.
‘’’’’
Di lain tempat, setelah pulang dari sekolah, Malik menyadari pikirannya hari ini sedang kacau, dia terus memikirkan Salma. Andai saja dia sudah punya banyak tabungan, dia akan langsung pergi melamar seseorang yang memenuhi pikirannya saat ini. “Eh sepertinya dia masih kuliah” Pikirnya lagi. Malik memainkan ponsel, berharap bisa sedikit mengalihkan pikirannya. Namun, setelah beberapa saat, ini tak membantunya sama sekali, terlebih setelah melihat kiriman Salma di cerita media sosialnya “Katanya rindu itu berat, dan ternyata memang begitu haha” Tulis Salma.
Malik mulai memikirkan untuk mengirim pesan kepada seseorang yang dirindukannya. Meski sempat berdebat dengan pikirannya sendiri akhirnya Malik menyerah dengan kehendaknya.
“Assalamualaikum Salma, apa kabar?” Malik mengirim pesan kepada Salma.
Tak menunggu waktu yang lama, terlihat ada pemberitahuan pesan masuk.
“Wa'alaikumussalam, alhamdulillah baik.” Balas Salma.
Malik pun merasa bersemangat dan mencoba bertanya lagi.
“Kamu lagi sibuk apa Salma?”
“Kuliah, lagi menyusun tugas akhir.” Balas Salma selang dua menit kemudian.
“Oh”
Malik merasa bersalah telah memutuskan mengirim pesan ke Salma. Dia takut ini akan berkepanjangan dan menjadi jalur dosa baginya.
“Oke Salma semangat.” Malik ingin mengakhiri.
“Kak Malik, kapan pulang kampung?” Salma balik bertanya.
“Insya Allah minggu depan.” Balas Malik diakhiri dengan emoticon tersenyum.
“Kenapa Salma?” Malik kembali bertanya karena penasaran.
“Oh tidak apa-apa, hanya ingin tahu hehe.”
“^^” Malik hanya membalasnya dengan emoticon tersenyum dan berbalas pesan pun berakhir.
‘’’’’
Malik sebenarnya ingin mengajak Salma bertemu, namun sedikit banyaknya dia mengetahui hukum agama yang tidak memperbolehkan untuk berduaan dengan yang bukan mahram. Malik mengurungkan keinginannya atau bisa dibilang nafsu yang mungkin akan menjerumuskannya.
Malik berkeinginan untuk menemui Salma di kala dia sudah lebih siap ke jenjang yang lebih serius. Apa pun yang terjadi, Malik ingin tetap menjaga kesucian Salma dengan tetap menyukainya dalam diam dan mendoakan untuk kebahagiaan orang yang disayanginya itu.
‘’’’’
“Hah apa artinya ini?” Salma masih tidak begitu percaya, lelaki yang ditunggu akhirnya menghubunginya.
Selang beberapa saat merenung, Salma kembali meluruskan pikirannya agar tidak berpikiran kemana-mana. “Jodoh tuhan yang atur.” Salma membatin seraya menguatkan diri agar tidak begitu berharap dengan sesuatu yang tidak pasti.
‘’’’’
Di suatu sore, Ibu mengajak Salma untuk berjalan ke rumah Bu Ati yang juga berada di kampung untuk membeli sayur yang baru dipanen. Beberapa warga di kampung ini bekerja sebagai petani sayuran. Mereka biasa memetic sayuran di sore hari agar esok paginya bisa segera dijual di pasar.
“Kenapa tidak naik motor bu?”. Tanya Salma pada Ibu karena rumah Bu Ati cukup jauh dari rumah mereka.
“Ya sekalian olahraga.” Balas Ibu.
“Sore? hmm baiklah.”
Salma dan Ibu berjalan beriringan.
Selang beberapa saat berjalan, terlihat sekumpulan pemuda di sebuah pos di pinggir jalan kampung yang mereka lalui.
“Ada Malik, kapan dia balik?”. Ibu setelah dirasa cukup jauh dari kumpulan pemuda itu.
“Hah?” Salma pun menoleh ke arah pos dan mendapati Malik yang juga melihat ke arahnya, mereka pun saling menatap dan tersenyum pada satu sama lain tanpa disadari siapa pun.
Salma kembali melihat ke depan.
“Mungkin baru tadi pagi.” Salma menerka sesuai dengan pesan Malik seminggu lalu.
“Oh”.
Ibu dan Salma terus berjalan.
Malik pulang kampung karena sebentar lagi akan datang hari raya idul adha. Dia libur mengajar selama seminggu, jadi kemungkinan akan kembali ke kota sebelum itu.
“Apa yang kamu lihat?.” Raka di sampingnya menelusuri arah pandangan Malik yang masih memperhatikan Salma yang semakin menjauh.
Mendengar perkataan Raka, semua pemuda yang berada di situ juga mengikuti arah pandangan Malik.
“Tidak ada, hanya melihat-lihat.” Jawab Malik yang segera mengalihkan pandangannya.
“Oh di sana ada Salma. Eh Malik, kamu naksir dia?”. Ucap salah satu pemuda di pos itu.
“Cocok banget kan ya, sama-sama sekolah tinggi, luar biasa.” Sambung Raka bersemangat.
“Hahaha.” Malik tertawa sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal, merasa bingung harus mengatakan apa.
“…..”
Sesampainya di rumah Bu Ati, Ibu dan Salma dipersilakan masuk ke rumahnya untuk memilih sayuran yang akan dibeli.
“Wah Salma kamu cantik sekali, walaupun kamu sudah di kampung tapi saya sangat jarang melihatmu.” Bu Ati sembari melihat ke arah Salma.
“Iya dia kuliah jadi jarang di rumah dan kalau sudah di rumah dia jarang berjalan-jalan di sekitar sini.” Balas Ibu.
“Oh masih kuliah ya?”
“Iya bu.”
“Oh”
Selang beberapa saat mereka memilih sayur Ibu dan Salma ingin beranjak pulang.
“Assalamualaikum”. Terdengar suara dari luar.
“Wa'alaikumussalam, Malik.” Jawab Bu Ati di depan pintu yang juga diikuti Ibu dan Salma yang ingin pulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments