“Siapa namanya.” Malik tersenyum dan bertanya pada Elsa.
“Zahra.” Jawab Elsa yang juga membalas senyumnya.
“Mau ke mana?” Lanjut Elsa.
“Ke rumah Raka”
“…..”
“Kenapa Tidak naik motor, rumah Raka cukup jauh dari rumahnya.” Elsa bergumam setelah Malik dirasa cukup jauh dan tak mendengar perkataannya.
“Aku mau pulang, dah Zahra.” Salma beranjak.
Di tengah jalan yang sepi, Salma menengok ke arah Malik yang masih belum jauh dan mendapatinya yang ternyata juga sedang melihatnya. Mereka pun berpandangan dari kejauhan dan sama-sama tersenyum pada satu sama lain.
“Hei, ada apa?” Tanya Elsa melihat Salma berhenti di tengah jalan.
“Bukan apa-apa.” Salma melanjutkan langkahnya, sementara Malik masih melihatnya.
‘’’’’
Sesampainya Malik di rumah Raka.
“Malik, ada apa?” Tanya Raka melihat Malik datang ke rumahnya pagi-pagi.
“Tidak ada yang penting, hanya ingin berjalan-jalan.” Malik tersenyum.
“Aku belum mandi.” Raka membenarkan posisi baju yang baru dikenakannya.
“Pantas saja.” Malik sembari menutup hidungnya
“Hahaha bercanda.” Lanjutnya.
“…” Mereka terus berbincang santai.
Sebenarnya Malik ingin bertanya pada Raka bagaimana cara melamar seseorang sesuai aturan yang diajarkan agama. Raka yang merupakan lulusan pesantren menurutnya akan lebih mengerti tentang hal ini.
“Raka, apa yang harus dilakukan seorang lelaki jika dia menyukai seseorang? Menurut aturan agama bagaimana cara bertindak yang benar?” Malik bertanya setelah berbicang beberapa hal.
“Melamar, sebaiknya nih sesuai anjurannya jika aku tidak salah ya kamu harus minta izin dulu ke orang tuamu dan orang tua si dia, kalau diizinkan baru nanti melamar, so pasti aku saja belum menikah haha.”
“Hahaha”
“Kamu menyukai seseorang?” Tanya Raka.
“Ya hmm aku cuma mau tahu dan belajar dari kamu yang pasti lebih mengetahui.”
“Mana mungkin begitu, berpengalaman saja tidak haha”
“….”
Malik merasa cukup yakin bahwa Salma juga memiliki perasaan yang sama dengannya. Pikirannya yang terus memikirkan Salma membuatnya berpikir harus melakukan sesuatu sebelum dia kembali ke kota agar tidak terlena dalam ketidakpastian.
‘’’’’
Dua hari lagi akan tiba hari raya idul adha, seperti biasa Salma dan Ibu sibuk di dapur membuat beberapa kue dan hidangan untuk orang yang bertamu ke rumah.
Ibu memilih untuk memasak ketupat.
“Kak, tolong belikan kulit ketupat di rumah Bu Siti.” Perintah Ibu pada Salma.
Bu Siti adalah orang tua Malik. Mendengar perintah Ibu begitu, Salma merasa bersemangat dan segera bersiap merapikan jilbabnya.
“Beli berapa bu?” Tanya Salma setelah sudah siap untuk pergi.
“Tiga puluh buah.”
“Baiklah” Salma bergegas keluar rumah.
Karena rumah Malik cukup jauh jika berjalan kaki, Salma memilih untuk mengendarai sepeda motor.
“Assalamualaikum” Salma mengetuk pintu sesampainya di rumah Malik.
“Wa’alaikumussalam.” Terlihat Malik yang membuka pintu.
Salma merasa senang dan tak bisa menahan senyumnya melihat Malik berdiri di hadapannya. Begitu pun dengan Malik, dia juga merasakan hal yang sama dengan apa yang Salma rasakan. Dia juga tersenyum.
“Siapa nak?” Terdengar suara Bu Siti dari dalam.
“Salma bu” Balas Malik.
“Kulit ketupatnya ada?” Salma bertanya.
“Ada, silakan masuk.”
Di dalam rumah, Sarah terlihat sedang membantu Bu Siti mengayam kulit ketupat.
“Kak Salma.” Sarah menyapa.
“Hai.” Salma sembari tersenyum.
“Beli berapa.” Tanya Bu Siti.
“Tiga puluh buah Bu.”
Bu Siti dibantu Malik menghitung dan mengikat ketupat yang akan dibeli Salma.
Bu Siti terlihat menyelipkan lima buah kulit ketupat pada ikatan kulit ketupat yang masing-masing berisi lima belas buah.
“Itu lebih lima buah Bu.” Ucap Salma saat Bu Siti mengulurkan ikatan kulit ketupat yang baru disimpulnya.
“Itu bonus buat kamu.” Bu Siti tersenyum.
“Oh terimakasih banyak.”
Setelah selesai membayar, Salma beranjak untuk pulang. Membawa kulit ketupat yang cukup besar dan lebih dari tiga puluh buah membuat Salma sedikit kesulitan. Malik yang melihat itu segera membantu membawakan sebagian sampai ke motornya. Sedang Bu Siti dan Sarah melanjutkan menganyam kulit ketupat.
“Terimakasih.” Ucap Salma setelah Malik menyerahkan kulit ketupat padanya.
“Sama-sama, hati-hati.”
Saat Salma sudah menjauh, diam-diam Malik tersenyum bahagia. “Ya Allah.” Batinnya tak menahan senyumnya karena merasa bahagia.
‘’’’’
“Kak Salma sudah pintar, cantik, tidak sombong dan ramah iya kan bu?” Terdengar Sarah yang memuji Salma.
“Iya, masya Allah.” Balas Bu Siti.
Malik yang mendengar itu, senyum-senyum sendiri berpikir akan mudah untuk mendapat restu Ibunya.
‘’’’’
Sesampainya Salma di dapur rumahnya.
“Aku dapat bonus lima buah kulit ketupat.” Salma memamerkan kebaikan Ibu dari lelaki yang disukainya.
“Wah Alhamdulillah, nanti kita beri mereka yang sudah matangnya.” Jawab Ibu.
“Baiklah.” Salma bahagia mendengar jawaban Ibu.
Tiba-tiba ponsel Salma berbunyi, dia segera mengangkatnya.
“Halo Nan, assalamualaikum.” Salma menerima telepon dari Nanda.
“Wa'alaikumussalam. Apa kamu sekarang sibuk?”
“Aku lagi di dapur, memangnya kenapa?”
“Ada yang mau aku bicarakan.”
“Tidak bisa lewat telepon aja?”
“Hmm.” Ucap Nanda agar Salma penasaran. Sebenarnya ini tidak begitu penting, hanya saja Nanda agak sesak di rumah dan memanfaatkan ini untuk keluar.
“Okeh jam tiga nanti bagaimana? sekarang aku masih harus bantu-bantu.”
“Siap”
“…”
Mereka sepakat untuk bertemu di suatu kafe.
‘’’’’’
Sesampainya di kafe.
“Tentang apa?” Tanya Salma penasaran.
“Fiki”
“Kenapa kamu tidak membalas pesannya?” Lanjut Nanda dengan sedikit menaikan suaranya.
“Hah?” Salma mengecek ponselnya dan mendapati pesan masuk dari nomor yang tidak dikenal.
“Oh ini, aku jarang membuka pesan dari nomor yang tidak kenal hehe.”
“Tunggu, apa hubungannya ini dengan kamu dan… apa masalahnya?” Lanjut Salma merasa bingung.
“Tadi pagi dia bilang mau mengajak kamu bertemu.”
“Untuk apa?”
“Entahlah.”
“…..”
Salma membalas pesan Fiki yang menanyakan kabarnya. Selang beberapa menit Fiki kembali mengirim pesan. “Salma, apa kamu sibuk?,” “Kalau tidak, bisakah kita bertemu?” Tulis Fiki.
“Dia mengajak bertemu, apa sekarang aja ya selagi aku di luar?” Salma meminta pendapat Nanda.
“Boleh juga, takutnya ini penting ya kan?.”
Salma mengangguk.
Salma pun mengiyakan Fiki yang mengajaknya bertemu.
Di lain tempat, Fiki yang membaca balasan positif dari Salma segera bergegas untuk pergi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments