Out And In

Ran sudah berada di rumahnya, waktu sudah malam.

Hari ini adalah hari yang sangat berat bagi Ran, dari mulai diseret ke dalam ruangan persidangan, hingga bersaksi hingga menangis.

Akibatnya, video Ran yang menangis menjadi viral dimana-mana. Ada yang menertawakannya, dan ada juga yang bersimpati ketika mendengar apa saja yang sudah dilalui Ran.

Akhhhhh, malunya...

Ran berguling-guling di kasurnya ketika mengingat kejadian tadi siang.

Tapi, mau bagaimanapun, hal itu sudah terjadi, Ran hanya bisa membiarkannya mengalir hingga orang-orang melupakannya, Semoga orang-orang cepat lupa dengan video itu.

Kemudian Ran teringat dengan perbincangan tadi siang setelah persidangan.

Setelah persidangan selesai, ia diajak makan oleh pengawas Farizi, awalnya Ran menolak, tapi karena pengawas Farizi berkata akan mentraktir Ran, jadi Ran menerimanya.

Mereka memesan makanan cepat saji lalu memakannya di ruangan pak Aji.

Sambil makan, pengawas Farizi membahas tentang ujian Ranker kepada Ran, "Hei Ran, apa kau berniat untuk mengikuti ujian Ranker?"

Mendengarnya, Ran mengelap saus tomat di bibirnya lalu menjawab, "Ah iya, aku berniat untuk mengikutinya, memang kenapa?"

"Ho~ Begitu yah, berarti kamu harus buru-buru."

"Eh kenapa?"

"Yah ini belum diumumkan, jadi aku ragu harus memberitahumu atau tidak mengenai ini?"

Ran semakin bingung mendengarnya, ia melahap burgernya kemudian bertanya dengan mulut penuh, "Kenapa sih? Jangan bersikap misterius seperti itu pak."

"Haha baiklah, akan kuberitahu, apa kau tahu kapan ujian Ranker di adakan?"

"Biasanya akhir tahun kan?"

"Benar, tapi baru-baru ini muncul banyak Gate Rank S yang membuat asosiasi kewalahan. Karena itu dipercepat."

"Ah iya, aku sempat dengar dari Bardolf."

"Nah, jadi apa kau tahu kapan akan diadakan?"

"Tidak, aku hanya tahu jika itu dipercepat saja."

"Yah~ Wajar sih karena ini baru diumumkan di rapat saja. Jadi, ujian Ranker akan diadakan pertengahan april ini."

"A-Apa!?" Ran kaget hingga menyemburkan makanan yang sedang ia kunyah, "Ini sudah maret, berarti waktuku kurang dari 1 bulan lagi? Belum lagi ujian kelulusanku terus ditunda sampai sekarang."

"Nah! Itu dia masalahnya, walau persidangan beres, sekolah masih harus mengurus masalah ini dan itu. Waktumu akan semakin sedikit."

"Kenapa ujiannya tidak ditunda juga sih?"

"Hei, yang ikut ujian ini bukan sekolahmu saja tahu. Tidak mungkin kami menundanya hanya karena 1 sekolah saja."

"Akhhhh, bagaimana ini?" Ran memegang kepalanya, dan dengan panik bergoyang kesana dan kemari.

Pak Aji tertawa kecil dan menenangkan Ran, "Haha, tenanglah Ran, pasti tidak akan terlalu lama, paling 1-2 minggu lagi ujian kelulusanmu akan dilanjutkan. Jangan terlalu panik."

Akhirnya Ran menyelesaikan makan siangnya dengan perasaan gelisah.

Ran masih berguling-guling di tempat tidurnya, Berikutnya harus apa yah? Cih! Sudahlah, lebih baik tidur saja.

Akhirnya Ran mematikan lampu dan terlelap hingga pagi.

Pagi Harinya.

Ran sedang berolahraga rutin, kemudian terdengar suara ringtone handphonenya. Ran mengambil handphonenya dan melihat pesan dari pak Aji.

Tertulis pesan:

Selamat Ran, tanggal ujianmu sudah ditentukan, ujian kelulusanmu akan dilanjutkan minggu depan, tepatnya tanggal 11 april.

Ran menggenggam handphonenya lebih kencang dan tersenyum dengan semangat, Sip!

1 Minggu kemudian...

Ran datang ke sekolah dengan bersemangat dan segar.

Selama 1 minggu, ia habiskan untuk berolahraga agar lebih kuat, Ran melewati ruang kelas yang relatif sepi karena tidak banyak yang menjadi Hyper tahun ini.

Ran juga melewati ruang kelasnya. Di dalamnya, teman-teman sekelasnya dengan wajah kesal sedang diajar dengan keras oleh seorang pengawas, beberapa diantaranya, terutama Michael terlihat sedikit terluka di wajahnya. Diam-diam Ran merasa puas melihat ini.

Di lapangan...

Sudah ada pak Aji yang memegang beserta beberapa alat.

"Sudah siap Ran?"

"Siap Pak!"

Ran diberikan sebuah gelang, yang akan mengukur jarak larinya, ini adalah alat baru agar lebih akurat dibanding Stopwatch manual.

Ran langsung bersiap-siap untuk tes kecepatan, ia berada pada posisi bersedia, pak Aji di samping sedang memberi aba-aba.

1.....

2.....

3.....

Mulai!

Swingg!

Ran langsung melesat dengan cepat, dan tidak perlu waktu lama untuk Ran mencapai jarak 100 meter.

Pip... Pip...

Gelang pengukur di lengan Ran berbunyi, Ran pun segera berhenti.

Swushh

Debu berterbangan di sekitar Ran saat ia berhenti.

Pak Aji bertepuk tangan dan memuji Ran, "Hebat Ran, kau hanya perlu waktu 9,26 detik, lebih cepat dari rekor dunia."

"Hah.. Hah.... Syukurlah, berarti usahaku tidak sia-sia."

"Siap untuk tes berikutnya?"

"Tentu."

Tes berikutnya adalah tes Stamina, Ran harus berlari selama 40 menit untuk mengecek nilai staminanya.

Ran berlari dengan kecepatan yang konsisten, ia tidak merasa lelah berkat olah raga rutinnya.

Dan hasilnya, "Selamat Ran, walau tidak sempurna, kau mendapat nilai 89 untuk staminamu."

"Hosh.. Hosh... padahal awalnya tidak lelah, tapi mulai meni 30, mulai terasa lelahnya."

"Tetap saja ini nilai tertinggi di kelasmu."

"Tentu saja, yang lain kan tidak bisa lulus."

"Hahahhahah, bisa saja kamu Ran."

"Hehe, kepuasan pribadi pak."

Mereka berdua berbincang-bincang santai setelah tesnya berakhir.

Lalu kemudian....

3 hari berlalu....

Ran menerima rapornya, ia sudah resmi lulus walau sayangnya tidak ada perayaan apa pun karena insiden penyerangan ini.

Tapi, Ran tidak peduli, ia sudah cukup puas dengan ucapan selamat dari pak Aji.

Ran sedang dalam perjalanan pulang, setelah menerima rapornya. Di jalan, ia bertemu dengan seseorang yang tidak asing, "Hah!? Amy!"

Amy, teman kerja Ran di restoran cepat saji.

Amy datang dengan membawa buket bunga.

"Halo Ran, apa kabarmu?"

Amy menyapa dengan lembut, Ran sangat terpesona karena baru kali ini ia melihat Amy dengan pakaian kasualnya. Amy memakai dress bermotif bunga mawar dan rok panjang hingga mata kaki, dan rambutnya di kuncir ke belakang dengan rapih.

Ran gugup karena didatangi oleh Amy mendadak. Hingga omongannya terbata-bata, "Ba-Baik kok, kamu sendiri bagaimana Amy?"

"Aku juga baik kok."

"Se-Sendirian saja?"

"Tidak kok, itu ada Bob di sana?" Amy menunjuk Bob yang baru datang dengan santai.

"Yo Ran, sudah lama yah~" Bob menyapa Ran dengan ceria.

"Ahahaha, iya sudah lama." Ran sedikit kecewa karena ternyata Amy tidak datang sendiri.

Kemudian Ran bertanya tentang tujuan mereka, "Oh iya, kalian ada urusan apa kesini?"

Mereka berdua saling melirik, lalu kemudian dengan kompak berkata, "Selamat atas kelulusanmu Ran!" Sambil menyodorkan buket bunga yang dibawa Amy.

"E-Eh? Kok kalian tahu?" Ran kaget sekaligus terharu atas ucapan mereka.

Amy dan Bob tertawa kecil, Amy pun menjawab, "Ini karena bos, boslah yang mengetahui tentang ini dan menyarankan kami untuk memberimu hadiah."

"Benar, bos bilang ia tahu dari kenalannya kalau sekolahmu lulus, dan menyarankan meminta kami untuk memberi hadiah dan ucapan selamat." Bob menimpali

Mata Ran berkaca-kaca karena tahu betapa perhatiannya bosnya itu.

"Hayo! Mau nangis yah?" Bob menggoda Ran yang hampir menangis terharu.

"Ti-Tidak, ini cuman kelilipan saja kok." Tukas Ran sambil mengelap matanya dengan lengannya.

Bob dan Amy tertawa lagi melihat Ran yang malu.

Kemudian mereka tersenyum lembut dan berkata, "Oh iya Ran, bos juga menyampaikan pesan, katanya "Ran, aku tahu kau punya ambisi besar, dan aku juga tahu, dibalik ambisimu itu, kau menyimpan ketakutan yang sangat besar. Jadi Ran, jangan takut gagal, lebih percaya dirilah, kalau pun gagal, jangan takut akan kesepian, ada kami yang akan menerimamu apa adanya" Yah begitulah isi pesannya"

Ran sadar apa yang ingin disampaikan oleh bosnya.

Matanya yang hampir kering kembali basah.

Bob menepuk pundak Ran, dan dengan ceria berkata, "Jadi Ran, jangan takut dan rendah diri lagi, jangan takut kesepian karena ada kami yang akan menemanimu. Kami akan selalu menjadi temanmu Ran."

Amy ikut menimpali, "Benar Ran, jangan menganggap kami orang asing, jika kau perlu sesuatu katakan saja. Kami akan usahakan membantu. Karena semua karyawan di restoran kita adalah keluarga."

Ran sangat senang mendengarnya, ia akhirnya sadar jika ia tidak sendirian. Ran lalu mengelap air matanya dan mengucapkan, "Terimakasih... Aku sangat berterimakasih kepada kalian, aku akan membalas kebaikan kalian suatu hari nanti."

"Hehe, santai saja bro, sampai jumpa lagi."

"Ya! Sampai jumpa lagi!"

.

.

.

Beberapa minggu berlalu....

Ran, sudah sampai di ibu kota, tempat diadakannya ujian Ranker, cabang asosiasi Ranker nomor 4.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!