Ran pulang dengan keadaan lelah.
Walau sudah disembuhkan oleh Healer, mentalnya masih tidak sembuh setelah dihajar habis-habisan.
Ini adalah kedua kalinya dia dihajar oleh para Hyper level tinggi, mereka memang sering mengganggunya, tapi mereka belum pernah secara terang-terangan menghajarnya, insiden dengan Michael adalah yang pertama.
Yasudahlah, toh, sebentar lagi aku akan lulus.
Ran pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya, ketika akan melepas pakaian, sepucuk surat jatuh dari sakunya.
Ini surat yang diberikan oleh pak tua itu, aku belum sempat membacanya. Nanti saja, toh paling isinya tidak penting, tapi, kemana pak tua itu yah? Biasanya dia selalu ada dirumah. Pikirkan nanti saja deh.
Ran akhirnya mandi, dan setelah mandi, ia pun tidur tanpa makan malam karena tidak nafsu makan setelah perutnya ditendang.
Keesokan paginya.
Ran bangun dengan keadaan lelah, dia seperti tidak tidur karena dihantui oleh mimpi buruk.
"Hoammmm.... Padahal aku tidur, tapi rasanya seperti habis melakukan pekerjaan berat. Mimpi buruk sialan."
Ketika Ran pergi ke ruang tamu, masih tidak ada tanda-tanda dari ayahnya.
"Aneh sekali, kenapa dia masih tidak ada? Pengangguran seperti dia kenapa bisa berkeliaran hingga tidak balik semalaman? Sial, aku merasa akan ada kejadian buruk." Ran mulai gelisah, walau dia membenci ayahnya, tetap akan terasa aneh jika ia tidak pulang ke rumah.
Ran pun memutuskan untuk berangkat lebih awal untuk menghilangkan kegelisahannya.
Di kamar mandi, ia kembali melihat sepucuk surat yang diberikan oleh ayahnya.
Aneh, seakan-akan surat itu ingin sekali dibaca. Ran masih belum mau membaca surat itu, jadi ia hanya membiarkannya meski sudah lecek karena ia masukkan ke dalam kantong.
Ran berangkat tanpa membawa surat itu.
Di sekolah.
Ran mendapatkan firasat buruk jika mengingat kejadian kemarin,
Entah mengapa, aku merasakan akan ada hal buruk di sekolah.
Dan benar saja.
Ketika Ran memasuki ruang kelas, seluruh murid langsung menatapnya dengan tajam.
Kali ini bukan tatapan main-main, tapi tatapan kebencian.
Dasar anak miskin.
Sombong sekali dia, lihat saja tatapannya.
Aku curiga dia anak haram guru olah raga.
Tapi entah apa yang merasuki Ran, kali ini dia merasa lebih percaya diri, ia tidak takut meski di tatap dengan tatapan penuh dominasi.
Sebaliknya, Ran melangkah dengan percaya diri, ia mengangkat bahu dan kepalanya, dan berjalan dengan gagah ke dalam kelas. Meski kalah, Ran mendapatkan efek yang jelas, setelah berkelahi kemarin. ditambah, ia mendapatkan dukungan dari orang lain.
"Adoh!" Baru berjalan sebentar, Ran malah jatuh karena tali sepatunya sendiri.
Suasana tegang malah mencair, para murid lain tidak mampu menahan tawa, ada yang tertawa diam-diam dan bahkan ada yang tertawa terang-terangan.
Pfft! Pasti malu dia.
Sudah percaya diri malah jatuh.
Wkwkwkwk, absurd kali!
Ran sendiri merasa sangat malu, wajahnya merah padam karena malu di tambah terantuk lantai.
Ukhhhh.... Aku tidak berani mengangkat wajah, malu banget rasanya.
Ran pun buru-buru berdiri sambil menutupi wajahnya dengan lengannya, lalu berlari ke kursi belakang. Gelak tawa para siswa, mengiringi lari Ran.
Tringggggg
Bel berbunyi, tanda masuk pelajaran.
Guru masuk ke dalam kelas tidak lama setelah bel berbunyi.
"Saya tidak akan banyak basa-basi, sekarang silahkan kalian ganti seragam dan langsung ke lapangan untuk tes fisik."
"Baik pak!"
Semua murid langsung berhamburan keluar, Ran ikut keluar sebelum tertinggal.
Tapi baru jalan sedikit, Ran langsung didorong dari belakang oleh seseorang.
"Aduh! Eughh..." Ran mengerang kesakitan, sepertinya luka kemarin masih belum sembuh sepenuhnya, walau sudah diobati oleh Healer.
Orang yang menabrak Ran hanya berjalan dengan santai.
Aku sudah tahu kalau mereka semakin membenciku, tapi aku tidak tahu mereka akan membalas dengan terang-terangan seperti ini.
Ran bangkit dan berjalan ke pintu keluar, di depan pintu masih ada beberapa orang yang masih belum keluar, mereka seakan-akan menunggu Ran.
Dan benar saja, salah satu dari mereka langsung menendang Ran tepat di perutnya.
Bak! Ran terpental jauh.
"Akhhh!" Ran menabrak meja.
Punggungnya terasa sangat sakit.
Orang tadi kemudian langsung pergi ke ke toilet.
Gila! Dia sadis sekali!
Di Lapangan.
Semua murid sudah berkumpul, dan Ran merasakan tatapan tajam dari semua murid.
Ukhhh... ini semakin lama semakin menyebalkan
Untungnya, pak Aji tidak lama kemudian langsung datang.
"Baik anak-anak, kita akan memulai ujian fisik untuk menilai kecepatan kalian, ada sedikit perubahan pada penilaian. Pertama, kalian akan terlebih dahulu lari 100 Meter, kemudian setelah itu kalian akan lari 40 menit, untuk menghitung stamina kalian. Apa kalian mengerti?"
"Mengerti pak." Para murid menjawab dengan lesu.
"Mana semangat kalian? Ayo lebih semangat lagi."
"Iya pak." Para murid tetap menjawab dengan lesu
Pak Aji tampak kebingungan dengan jawaban lesu yang terus ia dapatkan.
Ran juga bingung, padahal biasanya mereka selalu menjawab dengan semangat.
Tapi, tidak butuh waktu lama bagi Ran untuk menyadari apa penyebabnya
Dasar pilih kasih.
Padahal dia hanya orang biasa, tapi kenapa dia berani bertingkah sih?
Bacot banget, mending langsung mulai
Suara bisikan mereka terdengar jelas, Ran jadi paham dengan jelas apa penyebab mereka menjadi membenci pak Aji.
Jadi begitu, karena kemarin pak Aji membelaku, mereka jadi berpikir kalau pak Aji pilih kasih, sangat kekanak-kanakan.
"Yah~ Baiklah, sekarang mulai saja yuk, kita akab membagi kelompok, absen 1 sampai 6 segera maju"
.
.
"Bagus Michael, kamu mendapatkan nilai tertinggi untuk saat ini." Pak Aji memuji Michael yang mendapat nilai tertinggi untuk kategori kecepatan
"Huh! Itu hal yang pasti." Michael menjawab dengan ketus.
Pak Aji hanya bisa membalasnya dengan senyuman kaku.
"Baiklah, kelompok terakhir maju."
Yosh! Sekarang giliranku
Ran maju kedepan bersama yang lainnya, pak Aji bersiap untuk meniup peluit.
1
2
3
Pritttt!! Peluit dibunyikan.
Ran beserta yang lain melesat maju.
Semuanya bagaikan peluru, bagi Hyper, jarak 100 meter sangat mudah ditempuh.
Tapi, ada kejanggalan pada tes ini.
Aneh, aku memang tidak hapal semua Hyper disini, tapi aku setidaknya tahu kalau mereka yang dalam grup yang sama denganku, memiliki fisik yang kuat. Lalu kenapa, mereka bisa sejajar denganku?
5 orang yang berada di grup yang sama dengan Ran, berlari sejajar dengannya, seolah-olah mereka menyamakan kecepatan.
Harusnya dengan kecepatan mereka, bisa saja mereka menyusulku dengan mudah. Jangan-jangan?
Ran merasa seperti ada tersambar kilat, ia dengan cepat menyadari hal yang salah.
Ran melihat orang disampingnya, ia merasakan ada yang salah dengan orang itu.
Dari tadi dia seperti mencari timing, jangan-jangan?
Dalam waktu kurang dari sedetik setelah Ran menduga hal yang mereka rencanakan.
Orang di sampingnya langsung menjegal kaki Ran.
Ran sudah menduga hal itu, tapi dia kurang bisa bereaksi tepat waktu.
Bruk! Sreekkkk! Ran tersandung hingga terlempar beberapa meter.
Orang disampingnya tersenyum dan kembali berlari dengan lebih cepat.
Sial! Gak ada habis-habisnya mereka Ran menggerutu dalam hati, tapi dia tidak berniat menyerah.
Ran segera bangkit dan bersiap untuk berlari lagi, tetapi.
Prittttt!! Suara peluit dari pak Aji menghentikan lari semua orang.
Mereka memandang kearah pak Aji yang terlihat sangat merah. Wajahnya merah padam, dan urat dileher serta wajahnya terlihat jelas.
"Apa yang kalian lakukannnnn?" Pak Aji berteriak marah.
Ran menelan ludah, baru kali ini ia melihat pak Aji sangat marah hingga ia merinding
Tetapi, jangankan takut, orang-orang yang dimarahi pak Aji malah jadi jengkel.
"Apa normal melakukan hal itu dalam tes? Apa kalian tahu kalau itu berbahaya? Dasar anak nakal! Bercanda itu masih ada batasnya tahu!" Pak Aji semakin marah, dia mengomel kencang kepada semua anak yang berada di lapangan.
Meski tampaknya itu tidak membuat satu pun menyesal "Ah~~ Dasar, buat apa sih bikin keributan gak jelas seperti ini?" Salah satu Hyper dikelompok Ran angkat bicara, dia berbicara dengan wajah jengkel dan kesal.
"Kenapa? Itu karena yang kalian lakukan berbahaya! Bagaimana jika teman kalian mendapat luka serius? Apa kalian mau bertanggung jawab penuh?"
"Haduh pak, kami ini Hyper, tolong jangan samakan kami dengan manusia biasa seperti bapak dong. Walau dia Hyper lemah, dia tidak akan terluka semudah itu."
Ran hanya diam, ia tidak bisa menyangkal perkataannya, faktanya, Ran memang tidak terluka parah, jadi ia tidak bisa membawa itu sebagai masalah yang serius.
Tapi tidak dengan pak Aji, nalurinya sebagai guru membuatnya tidak bisa membiarkan hal itu.
Wajahnya semakin merah, pak Aji semakin marah dengan perilaku tidak sopan yang ditujukan oleh siswa itu.
"Hanya hal kecil!? Kalian ini! Jika kalian salah, mengakulah salah! Tidak peduli dia Hyper atau tidak, hal yang kalian lakukan itu salah, jadi cepat minta ma- Akh!" Omongan Pak Aji terpotong, ia mendadak diserang oleh siswa yang berada paling dekat dengannya.
"!!!!???" Ran terkejut, tapi ia tidak bisa langsung bereaksi.
Pak Aji terlempar hingga beberapa meter, wajahnya langsung hancur hanya dengan 1 pukulan. Dan tampaknya ia pingsan.
"Hadehhhh, hal kecil seperti ini saja malah dibesar-besarin, padahal bapak sendiri banyak salah kan? Bapak sampai pilih kasih, dasar orang tua bau tanah! Eh tapi sepertinya percuma aku ngomong sepertu ini, toh dia sudah pingsan" Murid yang memukul pak Aji mengejek pak Aji, hal itu memicu kemarahan Ran.
Drap! Drap! Drap! Ran langsung berlari sekencang mungkin kearah murid tersebut.
Murid itu masih asik mengoceh, hingga mengabaikan Ran.
Hop! Ran melompat, kemudian memutar badannya dan....
Buakkk! Ran menendang murid itu hingga terlempar.
Murid itu berhasil menyadari Ran di detik-detik terakhir, tapi ia tidak berhasil menahan serangan Ran. Dan berakhir, dengan mendapat serangan tepat didagunya hingga pingsan.
Ran mendarat ditanah dengan mulus, ia menengok kesekelilingnya, dan terlihat tatapan tajam yang berisi kemarahan dari semua Hyper di lapangan.
"Dasar gila, berulah lagi dia!"
"Cih, deja vu"
Semua murid langsung bersiap untuk menyerang, kali ini tidak hanya satu, tapi hampir semua murid bersiap untuk menyerang Ran.
"Akan kami habisi kau b*n*s*t!" Teriak salah satu murid dengan nada kesal.
"Majulah sini!" Ran berteriak menantang.
Seketika, seluruh murid langsung mengeluarkan kekuatan mereka.
para Murid dengan kekuatan bertipe jarak jauh, mengaktifkan kekuatan mereka dan bersiap menyerang Ran dari jauh. Yang bertipe Transformasi dan fisik, berlari kearah Ran sambil mengaktifkan kekuatannya.
"Uwohhhh!" Suara teriakan para murid memenuhi lapangan.
"Sial, mati aku." Ran bergumam dengan putus asa.
Tapi, di detik-detik akhir, tiba-tiba suatu kilat menyambar, kearah Ran.
Serangan para murid terhenti, seluruh debu lapangan bertebaran.
"Uhuk! Uhuk! Apa itu? Komet?" Pandangan Ran tertutupi oleh debu.
Hingga kemudian, ketika debu terbawa oleh angin, tampak seorang guru di depan Ran. Guru itu tampak seperti pegawai negeri teladan, rambut rapih dan jas hitam mengkilat. Hal yang aneh darinya hanya fakta kalau dia memakai kacamata hitam yang terlihat tidak cocok dengannya.
Itu membuat semua Murid menjadi ragu untuk menyerang.
Itu guru kan? Tapi aku tidak pernah melihatnya sebelumnya
Dia Ranker atau bukan? Kalau dia Ranker kita akan dalam masalah.
Gawat, para guru berdatangan
Para murid ragu-ragu untuk menyerang, pasalnya, para Ranker jelas lebih kuat dibanding para Hyper di sekolah, karena para Ranker adalah Hyper terlatih dengan pengalaman hidup mati.
Ran sendiri bingung dengan situasi ini, selain pak Aji, tidak ada guru sekolah yang mau membantu Ran.
Dia? Melindungiku kan?
Pria itu diam sejenak dan menarik nafas, kemudian.....
"Woiiiiii!!!! Diam kalian semua!" Ia mengeluarkan suara yang sangat keras, hingga membuat gendang telinga sampai berdengung.
Sepertinya kekuatannya itu, berhubungan dengan gelombang suara yah?
"Dasar anak-anak gila! Kalian ingin membunuh guru kalian sendiri yah?" Guru misterius itu memarahi para murid dengan suara yang membuat telinga sakit.
Semua murid menutup telinga mereka.
"Cih! Itu salah dia sendiri tahu, dia selalu pilih kasih dan bertindak seenaknya, padahal dia cuman manusia biasa. Lagian siapa kau ini!? Aku tidak pernah melihat kau, kenapa ikut campur segala!?" Salah satu murid berteriak membalas.
"Benar, kenapa sok ikut campur, lagian kau ini siapa? Kau bukan guru pastinya, kami tidak pernah melihatmu selama ini."
"Benar!"
Satu persatu murid balas berteriak.
Walau diserang dengan teriakan, guru itu tampak tenang. Ia hanya melepas kacamatanya dan mengelapnya dengan tisu, kemudian memakainya kembali.
Ketika keadaan semakin ribut, guru itu mengambil nafas dalam-dalam dan.... "DIAMMMMMMMMM!!!!!!!" Guru itu berteriak dengan suara super keras yang bahkan menimbulkan angin kencang yang menerbangkan beberapa murid.
Keadaan seketika tenang dan terkendali, lalu guru itu kembali berbicara dengan normal.
"Sekarang sudah tenang kan? Biarkan saya memperkenalkan diri. Nama saya Farizi Umar, saya berasal dari Departemen pengawasan yang dikirim sebagai guru baru di sekolah ini. Dan tentu saja saya bertugas untuk mengawasi para Hyper yang kemungkinan melanggar peraturan."
Glek. Semua murid menelan ludah, tidak terkecuali Michael.
Tidak ada yang tidak tahu dengan departemen pengawasan. Itu adalah salah satu departemen pemerintah yang bertugas mengawasi para Hyper yang bertindak seenaknya.
Sebagai manusia super, hal yang wajar jika ada Hyper yang merasa dirinya superior, sehingga menindas Non-Hyper.
Para Hyper yang melukai Non-Hyper secara sengaja akan dijatuhi hukuman berat, tidak terkecuali meski yang melukai adalah seorang murid sekali pun.
Guru itu kembali berbicara "Duh~ Kalian ini, tidak tahu batas yah, saya sudah tahu kelakuan sampah kalian yang suka menindas Hyper lemah, tapi harusnya kalian berhenti sampai disitu, kenapa malah menyerang Non-Hyper juga."
Para murid tidak bisa membalas, mereka hanya diam karena takut dengan departemen pengawasan. Tapi, tentu saja tidak semuanya takut.
"Kenapa...? Kenapa hanya kami yang disalahkan? Setiap ada kasus perkelahian antar Hyper dan Non-Hyper, pasti selalu saja Hyper yang kena, padahal Non-Hyper itu pasti juga memiliki andil yang menyebabkan perkelahian."
Hanya dengan perkataan itu, para murid lain menjadi terpicu.
Betul, padahal mereka juga ada salah, tapi hanya kami yang disalahkan.
Padahal guru itu yang mulai.
Menyebalkan, kenapa kami terus yang salah
Ran sangat terkejut, ia tidak menyangka hanya dengan satu orang, bisa menyulut orang lain untuk melawan departemen pengawasan.
Sepertinya situasi akan memburuk
Tapi, sepertinya itu bukan situasi yang baru bagi para agen Departemen pengawasan "Hahhh~ Dasar, masih nanya, tentu saja karena kita ini lebih kuat dari Non-Hyper, jika dibandingkan, akan sama saja dengan perkelahian nenek tua dengan atlet ufc. Meski si nenek yang mulai, tapi jika atlet itu membalas dan membuat si nenek terluka, menurut kalian siapa yang akan disalahkan hah!? Apa kalian tahu berapa miliyar yang disumbangkan oleh para Non-Hyper untuk kemajuan Hyper? Apa kalian mau sumber dana kita dipotong?"
Para murid kembali terdiam.
"Bagus jika kalian mengerti."
"Pak, jika seandainya anda tidak bisa kembali untuk melaporkan hal ini, maka kasus ini tidak akan ada yang tahu kan?" Salah seorang murid bertanya pertanyaan yang aneh.
Ran sangat terkejut, ia tahu apa makna dibalik pertanyaan itu "Jika kau mati, tidak akan ada masalah kan?"
Ini akan jadi masalah besar, meski ia dari departemen pengawasan, tidak mungkin ia menang melawan puluhan Hyper. Pikir Ran.
Tapi guru itu sama sekali tidak takut, malahan ia menantang mereka semua. "Owh~ Jadi kalian mengancam saya? Baiklah, sudah lama juga tidak pemanasan, maju sini." Guru itu melambaikan tangannya, untuk memberi isyarat maju.
"Jangan meremehkan kami, serang!!!" Dengan perintah dari Michael, lebih dari setengah Hyper maju menyerang.
15 orang Hyper bersiap menyerang, tapi guru itu hanya berdiri dengan tenang
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments