Family

“Eeeeeeeee.......? Ughhhh..... Sakit sekali. Dimana yang lainnya?” Ran terbangun sambil merintih kesakitan.

Dia menatap sekeliling gedung olah raga yang telah kosong dan gelap, sambil mencari-cari teman sekelasnya.

“Sepertinya mereka sudah pergi semua yah? Huffffftttt..... Hari ini gagal lagi sepertinya. Sebaiknya aku pulang secepatnya” Dia hanya bisa pasrah menerima keadaannya.

Dia sadar bahwa tidak ada satu pun orang yang datang untuk membangunkannya.

Jadi Ran hanya bisa menerimanya dengan lapang dada. Ran pun pergi ke kelasnya melewati lorong sekolah yang gelap untuk mengambil tas dan pulang ke rumah walau sebenarnya dia tidak ingin.

“Sial, jika diingat-ingat, Michael masih belum mengembalikan seragamku. Menyebalkan, bagaimana cara memintanya coba?” Ran teringat fakta pahit yang dia terima.

Michael pasti sudah pulang duluan, seragam milik Ran mungkin saja terbawa olehnya. Dan dia tahu bahwa akan sulit untuk meminta seragamnya kembali.

Michael adalah murid terbaik di angkatannya. Dia adalah putra dari seorang Ranker level S dari generasi pertama. Dia mewarisi kemampuan kuat dari ayahnya dia pun punya nilai tertinggi seangkatan dan bahkan dianggap oleh para guru sebagai calon Ranker level S yang baru.

Kemampuannya secara alami memberikan Michael harga diri dan kebanggaan diri yang sangat tinggi.

Jika Ran meminta seragamnya dikembalikan, Michael mungkin akan merasa harga dirinya dihina. Dengan status dan kemampuannya, dia akan bisa dengan mudah menindas Ran, jika itu terjadi, Ran tidak akan bisa melawannya sedikit pun, kemungkinan terburuknya, dia harus melewati masa sekolah dengan kenangan sebagai korban bully.

“Cih, mau tidak mau, aku cuman bisa menunggu dia sendiri yang mengembalikan. Tapi entah kapan dia mau mengembalikannya. Untuk jaga-jaga, aku lebih baik mencuci seragam ini, karena mungkin saja dia tidak akan mengembalikan seragam olah ragaku. Habis ini mampir ke pak Bon dulu saja” Ran memilih untuk melewati jalan alternatif yang lebih aman tanpa resiko yang besar.

Ran sampai di kelasnya, sayangnya, kelasnya sudah di kunci.

“Sial! Tentu saja pasti dikunci. Bagaimana ini, semua uangku untuk satu minggu ini berada di dalam tas.”

Ran mencoba mencari cara untuk masuk ke dalam kelasnya. Dia mencoba mengecek salah satu jendela dengan harapan ada jendela yang tidak terkunci.

“Bagus! Ada jendela yang tidak dikunci.” Ran girang ketika menemukan sedikit harapan

Dia bergegas mencoba memasuki kelasnya lewat jendela.

“Sial, sempit banget” Dia sedikit kesusahan karena jendela yang terlalu tinggi dan sempit

Ran mencoba sebisa mungkin untuk mengangkat tubuhnya untuk memasuki jendela yang sempit.

“Ok, sedikit lagi........ Nice!” Ran akhirnya berhasil memasuki kelasnya.

“Ok, sekarang tinggal ambil dan pergi dari tempat suram ini” Ran bergegas ke mejanya untuk mengambil tasnya dan sesegera mungkin untuk pulang.

Namun, pemandangan tak mengenakkan menyambutnya ketika dia sampai ke mejanya

“Yahhhhhhh.... Ini bukan hal yang aneh” Ran sudah terbiasa dengan hal ini dan menerimanya.

Di atas mejanya, terdapat seragam olah raga milik Ran yang sudah kotor. Banyak debu, pasir dan tanah yang menempel pada bajunya.

Dia tidak mau berpikir rumit, dan langsung mengambil seragam olah raganya.

“Tinggal dicuci saja apa susahnya”

Dia hanya mengatakan sesuatu untuk menghibur diri, walau dalam hatinya dia merasa sangat kesal dan marah.

Tapi baginya, target kemarahannya adalah sesuatu yang terlalu tinggi untuk dibalas, menerima hal ini dengan tenang dan menganggapnya sebagai hal yang normal lebih baik daripada repot-repot mendendam.

Ran langsung bergegas pergi dari kelasnya yang suram.

Dia telah keluar gedung dan mendapati suasana yang gelap dan mencekam, sekolahnya tampak menakutkan saat di malam hari. Tidak ada satu pun lampu yang menyala di dalam sekolahnya. Hingga lampu jalanan redup yang berada di luar sekolahnya, terlihat sangat terang.

Dia langsung berlari ke arah gerbang dan dengan cekatan memanjat pagar gerbang.

Suasana di luar sekolahnya tidak jauh berbeda dengan suasana di dalam sekolah. Jalanan terasa sangat sepi. Hampir tidak ada satu pun orang atau kendaraan yang melewati jalanan sekolah.

“Pantas sepi banget, sudah hampir lewat jam tengah malam, dasar orang-orang kejam, setidaknya bangunkan aku, semoga pak Bon masih menerima tamu di jam segini”

Ran melintasi jalanan gelap dan sunyi sendirian.

Semakin lama berjalan, dia mulai menemukan beberapa orang yang masih terbangun. Entah itu anak-anak berandal yang melakukan vandalisme, atau orang-orang yang baru pulang dari tempat kerjanya.

Di tengah perjalanan ke rumah, Ran berbelok ke sebuah toko kecil. Tanda tutup tertera lebar di depan toko itu. Tapi Ran tidak peduli.

“Halooooooooo! Pak Bon, tolong buka dong” Ran berteriak sambil menggedor-gedor pintu toko tersebut.

“Haissssssss, berisik sekali, siapa itu?.” Tidak berselang lama, ada suara yang menjawab panggilan Ran.

Ran sedikit mundur dari pintu toko, terdengar suara langkah kaki yang kencang dari dalam toko, dan kemudian pintu toko tersebut terbuka dengan kasar.

“Hoii! Siapa itu? Kenapa mengganggu pada malam-malam gini?.” Dari dalam toko muncul seorang paruh baya berbadan gemuk dengan janggut lebat menghiasi wajahnya.

“Yooo, maaf ganggu pak Bon.” Ran menyapa dengan ringan.

“Oalah, ternyata kau, ayo masuk dulu saja.” Pria itu mempersilahkan Ran untuk masuk seolah-olah telah terbiasa.

Ran masuk dengan ringan ke dalam toko milik pria paruh baya yang dipanggil pak Bon. Dia melangkah ke arah meja dan kursi yang tersusun rapih di salah satu sudut toko. Sementara pak Bon pergi ke arah dapur toko untuk menyiapkan minuman hangat.

Ran merasa tenang dan nyaman di tempat ini, toko ini adalah sebuah toko kecil yang khusus menjual berbagai macam peralatan dan senjata yang biasa di gunakan oleh para Ranker liar.

Ranker liar adalah para Ranker yang membentuk perkumpulan sendiri dengan para Ranker lainnya tanpa bergantung kepada pemerintah.

Walau disebut Ranker, tidak semua Ranker liar memiliki gelar Ranker secara resmi, ada beberapa Hyper level rendah yang tidak bisa lulus ujian Ranker dan tidak bisa juga mendapatkan pekerjaan lain.

Sehingga mereka sama-sama membentuk perkumpulan yang disebut Guild yang bekerja untuk menutup Gate. Ada juga Ranker liar yang merupakan Ranker berlevel rendah yang tidak mendapat gaji yang layak sehingga memilih menjadi Ranker liar, bahkan menurut rumor ada juga Ranker Level tinggi yang menjadi Ranker liar karena tidak suka dengan aturan pemerintah.

Para Ranker liar hidup dengan mengandalkan uang hasil menutup Gate dan membasmi para monster yang keluar, para Monster yang keluar biasanya menjatuhkan berbagai material berharga yang bisa digunakan untuk macam-macam hal.

Seperti misalnya untuk membuat senjata dan peralatan para Ranker, atau digunakan sebagai material bangunan. Bangunan yang memakai material yang dijatuhkan para monster memiliki kualitas yang tinggi karena punya daya tahan yang lama. Semakin bagus dan berkualitas material yang dipakai, harganya bisa semakin mahal.

Dari hasil itulah para Ranker liar bisa mendapatkan penghasilan, berbeda dengan para Ranker pemerintah yang mendapatkan gaji bulanan sesuai dengan Level dan peringkat mereka, mereka juga mendapatkan senjata dan peralatan langsung dari pemerintah, meski terkadang para Ranker pemerintah tetap harus mengeluarkan banyak uang untuk membeli senjata dan peralatan berlevel tinggi yang disediakan pemerintah.

Para Ranker liar yang tidak bisa mendapatkan senjata dari pemerintah, saling bekerja sama dengan para Hyper dengan kemampuan Blacksmith untuk membuat senjata sendiri untuk komunitasnya.

Hal ini juga dimanfaatkan oleh para Ranker dengan kemampuan Blacksmith dengan cara membuka toko yang menjual peralatan dan senjata untuk para Ranker liar.

Pak Bon adalah salah satunya, dia adalah mantan Ranker pemerintah dari generasi pertama. Latar belakangnya yang hebat harusnya membuat dia menjadi kaya dan terkenal, ditambah dengan kemampuan Blacksmithnya yang sangat hebat bahkan jika dibandingkan dengan para Ranker Blacksmith di zaman sekarang.

Entah apa yang ada dipikirannya hingga dia membuka toko peralatan kecil di wilayah terpencil yang tidak diketahui banyak orang, dan bahkan menjual peralatan dan senjata buatannya dengan harga murah.

Padahal, semua senjata yang dibuat oleh pak Bon, memiliki kualitas tingkat A~S yang bisa dijual dengan sangat mahal.

Namun, Pak Bon malah menjualnya dengan harga yang setara dengan peralatan level D~C.

Padahal Pak Bon harusnya bisa menjadi kaya dengan mudah jika menjual produknya dengan harga aslinya.

Ran melamun memikirkan alasan Pak Bon.

“Jadi, ada apa datang tengah malam seperti ini?” Suara Pak Bon dari arah dapur memecahkan lamunan Ran.

“Eh? Hah? Apa?” Ran yang sadar dari lamunannya tidak bisa merespon pertanyaan Pak Bon.

“Dasar! Makanya jangan terlalu banyak melamun”

“Haha, maaf, maaf. Jadi tadi ada apa?”

“Aku tadi bertanya, kenapa kau datang tengah malam seperti ini? Kau memang sering datang saat malam, tapi tidak pernah semalam ini? Sedang ada masalah yah?”

“Tidak ada kok, hanya sedang bosan saja karena tidak bisa tidur.” Ran berbohong karena tidak mau membuat Pak Bon khawatir

“Bohong!”

“Ehhhh?”

“Katakan saja yang sejujurnya, kau diganggu saat di sekolah kan?”

Gleg

“A-Apa maksudnya yah? Disekolah aku baik-baik saja kok, teman-temanku baik-baik, mereka sangat ramah dan sering membantu.” Ran masih mencoba berbohong, dia masih merasa jika pak Bon hanya menduga-duga saja.

“Sudah, jangan berbohong, kelihatan jelas kok”

“Ehhhhh?” Ran sangat kaget, wajahnya pucat pasi karena takut ketahuan.

Bagaimana? Bagaimana bisa pak Bon tahu?

“Ti-“

“Bajumu!”

“Hah?”

“Bajumu kotor, penuh dengan noda cat”

“Apa?” Ran kaget dan memeriksa bajunya, dia baru sadar jika dia masih memakai seragam olah raga milik Michael yang penuh dengan noda cat

Pantas saja pak Bon tahu

“Belum lagi, kau sering datang dengan wajah babak belur, alasan apa lagi yang dimiliki oleh seseorang dengan kemampuan tanggung sepertimu jika bukan dibully”

“Ahhhhhh..... Jika bapak sudah tahu sebanyak itu, sepertinya aku sudah tidak perlu berkelit lagi, iya benar, aku memang selalu dibully oleh teman sekelasku. Aku selalu datang ke tempat bapak sebagai pelarian dan mencari ketenangan, karena dirumah, keadaannya sama saja dengan di sekolah." Ran menyerah untuk berdebat, dia menjelaskan semuanya dengan suara yang lirih.

“Begitu......” Pak Bon berjalan ke arah Ran sambil membawa 2 cangkir berisi coklat panas

“Minumlah dulu, kau pasti kedinginan kan?”

“Heheh, makasih yah pak” Ran mengambil coklat panas yang disuguhkan dan meminumnya dengan perasaan tenang.

“Oh iya, apa tidak masalah jika kau belum tidur? Bagaimana sekolahmu besok?”

“Oh itu, tidak masalah, besok sekolah libur”

“Bukannya besok baru sabtu?”

“Sekolah zaman sekarang memang libur pada hari sabtu dan minggu, dasar orang tua kolot”

“Hoi jaga mulutmu itu, jangan kurang ajar pada orang tua, dasar anak muda jaman sekarang.”

“Haha bercanda, maaf, maaf”

“Tapi Ran, kenapa kau terus bertahan di sekolah itu? Kau tahu kan, para Hyper dengan kemampuan rendah sepertimu sangat tidak dihargai di sana, kenapa kau tidak bergabung dengan salah satu guild Ranker liar saja? Kalau kau mau, aku bisa mengenalkanmu dengan salah satu ketua Ranker liar yang sering kesini. Mereka memang bukan guild besar, tapi setidaknya guild mereka lebih solid daripada bergabung menjadi Ranker milik pemerintah”

“.........” Ran diam dan menyeruput coklat panasnya “pak, bagiku, menjadi Ranker pemerintah bukan sekadar untuk menghasilkan uang, aku ingin lulus dan menjadi Ranker secara resmi sebagai pembuktian bahwa aku pun juga bisa sukses. Aku akan membuktikan kepada orang-orang yang merendahkanku bahwa aku juga bisa.” Ran menjawab pertanyaan Pak Bon dengan sangat percaya diri. Dia menegakkan kepalanya dan menatap pak Bon dengan pandangan yakin.

“Hmmpp.” Pak Bon tertawa sedikit “Tapi pertama-tama, taklukkan dulu orang-orang yang mengganggumu itu, baru kau boleh omong besar”

“Hehe, sayangnya mereka bukan orang sembarangan”

“Oh ya? Siapa mereka memangnya”

“Michael dan gengnya, Michael Wirtz, dia adalah anak dari Lod Wirtz.”

“Lod Wirtz? Lod si Ranker Level S sang Master of land? Yang menguasai hampir seluruh tanah di ibukota? Kenapa anaknya sekolah di tempat terpencil ini?”

“Loh? Kok bapak bisa tahu tentang dia?

“Kami berdua berasal dari generasi pertama, saat peristiwa Monster Attack, aku dan dia berada di tim yang sama, kami menjaga bertugas di ibukota untuk mengawal presiden saat itu. Dari dulu dia memang orang yang busuk, sebagai ganti atas kontribusinya, dia meminta hak kepemilikan ibukota. Tidak ada yang berani menolak karena dia memiliki kontribusi yang besar dalam melindungi ibukota."

“Urghh, ayah dan anak yang mengesalkan”

“Tapi ada yang aneh, mengingat sifatnya, dia seharusnya memasukkan anaknya ke sekolah Hyper terbaik di ibukota, kenapa dia mengirim anaknya ke kota terpencil ini?”

“Entahlah, dari yang kudengar sih, dia memiliki keluarga yang rumit”

“Ahhhh, aku mengerti garis besarnya”

Ran dan Pak Bon terus mengobrol hingga telah lewat jam 1 pagi.

“Lah? Sudah jam 1 pagi? Waktu berlalu dengan cepat, baiklah, sampai jumpa Pak Bon, aku mau pulang dulu”

“Hei sekalian saja menginap disini”

“Tidak usah, aku harus menyiapkan sarapan soalnya”

Ran langsung berlari keluar dan menuju ke rumahnya, rumah Ran berjarak cukup jauh dari toko pak Bon, setidaknya butuh 30 menit dengan cara berlari, tapi beruntungnya, berkat fisik Ran yang lebih kuat dari rata-rata manusia, hanya butuh waktu sepuluh menit saja.

Ran sampai di rumahnya, rumahnya kecil dan dipenuhi sampah.

Dasar orang-orang gila, lagi-lagi mereka buang sampah di depan rumahku, mereka kira rumahku tempat sampah apa?

Ran menggerutu dalam hati, tempat kecil yang dia sebut rumah ini, selalu tidak dihargai oleh orang lain. Tak jarang ada yang membuang sampah atau melakukan vandalisme seperti mencoret-coret dinding rumahnya.

Ran melangkah masuk ke dalam rumah, dia membuka pintu dengan perlahan dan sangat hati-hati agar tidak menimbulkan suara gaduh.

Buka perlahan, jalan perlahan dan langsung masuk ke kamar, jangan sampai ‘orang itu’ terbangun, dia pasti bakal mengamuk jika melihat aku pulang selarut ini.

Sayangnya, rencana Ran tidak berjalan mulus. Belum sampai memasukkan seluruh badannya ke dalam rumah, sebuah botol kaca terlempar tepat di sampingnya. Botol kaca itu menabrak dinding dan hancur dengan mengeluarkan bunyi yang tidak menyenangkan.

Ran terkejut hingga tidak sanggup merespon, dia melihat ke seberang, disana terdapat seorang pria paruh baya dengan penampilan lusuh dan perut buncit, dia memiliki jenggot kasar yang tidak terawat. Pandangannya seperti orang mabuk, tapi terasa jelas kemarahan dari sorot matanya.

“Kau.... Hik! Dari mana? Hik!.” Pria itu bertanya sambil cegukan, dia mencoba berdiri dengan sempoyongan sambil membawa botol kaca lainnya.

“........” Ran hanya diam mematung tanpa menjawab.

“Dari mana saja kau dasar anak sialan!!!!!” Pria itu mengamuk dan memukul kepala Ran dengan botol kaca hingga botol itu sendiri hancur.

Ran meringis karena sakit dan kesal.

“Sampai kapan?” Ran bertanya dengan nada rendah

“Hah? Hik!”

“Sampai kapan kau mau hidup menyedihkan seperti ini dasar pria tua!!!!” Ran mengamuk dan memaki pria itu.

“Kau! Beraninya pada ayahmu!” Pria yang mengaku ayah Ran itu ikut mengamuk.

Syung

Dia mengayunkan botol kaca yang telah pecah setengahnya ke arah Ran.

Ran menghindarinya dengan menunduk ke bawah, kemudian loncat ke arah dagu pria itu dan menyundulnya dengan kencang.

“Ughhh” Pria itu meringis kesakitan dan berjalan ke belakang dengan sempoyongan.

Ran mendorong pria itu untuk menjatuhkannya.

“Jangan mengaku sebagaj ayahku!! Kau hanya tukang mabuk tidak berguna!!!” Ran memaki ayahnya sendiri dan menolak mengakuinya sebagai ayahnya.

Ayahnya hanya memandang Ran dengan tatapan kesal, namun, dibalik tatapan itu, terdapat mata dari seseorang yang sudah putus asa.

“Cih!” Ran berbalik ke arah kamarnya, meninggalkan pria itu sendirian. Dia mengunci dirinya sendiri di kamarnya.

Di kamarnya, Ran melemparkan tasnya dengan kasar, dan naik ke atas kasur tanpa melepaskan sepatunya.

Perasaan Ran semakin kacau, rasa kesal dan benci berkecamuk makin hebat di dalam hatinya. Dan di antara perasaan kebencian, terdapat kesedihan yang mendalam juga. Ran tidak dapat menahannya, dan akhirnya dia meluapkan perasaannya.

“Hikss.... Ibuuu...... Aku rindu sekali padamu”

Terpopuler

Comments

Sandra Siregar

Sandra Siregar

lambat amat alurnya thor

2023-02-14

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!