Suasana lengang sejenak setelah ledakan teriakan Ran.
Hakim yang hampir terjengkal dari kursi, memperbaiki posisinya kembali. Ia berdeham sedikit dan berkata, "Te-Terimakasih atas jawabannya, tapi tolong agar tidak terlalu menggebu-gebu seperti tadi."
Ran baru sadar apa yang dia lakukan, saat ini persidangan disiarkan ke luar, mungkin ada ratusan orang yang melihatnya berteriak kencang hingga kelihatan menangis.
Asem! Malu banget rasanya. Aku pasti kelihatan seperti anak kecil yang sedang merengek. Gumam Ran dalam hatinya.
Muka Ran berubah menjadi merah padam akibat serangan malu yang mendadak ia terima.
Hakim berdeham kembali sebelum berbicara, "Ehem... Baiklah, dari reaksinya, saya bisa tahu bahwa kalian bukan teman sama sekali."
Para pelaku terutama Michael langsung panik mendengar perkataan hakim, Michael berbicara dengan terbata-bata, "Pak! I-Itu... Ummm... Be-Bercanda! Iya! Bercanda kan Ran? Ayolah, jangan seperti itu." Michael mengedipkan sebelah matanya sambil memaksa senyum.
Walau Michael senyum, ia mengeluarkan aura mengancam, ia sengaja memunggungi hakim agar tidak bisa dilihat oleh hakim, di depan Ran ia memasang tatapan yang terlihat kesal seolah-olah mengatakan, "Woi bocah! Jawab iya atau akan kuhajar kau!"
Tapi, Ran sama sekali tidak takut, adrenalinenya meningkat pesat, ia bahkan merasa bisa mengalahkan Michael dalam pertarungan langsung.
Aku tidak tahu apa lagi yang merasukiku? Rasanya, sama seperti waktu itu. Aku tidak merasa takut terhadap Michael. Ran bergumam dalam hatinya, sambil memikirkan hari ini dimana ia menentang Michael untuk pertama kalinya dalam hidupnya yang singkat itu.
"Ada apa Michael? Matamu sakit? Kenapa melotot?" Ran tidak mempedulikan ancaman Michael, sebaliknya, ia malah menantang Michael dengan pertanyaan provokatif.
Michael sangat terkejut, matanya semakin melotot hingga tampak seperti akan keluar, urat-urat di wajahnya tertarik sangat kencang hingga tampak jelas tanpa perlu melihatnya dari dekat.
Ran merasa puas melihat ekspresi Michael, dan kembali memprovokasinya, "Ya ampun Michael, ada apa dengan matamu? Tampak sangat merah, apa kau perlu obat mata? Maaf tapi aku tidak membawa obat mata, kalau pun ada, aku tidak berniat memberikannya padamu." Ran tersenyum mengejek seperti meniru pengawas Farizi.
Semua yang ada di ruangan sangat terkejut, pengawas Farizi tertawa puas mendengar provokasi Ran, hakim memandang Ran dengan sangat heran.
Dan bahkan pria kekar di samping Ran sangat terkejut melihat Ran yang memprovokasi Michael. Dalam hati pria itu, ia bergumam, "Ada apa dengan anak ini? Padahal menurut laporan observasi dari kesehariannya, ia hampir selalu menghindari masalah dengan Michael."
Urat kesabaran Michael langsung putus, ia berniat untuk meloncat dari kursinya dan menerjang Ran. Tetapi, para bawahan Michael yang sadar dengan niat Michael, langsung menghentikannya ketika Michael baru berdiri dari kursinya.
Santai kawan.
Jangan termakan provokasinya, kita harus tenang.
Bos, jika kamu menghajarnya sekarang disini, kita akan makin kesusahan.
Tahanlah sedikit
Michael yang awalnya mau mengamuk menjadi tertahan di kursi karena teman-temannya.
Hakim yang melihat itu berdeham dengan kencang dan memberi peringatan, "Tolong kembali duduk, jangan membuat keributan karena saya tidak akan memberi toleransi lebih."
Mendengar peringatan Hakim, mau tidak mau Michael kembali duduk sambil mendengus kesal, di wajahnya, masih terlihat dengan jelas kemarahannya. Dia seakan-akan bisa menerkam dan memakan Ran kapan saja dia mau.
Ketika keadaan sudah menjadi lebih tenang, hakim kembali angkat bicara, "Baiklah, saya tidak perlu keterangan lain, dari reaksi mereka, saya sudah tahu bahwa mereka bukan teman, lebih buruknya lagi, mereka adalah musuh mungkin?"
"Benar pak! Saya dan mereka adalah musuh, mereka selalu mengganggu dan menghina saya!" Tanpa diminta, Ran langsung menanggapi jawaban hakim dengan cepat.
"Baiklah baiklah, saya sudah paham kok." Hakim menenangkan Ran yang terus ngegas dalam mengeluarkan semua kelakuan buruk teman sekelasnya.
Teman sekelas Ran makin marah, wajah mereka berubah merah padam, terutama Michael yang sampai menggertakkan giginya, Berani sekali anak itu! Batin Michael dalam hatinya.
Pengacara wanita di sisi pelaku tampak berpikir keras tentang cara membalikkan situasi saat ini.
Tiba-tiba, pengacara itu teringat sesuatu, satu hal kecil yang terlewat, yang sudah muncul di persidangan ini, pengacara itu tersenyum sambil bergumam, Itu dia!
Tepat sebelum hakim menanyakan kesaksian dari Ran, pengacara wanita tersebut mengangkat tangannya sambil berteriak, "Saya keberatan!"
Semua tertegun karena pengacara wanita itu, hakim yang awalnya akan bertanya tentang kesaksian Ran menjadi tertunda.
Hakim malah bertanya kepada pengacara itu, "Apa yang membuat anda keberatan?"
Pengacara wanita itu tersenyum licik sebelum menjawab, "Hmm... Pak! Saya teringat sesuatu tentang anak ini, apa anda masih ingat tentang kesaksian dari nak Bardolf yang mengatakan bahwa Pak Aji pilih kasih terhadap anak didiknya?"
"Iya, saya masih mengingatnya."
"Nah, kebetulan sekali, murid yang mendapat perlakuan khusus dari pak Aji ada disini."
Deg Ran sangat terkejut, dia sadar apa rencana dari wanita itu, Cih! Jadi itu yang dia rencanakan
Hakim menjadi tertarik dengan perkataan pengacara itu, "Hmm... Siapa dia?"
Pengacara itu tersenyum lebar, ekspresinya terlihat sangat senang hingga terlihat menakutkan, "Ya! Dia berada tepat disini! Dia adalah Ran Corbin yang berdiri tepat di depan anda! Dia adalah murid yang menerima perlakuan khusus dari pak Aji. Dia adalah murid yang menjadi pemicu rasa iri dari para murid karena perlakuan istimewa yang ia dapatkan!"
Suasana kembali menjadi tegang, seluruh orang di ruangan termasuk pak Aji sangat terkejut.
Sadar akan kesempatan ini, semua teman sekelas Ran ikut menggempur Ran.
"Benar! Aku pernah lihat ia diizinkan masuk ke ruang tes lebih dulu."
"Aku juga pernah lihat ia diberikan banyak sekali makanan!"
"Saaf di ruang guru, aku melihat Ran menerima sebuah kertas! Itu pasti contekan untuk tes! Berarti nilai Ran selama ini adalah kecurangan!"
"Kecurangan? Dia harus dikeluarkan!"
Suara teriakan para murid memenuhi seluruh ruangan, hingga meredam suara hakim yang mencoba menghentikan mereka.
Pengawas Farizi ikut kaget sekaligus tenang dengan situasi ini, seakan-akan ini adalah situasi terburuk yang sudah ia perkirakan. Sambil tersenyum masam, pengawa Farizi bergumam, Sepertinya aku terpaksa menggunakan itu.
Sementara itu Ran, ia merasa sangat kesal dan marah dengan situasi ini, semua tuduhan yang dilayangkan padanya, memang tidak sepenuhnya salah, tapi ada beberapa hal yang terlalu dilebih-lebihkan.
Aku dibiarkan masuk ke ruang tes duluan, karena kalian selalu menggangguku tahu! Banyak makanan? Aku hanya menerima sebatang coklat, apa kalian iri hanya karena sebatang coklat? Kalian kan bisa membelinya sendiri. Contekan? Dasar sialan! Semua nilaiku itu murni hasil belajar hingga kurang tidur tahu! Kertas yang diberikan pak Aji itu malah hasil tesku yang dapat nilai 100 tahu!
Ran mengepalkan tangannya, semua tuduhan buruk yang diberikan padanya dan pak Aji membuatnya sangat murka, pada saat ini, Ran sangat ingin memukul wajah mereka.
Pak Aji yang awalnya diam, menjadi sangat kelabakan. Ini semua berkaitan dengan dirinya sendiri. Walau tidak semua tuduhan itu benar, tapi ia memang memberikan Ran perhatian lebih dibanding murid-murid lain.
Situasi makin tidak bisa dikontrol, para murid makin menggila dan mengarang berbagai hal yang sangat tidak masuk akal. Bahkan hakim pun sudah tidak bisa mendiamkan mereka lagi.
Pengawas Farizi menyilangkan tangannya dan menarik napas, lalu kemudian, "DIAMMMMM!!!!", ia berteriak sangat kencang, gelombang suaranya sampai menerbangkan semua alat tulis di depan meja, dan bahkan ada beberapa orang yang terlempar ke belakang.
Situasi menjadi sunyi, para murid yang awalnya berteriak sambil menunjuk-nunjuk Ran, berhasil ditenangkan hanya dengan 1 kalimat dari seoranf pengawas.
Selang beberapa detik kemudian, pengawas Farizi berbicara, "Haaaaa~ Akhirnya tenang juga. Cih, baiklah, karena sepertinya kita sulit mempercayai siapapun. Aku ingin mengusulkan satu hal pak Hakim. Eh? Anda kenapa?"
"Urkkkk, jangan merasa biasa saja seperti itu, ini karena salah anda tahu!"
"Hehe maafkan saya, saya sedikit emosi tadi."
Hakim yang awalnya duduk ke meja, sekarang berada pada situasi yang berantakan akibat gelombang suara dari pengawas Farizi. Ia terdorong jatuh, semua pakainnya berantakan, dan ia sampai tertutupi oleh kertas-kertas yang awalnya berada di atas meja.
Beberapa rekan pengawas Farizi langsung inisiatif membantu hakim.
"Anda tidak apa-apa pak hakim?" Ucap seorang wanita dengan dengan rambut hitam sepanjang bahu yang dari tadi duduk di samping pengawas Farizi, ia membantu hakim untuk bangun
"Maafkan atasan saya pak hakim" Ucap seorang pria dengan rambut keriting dan wajah yang lelah, sambil memungut kertas yang berjatuhan.
.
.
Setelah hakim duduk di kursi kembali, ia bertanya kepada pengawas Farizi, "Ehem, baiklah, pengawas Farizi, apa yang usulan anda terkait masalah ini?"
Pengawas Farizi menjawab sambil merogoh kantung di dalam jasnya, "Yah~ Saya ingin mengusulkan untuk menggunakan sebuah hasil penelitian dari divisi peralatan Ranker, ini adalah penelitian yang sudah cukup lama dilakukan, tapi tertunda terus karena dana yang lebih difokuskan pada persenjataan. Ini adalah alat yang bisa membuat lidah seorang tidak bisa berbohong, kami menyebutnya, "Permen pengikat lidah" Pengawas Farizi mengeluarkan sebuah permen berwarna ungu, yang terbungkus rapat dalam plastik bening.
Semuanya kembali terkejut.
Ran bingung dengan hal yang baru pertama ia temui, Apa itu? Baru pertama kali aku mendengar benda itu.
Pengacara wanita di sisi seberang merasa ketakutan ketika melihat permen tersebut, Sial! Aku baru tahu ada benda semacam itu.
Sementara para rekan Farizi menatap Farizi dengan tatapan ragu, Pak, apa memang itu diperlukan.
Hakim melihat permen itu dengan ragu-ragu, "Saya baru pertama kali melihatnya, apa itu benar-benar bisa membuat seseorang berkata jujur?"
"Heh! Jangan meremehkan permen ini. Ketika dimasukkan ke mulut, setengah dari permen ini akan langsung meleleh dan terserap ke dalam lidah, dan setengahnya lagi akan terserap ke seluruh tubuh. Cara kerjanya, saat seseorang berbicara bohong, detak jantungnya akan sedikit berbeda karena merasa takut bahwa kebohongannya akan ketahuan, dan permen ini akan mendeteksi detak jantung itu dengan akurat, sehingga jika orang yang memakannya berbohong, lidah dari orang itu akan menjadi kaku dan bahkan terlilit. Jadi seseorang tidak akan bisa berkata bohong"
Hakim masih ragu.
Farizi kembali berkata, "Sudahlah pak, langsung saja prakteknya. Nah Ran, makanlah ini."
Ran merasa sedikit ragu ketika melihat permen itu, dalam hatinya ia bergumam, Apakah ini aman?
Pengawas Farizi tersenyum, lalu mencoba menenangkan Ran, "Tidak perlu takut Ran."
Ran tetap ragu mencobanya.
Melihat keraguan Ran, pengacara wanita di seberang terpikirkan suatu ide.
Pengacara wanita itu menggebrak meja dan berteriak, "Tunggu! Jangan dimakan dulu."
Pengawas Farizi mendecakkan lidahnya, Ck, mau apa lagi dia.
Pengacara wanita itu menaruh wajahnya di pipi dan berkata, "Saya ingin bertanya, apakah permen itu aman? Apakah ada efek samping atau semacamnya? Tolong jawab dengan jujur, sangat ironis jika anda berbohong sambil memegang permen untuk membuat orang jujur."
Glup Pengawas Farizi meneguk ludahnya, Cih! Sepertinya ia sadar yah.
Pengawas Farizi terdiam sebentar untuk menjawabnya, ia ragu apakah harus jujur atau tidak.
Pengawas Wanita itu tersenyum semakin lebar, "Ada apa? Apakah memang ada efek samping yang sangat berbahaya?"
Pengawas Farizi akhirnya menyerah untuk mencoba berbohong, "Cih, baiklah, ya! Memang ada sedikit efek sampingnya, tapi itu tidak terlalu parah. Efeknya hanya lidah dari yang memakannya akan terasa kaku dan se-sedikit sakit."
"Hmm~ Ada lagi?" Pengacara itu bertanya kembali dengan senyuman licik.
"Dan yahhh, ada beberapa yang tubuhnya terasa sedikit lumpuh dalam beberapa hari. Ta-tapi hanya ada 4 dari 10 orang percobaan yang mengalami kelumpuhan. Da-Dan semuanya sukses, tidak ada yang bisa berbohong ketika memakan permen ini."
Pengacara wanita itu, sambil tersenyum ia berkata dengan ramah, "Begitu~ Terimakasih atas kejujurannya."
Pengawas Farizi merasa kesal karena senyumannya, ia merasa diejek.
Pengacara wanita itu mengangkat tangannya dan berkata kepada hakim, "°Pak hakim, menurut saya, permen itu terlalu berbahaya, saya tidak setuju jika permen itu digunakan."
Hakim berpikir sejenak, selang beberapa detik kemudian, hakim berkata, "Hmm~ Menurut saya, permen itu terdengar menarik, untuk saya pribadi, saya setuju atas penggunaan permen itu."
Pengawas Farizi senang ketika mendengarnya, sebaliknya, pengacara itu menjadi cemberut dan kesal.
"Tetapi!" Hakim masih belum selesai berbicara.
Ekspresi Pengawas Farizi dan pengacara wanita itu kembali serius.
Hakim lanjut berbicara, "Karena ada efek sampingnya, saya ingin ada kesetujuan dari saksi yang akan berbicara. Umumnya saya tidak peduli dengan persetujuan dari saksi, tapi karena saksi yang diajukan adalah seorang remaja, saya ingin meminta kesetujuannya terlebih dahulu. Jadi, nak Ran, apakah kau mau menggunakan permen itu untuk kesaksianmu?"
Ran menatap baik-baik permen itu.
Kumohon, terimalah
Kumohon, tolaklah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments