Bib... Bib... Bib...
Suara apa itu? Sial! Gelap sekali.
Kesadaran Ran bangkit ketika mendengar suara aneh di dekatnya. Ia memaksakan dirinya untuk bangun.
“Ukhhh..... Dimana ini?”
Ran membuka matanya, dia melihat sekeliling dengan lemas.
Ruangan tempatnya berada, berwarna putih bersih tanpa ada noda. Tempat itu, berbau obat-obatan yang membuat mual siapapun.
Di sekeliling Ran, terdapat Elektrokardiogram yang menghitung detak jantungnya, terdapat juga banyak selang yang menyuplai infus dan darah kepada Ran. Ran juga melihat, Ventilator yang memompa oksigen ke mulut Ran.
Ini? Rumah sakit kan? Sepertinya aku di bawa ke sini setelah pingsan yah?
Tep... Tep... Tep...
Terdengar bunyi langkah kaki yang pelan, dari suaranya, orang tersebut menuju ke arah Ran.
Saat semakin dekat, Ran bisa melihat siapa orang itu, dia adalah seorang suster.
“Sekarang jadwalnya mengganti infus, eh loh? Kau sudah bangun? Wah ini bagus! Akan kupanggilkan dokter secepatnya.”
“Eh? Tunggu sebentar.....”
Belum sempat Ran menyelesaikan kalimatnya, Suster itu sudah pergi terlebih dahulu untuk memanggil dokter.
Buru-buru sekali
.
.
.
.
Tidak berselang lama kemudian.
Terdengar suara derap langkah kaki lagi, tapi kali ini terdengar lebih kencang, seperti orang yang sedang terburu-buru.
Orang itu adalah Dokter, raut mukanya terlihat sangat terburu-buru dan gelisah.
“Wah... ternyata dia memang sudah bangun. Haha! Akhirnya, aku sempat panik karena dia tidak kunjung bangun.” Dokter itu terlihat sangat lega ketika melihat keadaan Ran.
Ran mencoba menanyakan sesuatu dengan suara yang lemah.
“Dok....Ter...”
“Sudah sudah, jangan dipaksakan, sekarang saya akan melakukan sedikit tes. Cukup jawab dengan berkedip 2 kali saja.”
Dokter tersebut mengambil sebuah catatan dan membolak-balikkannya hingga menemukan halaman yang dicari.
“Jadi... namamu Ran Corbin, kamu adalah Hyper yang awalnya bersekolah di SMP Pusara, kemudian pindah ke sekolah khusus Hyper nomor 04 pada kelas 3 SMP. Apakah itu benar?”
Ran mengedipkan matanya 2 kali untuk merespon.
“Bagus, berarti tidak ada masalah dengan ingatanmu, sekarang tes indra perasa. Saya akan memegang tangan kananmu, berkedip 2 kali jika terasa samar-samar, dan berkedip 3 kali jika terasa jelas"
Dokter itu memegang tangan kanan Ran. Ran samar-samar merasakan rasa hangat dari tangan Dokter tersebut.
“Bagaimana? Apakah tangan saya terasa?”
Ran berkedip 2 kali untuk merespon.
“Berkedip 2 kali, berarti terasa samar-samar, sepertinya ini efek karena baru terbangun. Indramu masih belum terbangun sepenuhnya. Saya tahu jika kamu memiliki banyak pertanyaan, tapi simpan semua itu ketika kamu sudah kembali sehat. Untuk sekarang, beristirahatlah lagi.”
Dokter itu berdiri dan meninggalkan Ran.
Ran hanya merenung memikirkan kejadian sebelum dia berakhir di rumah sakit.
Saat melawan Monster itu, entah mengapa, Ran merasa sangat berenergi, Mana Miliknya terasa meluap-luap hingga dia mampu membuat senjata yang kuat, lebih kuat dari semua senjata yang pernah ia buat.
Tapi saat ini ia masih sangat lelah, jadi ia memutuskan untuk tidur kembali.
.
.
.
.
Butuh waktu seharian hingga Ran bisa bangun dari tempat tidurnya.
Walau kondisinya masih belum prima, ia sudah bisa berbicara kembali dengan lancar.
Saat ini, Ran sedang berhadapan kembali dengan Dokter yang memeriksanya. Ia berniat untuk menanyakan pertanyaan ketika ia pingsan.
“Dokter, aku ingin bertanya.”
“Tentang apa?”
“Sudah berapa lama aku pingsan?”
“Kurang lebih sebulan. Kamu membuat saya sangat khawatir tahu, datang dengan keadaan sekarat seperti itu, kami langsung melakukan operasi darurat untuk menyelamatkanmu.”
“Hah!? Sebulan? Selama itu? Yang kuingat, aku memang terluka parah, tapi sepertinya tidak separah itu.”
“Yah sebenarnya aku kurang paham, tapi masalah utamanya itu terkait dengan Mana milikmu.”
“Apa hubungannya?”
“Sudah saya bilang jika saya tidak mengerti, lebih baik tanyakan saja pada para Ranker yang membawamu, besok mereka akan datang untuk menanyakan beberapa hal.”
“Tentang apa? Aku cuman Hyper biasa, apa yang mau mereka tanyakan.”
“Entahlah, saya bukan Dokter spesialis untuk para Hyper, jadi aku tidak diberitahu banyak oleh mereka, tapi dari yang kudengar-dengar sih, sepertinya berkaitan dengan Monster yang kamu kalahkan.”
“Eh!?” Ran tertegun sebentar, ia baru ingat jika ia telah mengalahkan Monster kuat seorang diri, bukan hal aneh jika ada Ranker yang tertarik dengannya.
“Yah! Tugasnya hanya sampai di sini saja, urusan di antara para Hyper bukan bagianku. Semoga kamu beruntung nak.”
“Ah, iya, terimakasih Dokter.”
“Ya! Sama-sama.”
Dokter itu melangkah pergi dari ruangan Ran.
Brak.
Pintu tertutup dengan pelan.
Bruk!
Ran melemparkan kembali tubuhnya yang lelah ke atas kasur, ia baru sadar jika ia sudah melakukan hal yang sangat menakjubkan.
Hmmmm.... entah apa yang akan terjadi padaku selanjutnya, tapi setidaknya, aku berhasil membuktikan nilai diriku sendiri.
Ran memandang langit-langit yang dihiasi terang lampu. Ia mengangkat tangannya hingga terkena sinar lampu.
Warna oranye tercipta dari fenomena ini.
Ran kembali mengingat pertarungannya dengan Monster Pterosaurus itu, ia mencoba mengingat kembali sensasi yang ia rasakan saat itu.
Waktu itu, entah bagaimana, aku merasa Mana milikku bertambah banyak. Jangan-jangan? Aku mengalami Level Up?
Level Up, kondisi di mana, Stat Seorang Hyper baik drastis, hal itu meliputi hampir seluruh aspek, dan tentu saja, yang paling utama adalah cadangan Mana.
Ran langsung bangkit, dia duduk dengan posisi sila untuk melakukan [Meditasi]
Ini dilakukan untuk mengecek jumlah Mana Alami yang dimiliki oleh para Hyper. Hal ini dipelajari oleh Ran, melalui sebuah buku tua yang ditemukan di rumahnya.
Sebenarnya, ini adalah cara kuno, sekarang ini sudah ada teknologi untuk langsung mengecek jumlah Mana yang dimiliki seorang Hyper.
Tapi Ran sudah tidak sabar dan ingin langsung mengeceknya.
Fokus......
Ran menutup matanya, dia menarik nafas panjang serta memfokuskan pikirannya untuk bisa melihat bagian dalam tubuhnya.
Otaknya secara alami merespon.
Dalam pikirannya, Ran mendapatkan gambaran tentang struktur tubuhnya dari dalam. Otot-otot tubuhnya, struktur tulangnya, bahkan hingga pembuluh darah yang mengalir pada tubuhnya.
Ran menuju titik utama dari tubuhnya, ia melihat sebuah wadah berisi energi tak berbentuk seperti angin yang mengisi wadah tersebut.
Ran memulai penghitungannya, dia menghitung kisaran besar Mana yang ia miliki kemudian membandingkannya dengan jumlah sebelumnya.
Dan hasilnya....
“Sama saja ternyata.”
Fokus Ran langsung buyar, penglihatannya kembali normal. Ia merasa kesal karena harapannya hancur.
Bruk!
Ran cemberut dan kembali tidur.
Cih! Padahal waktu itu, rasanya jumlah Manaku meningkat, kenapa tetap sama saja? Apa yang salah sebenarnya?
Ran akhirnya tertidur setelah lelah berpikir.
.
.
Esok paginya.
Ran sedang sarapan, dia tidak sendiri, dia ditemani oleh Dokter yang merawatnya.
Dokter itu banyak bercerita, sementara Ran memakan sarapannya.
Berkat cerita Dokter itu, Ran jadi tahu nama Dokter tersebut. Ia bernama Dokter Kupai Bankanan.
Dokter Kupai sudah menjadi Dokter selama 10 tahun. Ia banyak bercerita tentang prestasi yang didapatnya, berbagai kasus unik yang pernah ia alami, dan lain sebagainya.
Ran terlihat serius mendengarnya, namun.
Huek.... Makanan rumah sakit sangat tidak enak. Hambar banget, mereka tidak mampu beli garam atau bagaimana sih?
Dan begitulah kegiatan pagi Ran, ia sibuk makan sambil mengeluhkan rasa makanannya di dalam hatinya, sedangkan Dokter Kupai sibuk bercerita walau Ran tidak peduli.
Tidak lama kemudian, suara nada musik memecahkan suasana itu.
“siapa yang menyetel musik ini?”
“Ini nada dering telepon saya, unik kan?”
“Daripada unik, lebih ke arah aneh sih, om-om macam apa yang memasang lagu girlband sebagai nada deringnya?”
“Om-om apanya? Umur saya masih belum 30 kok”
“Jangan berkelit om Dokter, kan om sendiri yang bilang umur om sudah 39 tahun, apalagi, 2 bulan lagi, umur om genap 40 tahun kan?”
“Tolong hentikan panggilan om itu, panggilan itu membuatku sedikit sedih.”
Dokter Kupai memasang wajah lemas sembari mengangkat telepon. Dari wajahnya, dia sepertinya sakit hati setelah dipanggil dengan panggilan “om”. Tampaknya, walau sudah tua, dia tetap tidak mau dianggap tua.
Ran hanya terkekeh jahil ketika melihat wajah sedih Dokter Kupai.
“Iya ini Dokter kupai, apa? Baiklah, kebetulan orangnya sudah bangun dan bisa berbicara dengan baik.”
Hmm? Siapa yang dimaksud? Ran sedikit merasa bingung dengan percakapan di telepon.
Tanpa ragu-ragu, Ran menanyakannya langsung.
“Siapa itu om?”
“Sudah saya bilang, jangan panggil saya om, panggil saja kakak.”
“Dih. Geli banget dengarnya, sudahlah, tadi siapa yang menelpon?”
“Tadi telepon dari resepsionis, ada 2 orang Ranker dari pemerintahan yang ingin bertemu dengan kamu.”
Glek. Ran menelan ludah karena mendadak gugup, di interogasi oleh 2 Ranker kuat bukanlah pengalaman yang menyenangkan menurut Ran.
“Ummmmm.... kak Dokter, bisa tidak agar kak Dokter bilang kalau aku masih belum sembuh total.”
“Kalau ada maunya saja kamu memanggil saya ‘kak’, tapi sayangnya tidak bisa, saya sudah terlanjur bilang kamu sudah sehat.”
“Haduh!!! Bagaimana sih Om, kenapa asal ngomong tanpa persetujuanku sih?”
“Maaf yah nak, tapi selama menjadi Dokter, saya tidak pernah berbohong tentang kondisi pasien. Daripada panik tidak jelas, lebih baik kamu bersiap-siap untuk bertemu dengan mereka, 10 menit lagi mereka akan tiba ke sini. Saya tinggal dulu yah, ada pasien lain yang harus diperiksa.”
“Woi Om! Tunggu, jangan tinggalkan aku woi, Om! Kakak! Jangan pergi dong.”
“Maaf, dan sampai jumpa.” Dokter kupai pergi meninggalkan Ran sambil melambaikan tangan dengan membelakangi Ran.
Buk!
“Ah sial! Bagaimana ini?” Ran mengumpat sambil memukul kasur.
Dia kembali berbaring dan memikirkan akan bagaimana ke depannya.
10 Menit kemudian.
Waktu yang cukup singkat, tapi sangat mendebarkan bagi Ran.
Dia terus menunggu dengan gelisah.
Setiap terdengar suara langkah kaki, Ran selalu refleks menahan nafasnya karena takut.
Sial, waktu 10 menit sudah habis, mereka pasti akan datang sebentar lagi.
Tok Tok Tok.
“Hiiii!” Ran menjerit kecil ketika mendengar suara ketukan pintu.
“Halo, apa benar ini kamar Ran Corbin? Kami agen pemerintahan yang sudah mengabarkan kunjungan sebelumnya, apa kami boleh masuk?”
Ba-bagaimana ini? Biarkan masuk? Atau tidak usah?
Ran terdiam cukup lama karena tidak bisa memutuskan apa pun.
“Maaf, jika tidak ada jawaban, kami akan memaksa masuk.”
Waduh? Malah tambah bahaya ini. Cih! Sudahlah, apa pun yang terjadi terjadilah.
“Jika tidak ada jawaban, kami akan memaksa masuk, 1... 2...”
“Ah! Si-silahkan masuk.”
“Terima kasih atas izinnya.”
Dreekkkk.
Pintu geser terbuka, muncul 2 orang berjas hitam rapi, serta kacamata hitam yang senada dengan warna jasnya.
“Pertama-tama, kami ingin meminta maaf.”
“Eh kenapa?”
“Pertama, karena kami mengunjungi anda secara mendadak, tolong maafkan kunjungan kami karena ada hal yang penting yang perlu dipastikan. Dan yang kedua, kami minta maaf karena kelalaian kami, ada satu ekor monster yang lepas sehingga anda terluka parah.”
“Ya-yahhh, tidak apa-apa kok.”
“Sekali lagi kami meminta maaf dengan tulus.” Kedua orang itu membungkukkan badannya sebagai permintaan maaf.
Ran merasa sedikit panik dan malu melihatnya.
“Ti-tidak apa-apa, tolong kembali berdiri lagi”
“Baiklah, terimakasih atas pengertian anda. Dan sekarang saya akan menjelaskan maksud dari kedatangan kami. Jadi tuan Ran, apakah anda tahu Monster apa yang anda kalahkan.”
“Ya, aku tahu, itu monster tipe terbang yang dinamai serupa dengan dinosaurus bernama 'Pterosaurus' kan?”
“Benar sekali, Monster itu juga memiliki beberapa kelas yang disesuaikan dengan tingkat Mana serta daya tahan tubuhnya, apakah anda tahu, kelas apa Monster itu?”
“Jika memperhitungkan kekuatannya, menurut saya hanya kelas C.”
“Salah, Monster yang anda hadapi itu kelas A.”
“A-apa? Jika itu kelas A harusnya aku sudah mati bukan? Lagipula Monster itu terlalu lemah untuk ukuran Monster kelas A.”
“Memang benar, setelah bertarung dengan beberapa Ranker, Monster itu terluka lumayan parah, sehingga kelas bahayanya menurun hingga ke level B+. Meski menurun, tapi daya tahannya tetap sangat kuat, dia hanya kehilangan kekuatan serangnya, sedangkan dari sisi ketahanan, Monster itu tetap sangat kuat.”
Ran sangat terkejut mendengar hal ini, dia baru tahu jika yang ia hadapi adalah Monster kelas atas, hal ini membuatnya sedikit ketakutan serta bersyukur karena masih selamat.
“Dan sekarang adalah pertanyaan utamanya, Monster itu ditemukan dalam keadaan kepala hingga otak yang hancur karena ditebas. Jadi tuan Ran, senjata macam apa yang anda gunakan hingga mampu menebas kepala Monster itu? Meski kepalanya tidak sekuat bagian tubuhnya yang lain, tapi tetap butuh senjata kelas atas untuk bisa menebasnya dengan potongan yang sangat rapih?”
Deg Deg. Jantung Ran langsung berdenyut kencang karena kaget.
Ran panik dan bingung bagaimana cara menjawabnya. Ran pun hanya diam karena kebingungan.
“Maaf jika kami sedikit kasar, tapi dari hasil penelusuran kami, diketahui bahwa anda adalah Hyper kelas Rendah, dengan kemampuan Projection and Creation, yang mampu membuat senjata sesuai dengan imajinasi, tapi anda memiliki batas dalam membuat senjata, sehingga senjata buatan anda, selalu memiliki daya tahan yang sangat rendah. Ini hanya dugaan kami, apakah anda mengalami Level Up?”
“Ti-Tidak” Ran menjawab dengan bergetar, ini bukanlah kebohongan karena Ran sudah mengeceknya sendiri, tapi di interogasi seperti ini, membuat Ran sangat takut.
“Benarkah? Meski begitu, izinkan kami untuk mengeceknya sendiri. Tolong pakai gelang ini, kami akan mengecek jumlah Mana anda.” Salah satu agen itu, menyerahkan sebuah gelang berwarna perak yang mirip dengan jam tangan kepada Ran.
Ran dengan takut-takut menerimanya dan memakainya di salah satu lengannya.
Setelah Ran memakainya, salah satu agen pemerintahan yang menginterogasi Ran, maju sedikit ke arah Ran.
“Permisi, biarkan saya yang menyalakannya.”
Bib. Muncul suara ketika gelang itu diaktifkan.
Muncul angka Random dari tengah gelang tersebut, hingga akhirnya berhenti di angka 70.
“70, nilai rata-rata harusnya 120, berarti di bawah rata-rata, sepertinya benar jika anda tidak mengalami Level Up, kalau begitu, apakah benar anda yang mengalahkan Monster itu? Apakah ada orang lain yang membantu anda?”
“E-Entahlah, ingatanku sedikit samar-samar.” Ran menjawab dengan suara yang bergetar, tampak jelas jika ja panik dan ketakutan.
Kedua agen itu terlihat sedikit melotot ketika Ran menjawab.
“Begitu, sepertinya anda masih lelah, setidaknya kami tahu kalau bukan anda yang membunuh Monster tersebut. Kami mohon permisi.”
Tap Tap Tap
Kedua agen itu pergi meninggalkan Ran sendirian.
Ran langsung kembali berbaring karena merasa lega.
“Hahhhhhh, akhirnya bisa bernafas dengan benar, aku sangat takut ketika di interogasi. Sepertinya pedang yang kubuat saat itu, kembali menghilang yah, yahhh, tidak apa-apa deh, berkat itu aku bisa lolos.” Ran pun kembali memejamkan matanya dan tidur.
Sementara itu.
2 agen pemerintahan yang telah menemui Ran, berjalan pelan di lorong rumah sakit.
Kemudian, agen yang berdiri di paling depan, memberikan semacam isyarat menggunakan jarinya kepada agen di belakangnya.
Agen di belakangnya langsung mengerti dengan aba-aba yang diberikan, tanpa memberikan jawaban apa pun, ia langsung menjentikkan jarinya.
Lantas seluruh lorong rumah sakit berubah menjadi lorong hitam tak berujung.
Dan 2 Agen itu tetap berjalan dengan santai.
Agen di depannya mengeluarkan rokok dan korek api, kemudian merokok dengan lega.
“Senior Quill, anda tidak menyuruh saya untuk menggunakan saya hanya untuk merokok saja kan?”
“Tentu saja tidak Peter, aku bukan orang yang menyalah gunakan wewenang. Jadi, bagaimana menurutmu anak tadi?”
“Jelas sekali ia berbohong.”
“Benar kan, padahal jelas sekali jejak genggaman pedang di tangannya saat ia ditemukan, tapi dia berbohong, aku tidak percaya jika ia bilang tidak ingat, Dokter sudah mengatakan kalau ingatannya baik-baik saja, sama sekali tidak ada kerusakan pada memorinya.”
"Tapi ia sama sekali tidak mengalami Level Up, apa ia punya kemampuan untuk menyembunyikan level Mananya?"
"Itu tidak mungkin, setelah kita kecolongan oleh beberapa Hyper yang menyembunyikan kemampuannya, pemerintah berusaha kerasa untuk membuat teknologi yang bisa mendeteksi kekuatan seorang Hyper meski ia memiliki kemampuan untuk menyembunyikan kemampuannya."
"Kalau begitu?"
"Hanya ada satu, kemungkinan kekuatannya tidak stabil, bisa naik atau turun tergantung dengan suatu faktor."
"Memangnya ada Hyper yang seperti itu?"
"Ada."
"Apa? Si-Siapa dia?"
"Ranker kelas S peringkat 2, Taylor Walter"
“Jadi, apa yang harus kita lakukan? Apa kita harus menahan anak itu?”
“Tidak usah, untuk sementara kita awasi saja dia, kebetulan saja, ada salah satu agen kita di sekolahnya. Berikan ia perintah untuk mengawasi gerak-gerik anak itu.”
“Baik Senior.”
“Sepertinya sampai disini saja dulu, sisanya akan kita bahas dengan anggota lainnya. Fuhhhh”
Agen Quill menghembuskan asap rokok dan mengakhiri percakapan, dan secara bersamaan, ujung dari lorong gelap yang mereka lalui sudah terlihat.
Ketika mereka keluar, mereka sudah sampai di parkiran rumah sakit.
“Oh iya senior, apa saya harus memberitahu ketua tentang anak itu?”
“Tidak usah.”
“Kenapa? Apa anda berniat menutupi kasus ini dari ketua?”
“Tidak, soalnya aku tadi sudah lebih dulu memberitahu ketua tentang anak itu.” Quill menyodorkan Handphonenya untuk memperlihatkan Chat antara ia dan orang yang disebut 'Ketua'
“.....”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments