Friends

Fajar mulai terbit, sinar matahari yang hangat menyinari kota suram yang ditinggali oleh Ran.

Ran terbangun dengan perasaan yang sangat lelah.

Sudah pagi yah? Jam berapa ini? Ran melihat jam tangannya. Jam 6, aku harus menyiapkan sarapan. Semoga ‘orang itu belum bangun.

Ran bangun dari tempat tidurnya, dia meregangkan badannya terlebih dahulu sebelum memulai kegiatan paginya.

Matanya tanpa sengaja menangkap sebuah foto tua yang terpajang di sudut kamarnya.

Ran terdiam dan menatap foto itu dalam waktu lama, di dalam foto tersebut, terdapat seorang wanita yang terlihat muda, dengan rambut putih yang menjuntai panjang sambil tersenyum hangat, dan menggendong balita yang memiliki rambut yang sama persis dengannya.

Ran hanya diam tanpa berkomentar.

Hingga dia berhenti melamun dan berdiri.

Sudahlah, lebih baik bikin sarapan

Ran menuju dapur, ayahnya masih tertidur dalam keadaan mabuk, Ran menatap ayahnya sebentar dengan pandangan sedih.

Kenapa ayah berubah seperti ini?

Ayah Ran berada dalam kondisi yang sangat menyedihkan, tubuhnya gemuk dan kotor karena tidak dirawat dengan benar, konsumsi alkohol yang berlebihan mulai merusak tubuhnya.

Ran sudah berkali-kali mencoba untuk menyadarkan ayahnya, namun semua usahanya gagal karena ayahnya tidak ada keinginan berubah.

Ran sudah lama menyerah untuk menyembuhkan ayahnya, dia memilih fokus kepada hidupnya saja. Walau dalam lubuk hatinya, dia masih memiliki harapan agar ayahnya kembali seperti dulu lagi.

Untuk sekarang lebih baik fokus bikin sarapan dulu, ada bahan apa saja yah di dapur?

Ran mengecek dapur untuk mencari bahan makanan yang bisa diolah untuk menjadi sarapan.

Rot tawari, telur, dan sayuran setengah busuk? Aku harus beli bahan makanan baru lagi, untuk sekarang bikin sandwich saja.

Dapur yang awalnya sepi, menjadi sedikit lebih hidup.

Trak. Trak. Trak.

Cshhhh....

Suara pisau yang memotong sayuran dan beradu dengan talenan, dan suara minyak yang mendesis ketika dipanaskan, membuat suasana di dapur yang sepi menjadi lebih hidup.

Ran menggoreng Telur mata sapi sebagai isian sandwich, dia juga menambahkan beberapa sayuran seperti tomat dan seledri agar lebih sehat.

Setelah telur mata sapi matang, Ran mengangkatnya, ia tidak lupa untuk sedikit mengayunkan telurnya ke atas dan bawah untuk menurunkan minyak yang berlebih di atas telur.

Kemudian Ran menaruh telur mata sapi di atas Roti, kemudian ia menambahkan beberapa sayuran di atas telur.

Rasanya seperti ada yang kurang? Apa yah? Oh iya!

Ran menjentikkan jarinya karena mengingat sesuatu, dia berjalan ke arah kulkas dan mengambil sebuah botol.

"Mayones! Hampir saja kelupaaan."

Ran megoleskan mayones di atas sayuran, lalu kembali menumpuk roti sebagai lapisan terakhir. Kemudian roti berbentuk segi empat itu ia potong menjadi segitiga. Ia menaruh sandwich itu di atas piring kecil, satu potong untuknya, dan satu potong lagi untuk ayahnya.

Ran mengambil sandwich bagiannya, kemudian menyantapnya dengan nikmat.

Lumayan, meski sayurannya kurang segar. Oh iya! Aku lupa dengan kerjaan part time.

Ran mengingat sesuatu yang penting, dia bergegas ke kamarnya, lalu mengambil handphonenya yang berada di dalam tas. Dia buru-buru membuka aplikasi pesan dan melihat pesan dari kontak bernama ‘bos'

Isi pesannya.

16:30. Halo Ran, jangan lupa dengan shift malam hari ini.

17:00. Ran? Kenapa belum baca pesanku?

17:30. Ini tidak lucu Ran!

20:00. Hoi! Sudah mati yah?

06:27. Menghadap sekarang ke kantor Ran!

"Wah, si bos marah nih, bagaimana dengan nasibku sekarang? Ah sial!"

Ran memikirkan hal apa yang harus dia lakukan, dia telah melewatkan shift kerjanya dan telah membuat bosnya marah besar.

"Temui saja dulu deh."

“Haup” Ran melahap sandwichnya bulat-bulat

Dia kemudian langsung berganti pakaian dan mengambil tasnya, dia sedikit kerepotan karena terburu-buru, akibatnya, dia memakai pakaian secara asal-asalan.

Baju yang dia pakai sangat kusut dan kotor, tapi dia tidak peduli dan langsung pergi ke tempat kerjanya.

Jam menunjukkan waktu 09:20, waktu yang masih tergolong pagi pada akhir pekan, hanya sedikit orang yang sudah bangun dan beraktivitas.

Ran menuju ke sebuah restoran cepat saji yang hanya ada sedikit di kota ini.

Papan besar bertuliskan ‘Buka’ menghiasi pintu masuk restoran, Ran secepat mungkin menuju pintu belakang. Tepat sebelum dia meraih gagang pintu, pintu telah ditarik ke belakang, seorang pria tinggi muncul dari balik pintu.

“Huwaaa, Ran! Kau membuatku kaget!”

“Oh Bob, maaf, buru-buru nih!”

“Hehe, yah aku tahu apa sebabnya, kau sudah membuat kekacauan besar yah bocah”

“Berisik ah! Cepat minggir, kau mau ngapain sih?”

“Mau buang sampah, mau ikut dibuang juga?”

“Enggaklah, kau kira aku sampah?”

“Mirip”

“Woi! kurang ajar kau!”

“Hehe bercanda, jangan marah-marah terus, nanti cepat tua”

“Mitos kok dipercaya"

“Bukan mitos, sudah banyak kok buktinya”

“Halah! ja-“

“Woi! Ran, kau sudah datang yah? Cepat masuk! Jangan ngobrol terus!” Suara teriakan dari dalam dapur restoran, membuat percakapan Ran dengan Bob terhenti. Mereka saling memandang dengan diam karena shock.

“Ummm, Ran, lanjut nanti saja yah”

“Oh ok, maaf ganggu, silahkan lanjut”

Ran masuk ke dalam restoran dengan sedikit takut, bahkan meski dia seorang Hyper, dia masih merasa terintimidasi oleh bosnya.

Di dalam dapur restoran, sudah banyak kesibukan, ada yang sedang menggoreng ayam, dan ada juga yang sedang memotong kentang. Di antara kesibukan itu, ada seorang wanita berusia 30 tahunan yang sedang mencuci piring dan gelas.

Belum sampai Ran ke tempat wanita itu, wanita itu sudah sadar lebih dulu dengan kehadiran Ran. Dia menengok ke belakang.

“Datang juga akhirnya! Kemana saja kau dari kemarin?” Wanita itu langsung menanyai Ran dengan suara yang kencang dan terdengar kasar.

“A-anu, kemarin aku.... eeeeee.... ketiduran mungkin?”

Brak!!!!!

“Woi bocah! Kau pikir ini restoran punya bapakmu? Jangan seenaknya begitu!” Wanita itu menggebrak wastafel dan memarahi Ran

“......” Ran hanya diam dan menunduk

“Tidak ada pembelaan lain yang lebih masuk akal?”

“......” Ran tetap terdiam tanpa mau menjawabnya.

“Hhhhhh, sudahlah, aku maafkan untuk sekarang, tapi sebagai gantinya, kau harus ambil 2 shift hari ini”

“Eh? Cuman itu saja?”

“Kau berharap apa memangnya? Mau gajimu kupotong sebulan?”

“Eh, enggak kok, bukan begitu, ummm, ja-jadi, te-terimakasih bos.” Ran berterimakasih sambil menundukkan kepalanya.

“Iya, sudah cepat sana ganti baju, yang penting tolong jangan ulangi lagi hal ini”

“Siap bos!”

Rasa senang dan lega sangat terasa di hati Ran, dia segera pergi ke ruang ganti untuk berganti ke seragam restoran.

Syukurlah, meski bos galak, dia tidak pernah memberikan hukuman yang terlalu berat.

Ran segera berganti pakaian ke seragam restoran dan kemudian buru-buru pergi ke dapur untuk bekerja.

Saat keluar dari ruang ganti, dia tidak sengaja hampir bertabrakan dengan seorang perempuan.

“Uahhhh, Amy! Hampir saja tertabrak”

“Loh Ran? Kemana saja kamu? Kenapa kemarin tidak ada?”

“Yahhh, kemarin ada sedikit masalah”

“Hah? Masalah apa? Ka-kamu tidak terluka kan? Apa kamu sakit? Sakit apa?”

“Tidak kok, hanyaaaaaaa, masalah kecil saja, bukan masalah serius, dan aku juga sehat-sehat saja kok.”

“Syukurlah jika begitu, kalau kamu ada masalah bilang saja yah kepadaku, jangan dipendam sendiri karena itu tidak baik loh!”

“I-iya, terimakasih Amy”

Perempuan itu adalah Amy, salah satu pegawai perempuan di restoran tempat Ran bekerja. Dia adalah perempuan cantik dengan rambut hitam legam yang panjang dan tubuh kecil yang mungil.

Tidak sedikit pegawai pria yang jatuh hati dengan Amy hingga berusaha untuk mendekatinya. Namun sayangnya, tidak ada yang berhasil menjadi pacar Amy.

Ran berhasil dekat dengan Amy karena saat awal-awal Amy menjadi pegawai, Ran sering membantunya. Baik dalam urusan memasak, menjaga meja kasir, melakukan pelayanan yang ramah, dan bersih-bersih restoran.

Uwahhhhhh, Amy cantik sekali, dia sangat perhatian dan baik.

Dan tentu saja, Ran juga jatuh hati dengan Amy, meski dia tidak berani untuk mendekati Amy karena merasa sangat inferior.

“Oh iya Amy, kau mau ngapain ke ruang ganti?”

“Aku mau mengambil handphoneku, tadi sepertinya ketinggalan di dalam tas”

“Owh, biar aku saja yang ambilkan”

“Tidak usah, aku tidak mau merepotkan kamu”

“Tidak apa-apa, aku tidak keberatan kok”

Brak!!!

“Hoi, jangan pacaran di depan pintu ruang ganti!, sini kau Ran, jangan bermalas-malasan saja!” Bos Ran memanggil Ran dari arah dapur dengan kencang.

Suasana menjadi canggung karena teriakan bos.

“Ummmm, sampai jumpa Amy”

“Ah iya, semangat yah kerjanya”

Mereka berdua berpisah, Ran pergi ke dalam dapur dan mau mengerjakan bagiannya.

“Ma-Maaf bos karena lama, apa yang bisa aku kerjakan?”

“Goreng kentang saja sana, sekarang lagi banyak pesanan kentang goreng”

“Siap bos!”

“Usahakan jangan lama!”

“Baik bos, akan aku usahakan”

Dengan sigap, Ran membuat pesanan kentang goreng. Mulai dari mengupas kulit kentangnya, memotongnya menjadi beberapa bagian, membersihkannya, hingga menggorengnya dengan kematangan yang sempurna.

“Oi, aku butuh 3 porsi kentang goreng”

“Segera siap!!!”

“Ada pesanan untuk set 3 dan 7, tolong segera siapkan”

“Baikkkk”

“Ada pelanggan yang meminta ganti rugi 2 burger dan 1 porsi kentang goreng karena ada rambut di makanannya, tolong siapkan”

“Iyaaaaa”

Kesibukan di dalam dapur terus berlanjut hingga siang.

.

.

.

.

.

Cplak! Sretttt

Suara kain pel yang basah terdengar jelas di dalam restoran. Terlihat Ran sedang mengepel lantai yang kotor karena jejaak kaki pelanggan.

Hufft, tinggal mengepel lantai, setelah itu aku bisa pulang

Waktu kerja Ran sudah selesai, dia bekerja dari pagi hingga malam untuk mengganti waktu kerjanya yang sebelumnya terlewat.

“Hoi Ran! Sudah selesai belum?” Bos restoran datang dari arah dapur untuk mengecek kondisi Ran.

“Oh bos! Sedikit lagi bos”

“Ok, kalau sudah beritahu aku, aku akan ada di dapur untuk menyusun piring” Bos restoran kembali masuk ke dalam dapur.

Bos restoran cepat saji ini lumayan terkenal karena nada suaranya yang sangat tegas. Walau begitu, dia sebenarnya sangatlah lembut dan baik pada pekerjanya.

Dia jarang memberi hukuman yang sangat berat seperti memotong gaji pegawainya. Ran pun merasa bersyukur karena mendapatkan atasan yang baik sepertinya.

Sip selesai, tinggal laporan saja habis itu pulang.

Ran telah selesai mengepel, dia memasukkan alat pel ke dalam ember dan hendak pergi ke gudang, tapi dia pergi dulu ke dapur untuk melapor pada bosnya.

“Bos, aku sudah selesai”

“Ok, taruh kembali peralatan bersih-bersih ke gudang, setelah itu kita pulang."

“Baik”

.

.

.

.

Cklek.

Bos restoran mengunci pintu restorannya. Ran berdiri di belakang.

“Sip! Sudah terkunci, ayo pulang”

“Baik bos, sampai besok”

“Iya, hati-hati di jalan, besok silahkan datang saat shiftmu saja."

“Baik bos, terimakasih”

Mereka berdua berpisah ke arah yang berlawanan. Dengan sambil membelakangi satu sama lain.

Sambil berjalan, Ran mengecek Handphonenya untuk melihat waktu. Jam di Handphonenya menunjukkan jam 11 malam.

Harusnya toko nek ima masih buka kan? Mampir dulu deh sebelum pulang.

Ran pergi ke sebuah toko kecil, toko ini adalah sebuah toko normal yang menjual bahan makanan seperti sayur-sayuran hingga daging. Pemiliknya adalah seorang nenek yang dikenal baik oleh Ran.

“Permisi Nek Ima” Ran memangg dari luar, hening, tidak ada yang menjawab panggilannya.

“Halo permisi.” Ran kembali menyahut dengan lebih kencang.

“Iya iya, siapa? Ada apa yah?” Sebuah suara serak menyahut dari dalam toko.

Terdengar suara kunci pintu yang sedang dibuka, pintu toko terbuka, dari dalam toko, keluar seorang nenek yang kelihatan lelah.

“Halo nek Ima, maaf mengganggu malam-malam, saya mau beli sayuran nek” Ran menyapa sang nenek dengan sangat sopan.

“Oh kamu yah! Siapa nama kamu? Kalo gak salahhhhh..... Run yah!? Iya kan?”

“Ran nek, nama saya Ran”

“Oh iya Rannnn!! Hehe, kabar kamu bagaimana nak? Sudah beberapa minggu saya tidak lihat kamu. Terakhir kamu ngeborong dagangan saya kan?”

“Sehat kok nek, saya waktu itu sengaja ngeborong buat stok beberapa minggu. Maaf nek, saya jarang kesini lagi karena sibuk” Ran menjawab dengan setengah berbohong.

“Ohhhh, kalo kamu sibuk yasudah tidak apa, yang penting kamu sehat-sehat terus yah. Oh iya, kamu tadi kesini mau apa?"

“Saya mau beli beberapa bahan makanan nek”

“Ohhhh, kalau begitu, ayo masuk sini nak, dagangan nenek kebanyakan sudah nenek masukin ke dalam” Nek Ima berjalan masuk ke dalam toko sambil membungkuk.

“Baik nek, terimakasih, permisi” Ran mengikuti nek Ima dengan perlahan.

Di dalam toko, terdapat beberapa bahan makanan hingga bumbu-bumbu dapur, sebagian ditutupi dengan plastik.

“Ayo Ayo nak, silahkan dipilih dulu, nanti bawa ke nenek saja buat dihitung. Eh sebentar, daftar harganya di mana yah? Nenek cari dulu yah” Nek Ima pergi meninggalkan Ran untuk mencari daftar harga dagangannya.

Ran fokus memilih barang yang ingin dibeli.

Beli telur, roti, kubis, tomat, cabai, selada, kecap, garam, dan gula pasir saja, apa lagi yah? Hmm? Sepertinya seladanya kurang segar, yang ini sepertinya lebih segar yah? Atau sama saja?

Ran sangat fokus untuk memilih bahan-bahan dengan kualitas yang baik, cukup sulit untuk mendapat sayuran segar di toko nek Ima. Karena kebanyakan sayuran yang dijual nek Ima sudah lumayan lama, sehingga kurang segar.

Namun, harganya yang sangat murah dibanding di pasar, membuat Ran tetap membeli sayuran di toko nek Ima.

Yosh, sepertinya cukup segini saja.

Ran sudah memutuskan bahan makanan apa saja yang akan dibelinya. Dia pergi ke arah nek Ima yang sedang mencari daftar harga di sekitar kasir.

“Nek Ima, saya sudah selesai”

“Oh iya, kebetulan nenek masih baru ketemu daftar harganya, sebentar ditimbang dulu yah”

Nek Ima mengambil beberapa barang yang akan dibeli Ran, lalu menimbang beberapa barang untuk dihitung.

“Tomat 1 kilogram, eh? Ini 1 atau 7 yah?”

“1 Kilogram nek”

“Oh iya, berarti tomat 1 kilogram. Lalu, ini bawang merah atau bawang putih?”

“Saya beli dua duanya nek”

“Oh iya yah? Berarti bawang putih 1 kilogram, dan bawang merah 2 kilogram. Berarti jadiiii....? Eeee..”

“Jadi 3 kilogram nek, tapi biasanya harga bawang putih dan bawang merah dipisah”

“Ya, benar, benar, nenek ingat. Berarti berikutnya.....”

.

.

.

.

“Berarti totalnya 23 Tarc yah”

“Baik Nek, ini uangnya”

“Terimakasih yah nak”

“Saya yang berterimakasih Nek”

[TARC] Mata uang baru yang mulai di digunakan secara resmi sejak 15 tahun lalu. Mata uang ini dipakai setelah ekonomi dunia hancur akibat kerugian besar-besaran akibat ‘Monster Attack" dan kemunculan Gate.

Seluruh dunia pun, memutuskan untuk bekerja sama dengan menghapus seluruh batas antar negara, sehingga setiap orang bisa keluar masuk ke negara lain dengan mudah.

Untuk mengontrol ekonomi, para pemerintah bekerja sama untuk membuat mata uang baru agar memudahkan setiap transaksi yang dilakukan oleh orang asing dan pribumi. Walau perlu 1 tahun lebih agar seluruh masyarakat di dunia bisa beradaptasi dengan mata uang yang baru.

Bentuk uang ini, berupa logam khusus berwarna hitam dengan angka berwarna emas untuk menunjukkan nilainya.

“Haha, kamu ini yah, Nenek yang harusnya berterimakasih, berkat kamu yang sering belanja disini, toko Nenek masih bertahan”

“Tidak apa-apa kok Nek, saya juga suka belanja disini”

“Yasudah, sebaiknya kamu cepat pulang sebelum makin malam. Hati-hati di jalan”

“Iya Nek, terimakasih. Saya pamit dulu”

Ran melangkah keluar dari Toko Nek Ima, Nek Ima memandangi Ran dari belakang dengan pandangan yang hangat dan ramah.

Jalanan malam seperti biasa, sepi dan gelap, Ran mengandalkan cahaya Remang-Remang dari lampu jalan yang sudah hampir rusak.

Kapan lampunya diganti sih? Dasar pemerintah pelit.

Hanya sendirian di jalanan, mampu membuat orang bosan, Ran bukan pengecualian. Dia memutar-mutar kantung plastik yang berisi belanjaannya sambil bersenandung.

“Hmmm... Hmmm... Hmmm...”

Sambil berjalan, Ran memgingat kenangannya dengan Nek Ima saat awal dia mengenal tentang Nek Ima.

Saat Ran masih kecil, dia sering di ajak oleh ibunya untuk berbelanja bahan makanan, Nek Ima adalah tempat langganan Ibu Ran sejak lama. Dan dari situlah Ran mengenal Nek Ima.

Dahulu, Toko Nek Ima tidak sekecil sekarang, tokonya dahulu lumayan besar, bahkan Nek Ima sanggup menyewa pegawai untuk melayani pelanggan.

Dan diantara para pelanggannya, Ibu Ran adalah pelanggan setianya. Hampir setiap hari beliau berbelanja di toko nek Ima.

Hubungan mereka berdua sangat dekat, hingga Nek Ima mau membantu keluarga Ran ketika terpuruk, walau itu membuat Nek Ima harus merugi besar.

Karena merasa berhutang budi, Ran tetap menjadi langganan di toko nek Ima, meski harga murah tetap jadi alasan utamanya.

Hari ini tidak ada kejadian buruk, pasti besok juga sama.

.

.

.

.

Banyak orang yang mengatakan, agar tidak terlalu berharap pada sesuatu yang belum pasti. Dan kali ini Ran paham arti kalimat itu.

Di tengah gang kecil yang bau dan kotor, Ran mematung dengan ekspresi yang dibuat-buat. Di depannya ada Michael bersama dengan gengnya, mereka berkumpul di tengah gang kecil sambil merokok dan minum alkohol.

Mereka yang awalnya sedang sibuk mengobrol tentang sesuatu sambil saling melempar umpatan kepada yang lainnya, menengok ke arah Ran dengan pandangan acuh, tapi pandangan itu berubah menjadi pandangan senang ketika menyadari siapa yang ada di depan mereka.

Walau pandangan senang mereka bukanlah pandangan ramah dan bersahabat, melainkan pandangan binatang buas yang senang dengan kedatangan mangsanya.

Ran memaksa tersenyum dengan kaku untuk setidaknya bisa bebas dari situasi ini.

“Ha-Halo kawan-kawan....”

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!