Hal pertama yang diperlukan untuk bertahan hidup dalam masyarakat yang kejam adalah [Sadar Diri]. Hal ini sudah disadari oleh Ran sejak lama, walau dia memiliki ambisi yang tinggi, dia telah sadar akan levelnya yang rendah.
‘Tidak mencolok, Hanya diam, Menundukkan kepala, Tidak meninggikan suara, Tidak mencoba melawan’ Itulah yang selama ini dilakukan Ran agar tidak dianggap sombong maupun lupa diri dengan posisinya.
Walau tetap dibully, setidaknya dia tidak pernah dihajar terang-terangan oleh para Hyper level tinggi yang sebaya dengannya.
Namun, dia kali ini menghadapi situasi menyebalkan yang memaksa agar dia menelan segalanya dengan tenang tanpa harus melewati batas.
“Halo Ran, kebetulan sekali kita bertemu disini. Kemarin bajumu sudah kuberikan di atas mejamu kan? Maaf yah karena bajunya sedikit kotor”
Michael menggesek rokoknya ke trotoar sambil berbicara dengan nada ramah sekaligus menjengkelkan.
Teman-temannya tertawa sambil berbisik
“Hihi, lihat tuh aktingnya”
“Wkwkw, tidak tahu malu sekali yah dia”
Ran hanya menelan ludah dan berpura-pura tidak mendengar perkataan mereka.
“Mau ke sekolah yah eeeee.... Run?”
“Ra-Ran”
“Oh iya, Ran! Benar! Ya ya! Rajin sekali yah? Padahal kemarin kau telat, tapi sekarang kau berangkat 1 jam lebih awal dari jam masuk sekolah. Hehe, keren sekali yah” Michael berdiri dan berjalan ke arah Ran sambil memujinya, walau nada yang digunakan terkesan ramah, Ran tetap merasakan perasaan terhina karena sedikit nada sarkastik dari Michael.
“Te-Terimakasih” Ran hanya menjawab seadanya, jawaban netral yang disertai nada rendah hati dan pelan tidak membuat orang marah.
“Tapi Ran, kau tidak akan membocorkan hal ini kepada para guru kan?. Maksudku, kita ini kan teman bukan? Kau tahu sendiri bagaimana reputasi ayahku dan larangan merokok untuk para anak dibawah umur kan? Jika para guru tahu dan melaporkan hal ini kepada ayahku, aku.... ah tidak. Kami semua akan terkena masalah” Bagaikan seorang sales MLM yang sangat ahli, Michael membujuk Ran agar menutup mulutnya, Michael bahkan merangkul Ran dengan cara yang bersahabat.
Ran tidak perlu berpikir panjang atas permintaan Michael
“I-Iya, aku tidak akan menyebarkannya kepada siapa pun”
“Nah begitu dong seharusnya seorang teman, hoi kalian! Beginilah contoh teman yang baik tahu”
“hehehe, iya iya, sobat kita yang satu ini memang sangat hebat”
“Benar Benar, dia memang contoh teman yang baik”
Semua teman Michael memuji Ran, berbeda dengan Michael yang sedikit menyembunyikan nada sarkastiknya, para teman-temannya tidak mencoba sedikit pun untuk menyembunyikan nada sarkastik mereka untuk mengejek Ran.
Ran tahu bahwa hal ini adalah kesempatan balas dendam yang sempurna. Namun, siapa yang akan peduli? Larangan merokok hanyalah formalitas saja, dan bahkan para guru sekolah Ran tidak menyukai Ran, bagi mereka, Ran hanyalah produk gagal dengan kemampuan lemah yang bahkan tidak masuk standar.
Kalau pun ada yang menggubris laporan Ran, Michael dan gangnya hanya akan menerima teguran dan hukuman ringan, hukuman itu hanya akan melindungi Ran beberapa hari saja, setelah hukuman berakhir, mereka pasti akan menghajar Ran habis-habisan menjadikannya samsak.
Ran sudah cukup jika mereka hanya mengganggunya sedikit, walau Ran tetap merasa marah, setidaknya mereka tidak pernah menghajarnya hingga babak belur. Jika Ran melaporkan hal ini, dia akan dijadikan samsak tinju dan akan dibully habis-habisan oleh para teman sekelasnya.
Untuk Ran yang merupakan Hyper level rendah dengan segala kemampuan pas-pasan, hal itu sangat menakutkan baginya.
“Eh tapi, kurang meyakinkan juga kan? Mohon maaf nih Ran, bukannya aku tidak mau percaya denganmu yah, tapi bukannya lebih baik jika kita saling memegang rahasia satu sama lain? Biar lebih terpercaya saja. Bagaimana?”
“Eh?”
“Mudah saja, nih, kau juga merokok, tapi sambil kami foto juga, biar kita saling memegang rahasia satu sama lain”
“Ta-Tapi, aku belum pernah merokok”
“Mudah saja, cukup hisap saja rokoknya, habis itu asapnya buang keluar”
Alaminya, Ran akan menuruti perintah Michael, tapi hal ini berbeda dari biasanya, itu karena Ran memiliki komitmen untuk tidak pernah merokok. Dia tidak ingin menjadi sama dengan ayahnya yang menjadi pemabuk dan perokok berat. Jika dia menuruti perintah Michael, sama saja dengan mengkhianati dirinya sendiri.
“Hihihi, kejam sekali sih kau ini”
“Benar tuh, kok bisa dengan teman sendiri tidak percaya”
“Ehhh??? Kok kalian nuduh seperti itu sih? Ini namanya berbagi kepercayaan tahu. Teman sejati itu harusnya seperti ini dasar berandalan”
“Ow.... iya yah, ini kan untuk membuktikan pertemanan kita”
“Kalau begitu jangan cuman rokok, nih minum alkohol juga, ada sisa setengah botol”
“Wah ide yang bagus hehe. Nih Ran! Minum sampai habis yah, ini mahal loh”
Alkohol dan Rokok, 2 kombinasi buruk yang bisa membuat manusia menjadi sampah. Ran tidak bisa memutuskan hal ini dengan mudah.
Komitmen serta janjinya pada dirinya sendiri, menjadi penghalang untuk menerima perintah Michael.
“Ayo Ran, jangan ragu-ragu, nih mulai dari alkohol saja yang mudah, cukup tenggak saja. Ayo teman-teman! Berikan semangat pada sobat kita yang satu ini!”
“Minum! Minum! Minum! Minum!”
“Ayo Ran, sekali tenggak langsung habisin!”
“Ayo Ran, jangan khianati semangat kita. Kita teman kan? Ayo Minum!”
Keraguan masih melekat erat di hati Ran, namun, sorak-sorai semangat dengan nada mengejek dari gang Michael menjadi pelumas yang perlahan menggerakkan tangan Ran yang kaku. Ketakutannya jika dihajar oleh gang Michael perlahan-lahan melebihi komitmennya kepada dirinya sendiri.
Namun.
“Ti-Tidak” Ran berbisik, sorak-sorai yang memberi semangat dari gang Michael terhenti seketika.
“Hah apa?” Michael meminta Ran mengulangi perkataannya.
“Ti-Tidak” Ran sedikit mengeraskan ucapannya, meski tetap hanya terasa berbisik.
“Yang kencang dong Ran” Michael
mencondongkan badannya sedikit ke arah Ran, dan memasang telinganya ke wajah Ran agar lebih terdengar.
“TIDAK MAU!!!!” Ran menolak perintah Michael dengan tegas sambil melempar botol Alkohol ke muka Michael.
Dengan jarak yang pendek, Michael tidak bisa menghindar terkena lemparan botol Alkohol tepat di mukanya. Semua anggota gang Michael terkejut, namun karena syok yang besar atas tindakan tak terduga dari Ran, mereka hanya mematung di tempat.
“Ahhh!! BANG**T!! MATAKU!” Michael mengumpat dan berjalan mundur karena kesakitan, matanya tidak bisa melihat hingga membuat keseimbangannya goyah dan menabrak tempat sampah hingga terguling.
Dibandingkan rasa sakit pada matanya, rasa penghinaan pada hati Michael jauh lebih besar.
“Jon!!! Benito!!! Tangkap tikus kecil itu!!!” Satu perintah dari Michael, membuat semuanya sadar dari rasa syok.
Ran langsung berlari ke arah dia datang. Sedangkan 2 bawahan Michael mengejarnya seperti hewan buas.
“Tunggu kau dasar sialan!!!”
“Dasar tidak tahu terima kasih, sudah perlakukan baik tapi malah balik menggigit!!”
Ran sama sekali tidak peduli dengan perkataan mereka dan berlari sekencang-kencangnya. Beruntungnya Ran sudah sering melewati gang ini sehingga paham seluk beluknya.
2 meter di depan, Ran melihat tempat sampah, dia langsung mengambil dan melemparnya ke arah bawahan Michael. Bawahan Michael yang bernama Jon memukul balik tempat sampah itu ke bawah hingga hancur. Tapi, itulah tujuan asli Ran.
Jon memiliki kemampuan untuk memperkuat ototnya, dan tempat sampah di gang ini sudah sangat tua dan bisa hancur hanya dengan kemampuan fisik standar seorang Hyper.
Kemampuan penguat Otot milik Jon bisa membuat dia memiliki kekuatan otot 10 kali lipat dari kekuatan Hyper normal, sehingga hanya dengan tepisan ringan, dia mampu menghancurkan tempat sampah itu.
Semua sampah di dalam tempat sampah itu berceceran keluar, sampah makanan yang sudah lama membusuk hingga kotoran hewan bercampur di dalamnya dan terciprat ke berbagai arah termasuk ke 2 bawahan Michael.
“Ahkk, jijik sial”
“Hoek! Bau sekali!!”
Walau tidak cukup untuk mengalahkan mereka, setidaknya Ran bisa memperlambat mereka, tujuan dia adalah untuk keluar dari gang kecil ini. Jika berada di tempat ramai gang Michael pastinya tidak akan berani untuk berbuat hal-hal buruk kepada Ran.
Dinding gang mulai berubah menjadi dengan dipenuhi batu bata yang tersusun secara tidak rapih, ada banyak batu bata yang mencuat keluar dari dinding. Disini Ran harus sedikit hati-hati agar tidak menabrak batu bata.
“Minggir Jon, biar aku yang menangkap tikus itu”
“OK!”
Di belakang, para bawahan Michael merencanakan sesuatu, Jon memperlambat larinya, dia mulai menjauh sambil memegang lengan kanan Benito, lengan kanan Benito yang ditarik, memanjang bagaikan karet.
“Sudah cukup Jon, lepaskan!”
“Siap!”
Ketika lengan Benito mencapai kepanjangan yang diinginkan, Jon melepaskan tarikannya. Lengan Benito melesat kedepan bagai Ketapel. Namun, tangannya tidak melesat dengan mulus, gang yang sempit membuat lengannya bergesekan dengan dinding di gang.
“Ukhhh....”
Benito meringis sambil memegang lengannya. Ran memperhatikan sebentar dan bersiap untuk maju ke langkah berikutnya.
Di kanan dan kiri dinding gang, terlihat banyak sekali batu bata yang mencuat keluar dengan tidak rapih. Ran memanfaatkannya sebagai pijakan untuk naik dan menghindari pemburunya
Tangan Benito telat 1 langkah untuk menangkap Ran, hanya udara kosong yang dia dapatkan. Ran berada di atas tanpa bisa digapai oleh mereka. Tapi, Ran tidak berniat untuk berhenti sampai disitu.
Ran menciptakan sebuah pisau kecil dengan kekuatannya, tidak begitu besar, tapi memiliki ketajaman dan daya tahan yang lebih baik dari pedang ciptaan Ran karena Ran mengalihkan ukurannya ke daya tahan dan ketajaman.
Ran melepaskan pijakannya, dia terjun bebas ke arah tangan benito yang masih terayun bebas, dan dalam sekejap mata, Ran menusuk punggung tangan Benito dengan pisaunya.
“AKHHHHHHHH!!!”
Benito berteriak kesakitan, keseimbangannya hilang karena diganggu oleh rasa sakit yang muncul dengan mendadak. Dia berakhir jatuh dengan mengenaskan.
Gubrak! Jon ikut terjatuh karena tersandung oleh tubuh Benito.
Hehe, rasakan itu!
Senyum puas muncul di wajah Ran, dia merasa puas setelah membalas orang-orang yang selalu mengganggunya.
Pintu keluar gang mulai terlihat.
Ran merasa lega karena mengira hal ini akan berakhir. Dia segera melangkah keluar dari gang sempit berbau busuk.
Namun, ada satu hal yang lupa diperhitungkan oleh Ran.
Sial! Tidak ada orang? Bagaimana bisa?
Ran berangkat terlalu pagi, lingkungan yang kumuh dan relatif sepi, menjadi semakin sepi saat pagi hari.
Sial! Harusnya aku tidak berangkat sepagi ini.
Ran mengganti rencananya, dia berencana kabur sejauh mungkin dan mencari tempat yang ramai.
Belum sempat dia menentukan arah, sebuah tembok besar yang terbuat dari tanah, muncul di depan Ran dan menghalanginya. Ran mencoba ke arah kanan, dan secara bersamaan, muncul juga tembok tanah di kanan kiri Ran dan membentuk sebuah lorong.
Ran mencoba melompat, tapi tembok tanah itu menjadi lebih tinggi bahkan sebelum Ran bisa menggapai ujungnya.
Saat ini, Ran bagaikan tikus dalam perangkap.
Aura yang tidak mengenakkan, terasa pekat di belakang. Secara insting, Ran sudah tahu siapa yang ada di belakangnya.
Michael berjalan sambil mengusap matanya dengan sebuah kain basah, dia telah pulih menggunakan potion mahal yang setara dengan biaya hidup Ran selama satu minggu. Bawahannya mengikuti di belakang.
“Halo Bang**t”
.
.
.
.
Buk! Plak! Krak!
Suara pukulan, tamparan hingga suara tulang yang retak, terdengar jelas di gang kecil yang kotor, Ran dihajar hingga babak belur oleh Michael dan bawahannya, sekujur tubuhnya lebam, pakaiannya kotor dinodai tanah dan darah.
Ran tidak berani mengeluarkan sepatah katapun lagi, kata-kata yang keluar dari mulutnya hanya erangan rasa sakit dan batuk darah.
“Hhhhhhh...... Rasanya menyegarkan setelah menghabisi tikus kecil ini. Dasar orang rendah, berani sekali kau melawanku.”
“Hehe, dia perlu didikan yang benar.”
“Hajar dia sampai mampus bos.”
“Diam kalian berdua, menangkap satu orang lemah saja tidak bisa, tapi banyak omong.”
“Ma-Maaf bos, tapi dia sangat lincah seperti tikus.”
“Be-benar bos, dia juga sangat hafal dengan denah tempat ini.”
“Tutup mulut kalian, jangan banyak beralasan, faktanya adalah kalian kalah dan membiarkan bocah ini hampir kabur, karena kalian, aku sampai harus turun tangan secara langsung hanya untuk menghajar bocah rendahan ini.”
Benito dan Jon terdiam setelah dimarahi oleh Michael, mereka tidak bisa memberikan alasan apa pun lagi, karena mereka tahu, bahwa alasan apa pun yang mereka keluarkan, hanya akan membuat mereka tampak lebih lemah.
Ran hanya bisa diam tanpa melawan, sekujur tubuhnya sakit, pandangannya kabur oleh darah dan lebam. Saat ini, dia hanya bisa berharap agar Michael segera puas dan pergi meninggalkannya.
“Hei, siapa namamu tadi? Run? Rin? Terserahlah, aku tidak peduli” Michael menjambak Ran dan menarik muka Ran tepat di depannya “Dengar bocah kotor, camkan kejadian ini dalam ingatanmu, jangan coba lagi melawanku, jangan pernah sekalipun bahkan dalam mimpimu untuk melawanku. Dan jangan harap hidupmu akan bisa sama lagi setelah ini. Padahal kalau kau diam saja, aku tidak akan melewati batas, tapi karena kejadian ini, aku tidak takut ataupun peduli terhadap batas apa pun. Apa kau mengerti?”
“.....” Ran hanya diam tanpa menjawab.
“Jawablah! Tidak apa, jawablah jika sudah kuperintahkan untuk menjawab, tapi jangan pernah menjawab jika tidak kuperintahkan. Jangan berpikir jika kau bisa bebas dengan melaporkan hal ini kepada guru, karena tidak ada satu pun yang akan peduli dengan orang yang tidak punya apa-apa sepertimu. Jadi, jawab ‘iya’ Jika kau mengerti.”
“I-Iya”
“Bagus, mulai sekarang tundukkan kepalamu setiap kali kami lewat” Michael membanting kepala Ran ketanah dan berdiri sambil membersihkan tangannya dengan tisu basah.
“Bardolf!” Michael memanggil salah satu bawahannya.
“Ya Michael? Ada apa? Apa matamu masih sakit? Aku punya masih punya beberapa potion penyembuh lagi, ini setidaknya potion kelas B”
Seorang anak berbadan tinggi, menjawab panggilan Michael, dia memiliki rambut hitam panjang yang lurus hingga ke bahu, matanya sipit dan selalu tersenyum dengan riang.
“Bukan, mataku sudah sembuh, urus bocah ini, terserah mau kau apakan, yang pasti, berikan dia pelajaran yang tidak akan membuatnya lupa akan hal ini”
“Hmmm, tentu saja Michael, dengan senang hati akan kuurus, kau bisa ke sekolah dan beristirahat duluan.”
“Didik dia dengan keras! Walau sudah kuberi peringatan, tapi aku yakin dia masih punya pikiran untuk memberontak”
“Oky, doky, serahkan saja padaku”
Michael dan bawahannya selain Bardolf pergi ke arah sekolah, meninggalkan Ran dengan Bardolf.
Bardolf tersenyum lebar, dia tersenyum seperti anak kecil ketika melihat Ran, senyuman lebar seperti anak kecil yang menerima hadiah ulang tahun. Dan Ran merasa merinding melihatnya.
Bardolf berjongkok agar sejajar dengan Ran.
“Wahhhhhh! Kau terluka sangat parah, bahumu seperti bergeser, ada 1 gigi yang patah, tangan kanan dan kirimu juga sepertinya terluka parah, paling tidak pasti retak”
“....” Ran hanya diam, dia sama sekali tidak paham dengan orang ini.
“Hmmm? Sepertinya kau bingung yah? Hehe, santai saja santai, aku tidak akan memukulimu kok”
“....” Ran tetap diam, dia masih tidak percaya dengan perkataan Bardolf, satu hal yang dia tahu tentang Bardolf, hanyalah tentang seberapa besar kesetiannya kepada Michael.
Bardolf adalah bawahan Michael yang paling setia, walau pun ia berasal dari kelas lain. Tapi dia setia menjilat Michael karena kekuatan Michael dan reputasi ayahnya, Lod. dia ingin bisa mendapatkan koneksi dengan Lod dengan menjilat Michael.
“Ayolah kawan, santai saja, aku hanya ingin menanyakan beberapa hal saja kok. Apa kau sulit berbicara? Pakai saja potionku, ini mungkin bukan potion penyembuh kelas A, tapi ini masih tetap Potion penyembuh kelas B. Sini kutuangkan” Bardolf menuangkan potion berwarna putih terang keatas kepala Ran.
Air Potion mengalir di kepala Ran, melewati sela-sela Rambutnya, mengalir membasahi seluruh kepalanya hingga bagian terbawah.
"Tapi jilat sendiri yah, aku malas untuk membantumu meneguknya."
Ran tahu jika ini adalah hinaan, Bardolf berniat untuk menyuruh Ran menjilat Potion yang sudah ditumpahkannya seperti anjing.
Tapi Ran tidak memiliki pilihan lain yang lebih baik pada saat ini. Jadi dia menjilat semua potion yang bisa ia jilat.
slurrpp.
Ran menjilat Potion yang mengalir di pipinya, bahkan dia menjilat Potion yang sudah tumpah ke tanah.
Dan benar saja, luka-luka Ran menjadi sembuh, lebam-lebam di pipinya mulai menghilang, mulutnya yang robek kembali sembuh, dan rasa sakit di beberapa tubuhnya juga mulai menghilang, meski masih banyak luka-luka yang tidak sembuh karena ia hanya bisa meminum sedikit Potionnya.
“Lihatkan? Tenang saja, aku tidak berniat menyakitimu, lagipula aku bukan tipe petarung. Tapi maaf yah, aku tidak bisa menyembuhkan seluruh tubuhmu, soalnya potion penyembuh kelas B ini sangat susah dibuat”
“Ja-Jadi, apa yang mau kau tanyakan?” Ran akhirnya menanggapi Bardolf meski sudah dihina.
“Woahhh! Akhirnya kau mau berbicara juga yah, ok ok, buat dirimu santai dulu.”
“Sudahlah, jangan buang-buang waktu”
“Hehe, kau ini tidak sabaran yah, baiklah, baiklah. Jadi, namamu itu Ran bukan?”
“Iya”
“Kau tahu Ran? Saat kau tadi kejar-kejaran, aku sedikit menyelidikimu, karena aku mengingat sesuatu ketika melihatmu.”
“Apa maksudmu?”
“Intinya, dari apa yang kutemukan, aku tahu sebuah fakta tentangmu, kau itu, si anak pengkhianat ‘Kylie’ bukan?
“Kau? Bagaimana caranya kau tahu?” Ran tertegun dan kaget karena Bardolf mengetahui hal itu.
“Haha, benar kan? Kylie si pengkhianat, Salah satu Ranker S yang melakukan pemberontakan di ibukota pada tahun 2008. Dan berakhir dibunuh oleh Ranker Taylor.”
Ran terdiam, dia merasakan perasaan marah yang teramat besar ketika mendengar ibunya dituduh pengkhianat, namun, rasa sakitnya mencegahnya untuk melawan.
“Jadi, beritahu aku Ran, bagaimana perasaanmu memiliki ibu seorang pengkhianat, dia orang yang bodoh, melakukan pengkhianatan padahal memiliki banyak kehormatan karena berpartisipasi dalam menghentikan Monster Attack.”
“Diam kau!”
“Hah? Apa? Ada apa Ran?”
“Kubilang diam!!!! Ibuku bukan pengkhianat, dia dijebak!!”
“Ada buktinya?”
“....”
“Tidak ada kan? Faktanya, ibumu itu membunuh banyak orang yang tidak bersalah, dia itu pengkhianat, pembunuh dan pecundang bodoh”
“Bukan!!!!!!!!!!!” Ran berteriak kencang dan mencengkram kaki Bardolf.
“Heh. Bodoh banget yah, meski aku bukan tipe petarung, kau pikir aku akan kalah dalam kekuatan fisik dengan Hyper terlemah di sekolah?” Bardolf meremehkan Ran dan mencoba melepaskan cengkraman tangan Ran.
Namun, dia tidak tahu satu hal.
“Eh? Apa ini? Kenapa kuat sekali?”
“Tidak akan kalah dalam kekuatan fisik katamu? biar kuberi tahu satu hal, tidak ada satu haripun dimana aku tidak berlatih fisik” Ran
mengencangkan cengkramannya hingga terdengar bunyi tulang yang patah dari kaki Bardolf.
“Arggghhhhhhh, bocah sialan!!! Lepaskan aku!” Bardolf berteriak kesakitan sambil memegang kakinya.
“Bocah sialan? Kata-katamu tidak cocok untuk saat ini”
Ran memakai kemampuannya, dia menciptakan pisau kecil, tapi bukan di tangannya yang sedang bebas, tapi di tangannya yang mencengkram kaki Bardolf. Pisau itu muncul dengan menembus kaki Bardolf, suara daging dan tulang yang robek terdengar kencang.
“Akhhhhhhhhhhhh!!!!!!!” Bardolf berteriak semakin kencang, dia memukul tangan Ran dengan brutal, dan Ran terpaksa melepasnya.
Bardolf menyeret kakinya yang terluka untuk menjauh dari Ran, dia merogoh tasnya dan mengambil potion penyembuh miliknya.
Belum sempat dia menyembuhkan kakinya, Ran langsung mengejarnya.
Ran menyeret tubuhnya yang babak belur ke tempat Bardolf. Ran menindih badan Bardolf dengan badannya sendiri. Bardolf terjatuh dan melepaskan potionnya.
“Kau? Bagaimana bi- khekkk!” Belum sempat Bardolf menyelesaikan kalimatnya, dia dipukul oleh Ran tepat di mukanya.
“Bukan pengkhianat! Bukan pengkhianat! Bukan pengkhianat! Ibuku bukan pengkhianat!!!!!!!” Ran berteriak membela ibunya. Bardolf tidak lagi mendengarnya karena sudah pingsan.
Bardolf babak belur, wajahnya lebam, hidungnya patah, dan kakinya mengeluarkan banyak darah. Ran menengadah ke langit sambil menindih badan Bardolf.
“Sekarang aku harus bagaimana? Tidak! Buat apa aku harus takut kepada mereka? Tidak akan kubiarkan seorangpun menghina ibuku! Akan kubersihkan nama ibuku, dan akan kuhajar siapa pun yang menghina namanya”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments