Semalam Dengan Mafia
Terlihat seorang wanita yang saat ini baru saja turun dari pesawat,,tidak jauh dari nya terlihat sosok anak kecil yang sedang mendorong koper miliknya sendiri.
Yah, wanita itu adalah Andini bersama putri kecilnya,Naureen Putri Kaneesha. 6 tahun yang lalu, Andini pergi ke luar Negeri untuk mencari suasana hidup yang baru ketika ia mengetahui bahwa ia hamil.
Akhirnya ia sekarang memutuskan untuk kembali lagi ke Negara yang menjadi tempat dirinya dulu hancur sehancurnya karna ulah pria brengsek itu.
"Mom, kita akan tinggal dimana?." Tanya Naureen.
"Rumah omah sayang,,kamu mau?." Tanya balik Andini.
"Yes mom." Jawab Naureen.
"Good sayang." Ujar Andini dengan senyuman manisnya.
Naureen Putri Kaneesha,,sosok anak kecil yang memiliki iQ yang tinggi. Seperti Dady nya, Aldebaran. Gadis ini memiliki kepintaran yang tidak bisa di ragukan, ia sekarang sudah bisa menggunakan Laptop dan alat komunikasi lainnya di usianya yang masih cilik. Tapi itu anugerah bagi Andini karna ia bisa memiliki anak yang pintar.
6 tahun yang lalu, Andini yang mendapati bahwa dirinya hamil, memutuskan ingin mengugurkan kandungannya karna ia tidak ingin anak dari pria brengsek itu ada di dalam rahimnya.
Tapi semua itu diketahui oleh Ibu nya, Sofia Kaneesha. Mamah Sofia mencoba mengajak berbicara Andini, mengapa ini bisa terjadi.
Akhirnya dengan terpaksa, Andini menceritakan bagaimana terjadinya kejadian One Night bersama pria brengsek itu yang tidak ingin mempertanggung jawabkan atas apa yang ia lakukan.
°°Flashback On°°
7 Tahun Yang Lalu.
Terlihat sosok gadis yang sedang berjalan dengan tas yang ia gendong di punggungnya. Dilihat nya ia baru saja pulang dari sekolah, setelah banyak kegiatan yang ia lakukan disekolah, SMA Nusa Bangsa. Nama sekolah yang menjadi tempat belajar sehari-hari Andini, ia terlihat lesu menyisiri jalanan yang dilintasi oleh beberapa kendaraan umum.
"Andini" teriak seorang gadis.
Andini yang mendengar teriakan itu, sudah tahu siapa pemilik dari suara yang membuatnya sakit telinga.
"Apaan?." Tanya Andini.
"Ish lo mah gitu sama gw,jangan gitu dong sama gw." Jawab gadis tersebut.
"Iya, apa Neneng ku yang cantik?." Tanya Andini kembali, tapi wajahnya yang di hias oleh senyuman yang manis walaupun terpaksa.
Yap, gadis yang meneriaki Andini adalah Neneng Maharani. Dia adalah teman Andini disekolah, sebenarnya mereka tidak berdua saja. Ada teman Andini yang satu lagi, sepertinya ia ada keperluan.
"Gpp, gw cuman mau manggil lo aja." Jawab Neneng.
"Huh, kirain ada apa. Lo kok sendiri, dimana si Jesi?." Tanya Andini.
"Ia dia katanya ada rapat osis." Jawab Neneng.
"Yaudah, gw pulang duluan. Jalan rumah kita beda arah jadi kita pisah arah." Ucap Andini.
"Ow, yaudah lo hati-hati yah." Jawab Neneng yang dibalas anggukkan oleh Andini.
Bergegas Andini pergi ke arah kiri, sedangkan Neneng, ia ke arah kanan.
Hari yang sudah hampir sore, Andini tidak ingin membuang waktu karna ia ingin cepat-cepet sampai rumah. Entah mengapa perasaannya tidak enak.
Saat di tengah jalan, Andin di kejutkan oleh segerombolan pemuda yang memakai baju hitam-hitam semua. Dengan cepat Andini bersembunyi di balik tembok.
Ia mengintip karna penasaran apa yang pemuda-pemuda itu lakukan, jumlahnya mungkin 15 orang.cIa ketakutan karna suasana jalan yang sepi karna diarea sini, tidak terlalu banyak pengendara yang melintasi jalanan ini jika sudah hampir sore.
Dilihatnya,cseorang pemuda yang menggunakan topeng sebagai penutup wajahnya. Jadi Andini tidak bisa melihat siapa lelaki dibalik topeng itu.
Di depannya, terlihat sosok laki-laki yang sudak babak belur. Andini yang semakin ketakutan karna ia hanya sendiri.
"Aku harus gimna? Aku takut." Ucap Andini yang sudah ketakutan setengah mati.
"Jangan pernah macam-macam sama saya." Ucap Pria yang wajahnya ditutupi oleh Topeng wajah.
"Maafkan saya, saya janji tidak akan menganggu anda lagi." Ucap pria yang sudah babak belur.
Andini terus nemperhatikan apa yang pria bertopeng itu ambil, beberapa saat kemudian, sebuah pistol sudah ia genggam.
"Terlambat." Ucap pria bertopeng itu.
"Dor,,,dor." Suara tembakan mengarah ke pemuda yang sudah babak belur tepat di jantungnya.
Andini yang melihat itu langsung menutup mulutnya supaya tidak teriak. Ia benar-benar sudah ketakutan di ujung tanduk.
"Bersihkan, jangan ada jejak sekalipun." Ucap pria bertopeng itu.
"Baik bos." Ucap salah satu pemuda itu yang bisa di bilang anak buah dari pemuda bertopeng itu.
Andini yang melihat itu, ingin segera pergi dari sini. Ketakutannya setelaha melihat orang mati sudah menjalar di tubuhnya.
"Aku harus pergi dari sini, aku ga mau mati sia-sia seperti ini" Ucap Andini dalam hati.
Perlahan Andini berjalan kebelakang untuk memutar arah pulangnya, karena ia menggunakan jalan ini sebagai pintasan agar sampai rumah.
Tanpa sengaja, Andini menginjak sebotol kaleng. Membuat pemuda yang bertopeng itu mengalihkan pandangannya ke arah lain. Ia menatap sekitar untuk mencari sumber suara itu dimana.
Andini yang sudah ketakutan, tanpa sadar ia lari ke arah belakang. Ia tidak memperdulikan pemuda itu yang melihat dirinya.
Sedangkan pemuda bertopeng itu, melihat Andini yang lari. Ia harus menangkap nya karna ia tidak ingin ada saksi mata.
"Kalian urus ini,,biar saya yang urus gadis itu." Ucapnya kepada anak buahnya.
"Baik bos." Ucap mereka kompak.
Dengan cepat, pemuda bertopeng itu berlari untuk mengejar Andini yang sudah lebih dulu lari.
"Hey." Teriak pemuda bertopeng itu.
Andini yang mendengar itu, tanpa memperdulikannya ia terus berlari ke belakang untuk mencari jalan agar ia tidak di tangkap.
"Mamah, Papah tolong Andini." Ucapnya dalam hati tanpa terasa buliran air mata jatuh ke pipi Andini.
Andini sekarang benar-benar dilanda ketakutan, pasalnya pemuda yang bertopeng itu masih mengejar dirinya.
Ia takut nyawanya terancam, melihat ada gang kecil, Andini berlari ke arah gang tersebut supaya pemuda yang mengejarnya susah mendapatkannya.
Pemuda itu terus mengejar Andini, ternyata kecepatannya tidak bisa diremehkan dalam berlari. Andini terus berlari, ia sebenarnya sangat kesusahan untuk berlari karna sekarang ia memakai androk.
Andini berusaha supaya lepas dari kejaran pemuda bertopeng ini, saat keluar dari gang kecil ini, terdapat jalan raya yang banyak di lewati oleh kendaraan umum. Jadi Andini sekuat tenaga untuk bisa sampai di ujung gang.
"Cepat sekali kau, manis. Takkan ku biarkan kau lepas." Guman si pria bertopeng itu menyeringai menakutkan.
Hingga hampir saja Andini keluar dari gang kecil ini, tangannya lebih dulu di cekal oleh pria bertopeng itu.
Andini berusaha untuk melepaskan genggaman tangannya, hingga ia mempunyai ide untuk menggigit tangan sang pria itu.
"Arghhh,sial." Ucap sang pria itu yang kesakitan karna gigitan Andini.
Tapi Andini kalah cepat oleh pria bertopeng itu, dirinya di pukul bagian tengkuk lehernya saat ingin berlari kembali. Hingga Andini tidak sadarkan diri dalam dekapan pria bertopeng itu.
"Kau sangat cantik, sayang sekali jika aku menyia-nyiakan dirimu." Ucap sang pria bertopeng itu sambil mengelus lembut pipi Andini.
Tidak lama, anak buah dari sang pria bertopeng itu menghampiri, ia dan Andini yang sedang terkulai lemas karna pukulannya.
"Apa yang akan lo lakukan bos? Apa lo mau bunuh gadis ini?" Tanya seorang pria yang ternyata sahabat sekaligus tangan kanan pria bertopeng itu.
"Itu urusan gw Ren, lo hapus semua jejak kita. Jangan sampai kelewat sedikit pun." Ucap pria bertopeng itu.
"Oky bos ax,,lo mau bawak gadis ini kemna?" Tanya Rendy.
Yap, pria yang bertopeng itu Adalah, Kenzo Axton Wirayudha. Ia membunuh pria tadi karna suatu masalah, ia menjadi mata-mata dalam perusahaannya. Dan Rendy Davidson ia adalah sahabat sekaligus Tangan Kanan Kenzo.
"Tenang, gw ga akan bunuh gadis ini." Ucap Kenzo ### berpisah mobil dengan Rendy dan anak buahnya, Kenzo melajukan mobilnya ke suatu tempat yang akan membawa malapetaka bagi Andini.
-
Setelah sampai, Kenzo membuka penutup wajah yang ia pakai. Kemudian ia berganti mengunakan masker, Kenzo kembali membopong Andini ke dalam hotel bintang lima.
Yap, Kenzo membawa Andini ke suatu tempat yang tak lain adalah hotel.
Kenzo memesan satu kamar untuk satu malam,ia apakah sadar atau tidak berada di hotel sambil membawa wanita. Walaupun Kenzo seorang lelaki yang sering bermain dengan wanita, tapi ia bermainnya hanya di Bar.
Setelah memasuki kamar, Kenzo membaringkan Andini yang masih terkulai lemas tak sadarkan diri. Mungkin pukulan Kenzo terlalu kuat untuk Andini. Senyuman terukir di sudut bibir Kenzo, entah apa yang ia pikirkan.
"Manis sekali, kau tidak akan ku lepaskan." Ucap Kenzo sambil membelai pipi Andini.
Sedetik kemudian, Andini mengerjapkan matanya sambil melihat sekeliling yang terlihat asing di ingatannya. Ia menahan sakit di bagian tengkuk lehernya akibat pukulan Kenzo, Andini mencoba mengingat-ngingat kembali yang menimpa dirinya. Setelah mengingatnya, Andini seketika panik.
Andini mencoba bangun dari tempat tidur yang ia tempati sekarang, ia jga tidak tahu ia berada dmna. Yang terpenting dalam pikirannya ia harus bisa keluar dari kamar ini. Rasa takut sudah mulai menghantui Andini kala netra penglihatannya melihat sesosok pria yang sedang duduk di sofa tidak jauh dari tempat tidur hotel.
"Rupanya kau sudah bangun, Cantik." Ucap pria itu sambil menggoyang-goyangkan segelas anggur merah.
Andini tidak bisa melihat jelas pria yang ada di hadapannya, ia yakin pria ini adalah pria yang membunuh seorang pria yang di gang tadi.
Andini tidak bisa melihat jelas wajah sang pria itu karna lampu kamar hotel sengaja di matikan oleh Kenzo, ia melakukan itu supaya indentitasnya tidak di ketahui oleh wanita yang ada di hadapannya.
"Tolong lepasin saya, biarkan saya pergi." Ucap Andini dengan rasa takut yang sudah menjalar di tubuhnya.
"Tolong aku, aku sangat takut. Gimana ini?" Ucap Andini dalam hati yang frustasi karna terjebak dengan pembunuh yang kejam.
"Tidak semudah itu, sayang. Aku tidak akan membiarkan kau pergi begitu saja, aku akan membuatmu nikmat untuk semalam ini saja." Jawab Kenzo sambil tersenyum yang tidak dapat di artikan.
Kenzo beranjak dari sofa yang ia duduki, Kenzo melangkahkan kakinya mendekat ke arah Andini yang sedang ketakutan setengah mati.
"Jangan mendekat, saya bilang jangan mendekat!!." Teriak ndini.
"Kau takut?" Tenanglah aku tidak akan menyakitimu." Ucap Kenzo sambil tersenyum penuh kemenangan.
Andini memundurkan dirinya supaya jaraknya tidak terlalu dekat dengan Kenzo, ia sekarang di landa rasa ketakutan karna dirinya sudah mentok di bibir tempat tidur.
Andini dengan cepat berlari ke arah pintu yang tertutup rapat, ia berdoa semoga ia berhasil keluar dari kamar hotel ini.
Ternyata Kenzo lebih dulu mengetahui aksi yang akan di lakukan oleh Andini, dengan sigap Kenzo menangkap Andini dengan cara mendekapnya dari belakang.
Entah perasaan apa yang muncul dalam diri Kenzo saat dirinya mendekap tubuh Andini, Rasa nyaman dan tenang bercampur aduk.
Ia baru merasakan perasaan ini, perasaan yang pertama kali muncul saat ia mendekap seorang wanita. Perasaan yang tidak pernah terjadi saat Kenzo melakukan 'itu' bersama ****** di Bar.
"Perasaan apa ini?" Tanya Kenzo dalam hati yang merasa aneh dengan hatinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 116 Episodes
Comments
❄️ sin rui ❄️
terus si ALDEBARAN ITU SIAPA?
2022-09-27
0
❄️ sin rui ❄️
boleh ku beri masukan thorr? dialog antara musuh gak cocok kalau pormal( KAMU JANGAN MACAM2 SAMA SAYA) kenapa gak( KOU JANGAN MACAM2 PADAKU )
2022-09-27
0
Meili
mampir 💛💛
2022-09-01
0