Benteng Utama, cabang Amerika Utara
Lantai B19
Ruang Rapat
"Apa kau bilang? Sarang Lizardmen?" Tanya Oracle dengan kebingungan.
Wajar saja jika Oracle tak mempercayai hal itu. Karena selama ini, mereka tak pernah melihat pemukiman para monster yang ada di dunia ini.
Semenjak kehancuran umat manusia, sebagian besar dari pasukan monster itu ditarik mundur untuk kembali ke dalam dimensi mereka. Melalui 12 portal raksasa yang dibuat oleh umat manusia beberapa tahun yang lalu.
Mengetahui bahwa justru ada yang membuat pemukiman di bumi?
"Itu lah kenyataannya. Eva merekam video dari sarang itu." Balas Axel dengan tenang.
Mendengar jawaban itu, Oracle segera mengalihkan pandangannya pada Eva. Membuat isyarat untuk menunjukkan video itu padanya.
Kini, dalam ruang rapat yang hanya berisi 3 orang itu, Oracle memutar video dari ponsel Eva pada layar proyektor yang besar di bagian depan.
Ia memperhatikan seluruh detail dari video itu secara seksama. Tanpa adanya sedikit pun yang di lewatkan.
Bibirnya nampak terus berbicara, tapi tak ada suara yang bisa didengar oleh Axel dan juga Eva. Begitu pula dengan tatapan matanya yang terus bergerak kesana kemari dengan cepat untuk memperhatikan semua detail itu.
Setelah Oracle memutar ulang video itu sebanyak 8 kali, Ia akhirnya berhenti. Bersandar pada kursinya sambil menutup kedua matanya.
"Kerja yang bagus, kalian berdua. Syukurlah kalian masih bisa selamat dan kembali di benteng ini. Malam ini, kalian bisa beristirahat sebelum kembali membahas misi ini esok hari." Tegas Oracle.
"Dimengerti." Balas Axel dan juga Eva secara bersamaan.
Keduanya pun berjalan bersama. Meninggalkan markas militer ini untuk kembali pada apartemen mereka.
Dalam perjalanan....
"Hei, Axel. Apakah kau mau makan terlebih dahulu?" Tanya Eva sambil menunjuk pada lantai 2 di dalam elevator itu.
"Aah, kau benar. Kita belum makan lagi sejak pagi tadi kan? Hanya memakan Snack ringan. Baiklah, aku ikut." Balas Axel.
Mendengar balasan itu, Eva segera menekan tombol dengan angka [2] pada elevator itu. Yang merupakan kantin utama di markas militer ini.
Di sisi lain, Axel nampak mengangkat ponselnya dan mengirimkan pesan singkat kepada adiknya.
[Aku akan makan di markas dengan teman dan pulang cukup malam. Kau tidur dulu saja.]
Tak berselang lama, balasan dari Chloe tiba.
[Oke, Kak. Aku mencabut kunci pintu depan.]
Senyuman yang tipis nampak terlukis di wajah Axel setelah membaca balasan dari adiknya itu. Selama Ia bisa melihat adiknya hidup nyaman di dalam benteng ini, itu sudah cukup baginya.
Sekarang....
'Ding!'
Pintu elevator itu terbuka. Keduanya tiba di lantai 2 dari markas militer ini. Lantai dimana kantin berada.
Puluhan prajurit lain dengan seragam hitam nampak sedang menikmati makan malam mereka.
Selama termasuk dalam bagian militer, semuanya bebas untuk menikmati hidangan di kantin ini maksimal 3 kali sehari.
Sebuah sistem yang memberikan insentif besar bagi siapapun yang mau bergabung dalam militer.
Eva dan juga Axel berjalan menuju ke salah satu kios di kantin ini.
"Ada saran makanan yang enak?" Tanya Eva sambil tersenyum ramah.
"Nona Eva. Selamat datang kembali. Untuk hari ini, kami merekomendasikan daging panggang dengan sup tomat beserta roti bawang." Balas pegawai di kios kantin itu.
"Oke, aku ambil itu. Bagaimana denganmu, Axel?" Tanya Eva.
"Kalau begitu, sama seperti Eva." Balas Axel.
"Baik, silakan ditunggu."
Keduanya segera meninggalkan kios itu dan duduk di sebuah meja kecil dengan dua kursi itu.
Keduanya berbincang mengenai berbagai topik yang ringan selama menunggu hidangan mereka di sajikan. Tapi bagi Axel yang masih terbilang baru di benteng ini, ada beberapa pertanyaan yang masih mengganjal di kepalanya.
"Para Liberator yang lain, mereka tak pernah makan di sini?" Tanya Axel setelah memperhatikan seluruh wilayah kantin ini hanya berisi prajurit berseragam hitam.
"Tidak. Mereka selalu makan di sini. Hanya saja, biasanya jauh lebih malam lagi." Balas Eva sambil memainkan garpu besi itu.
"Begitu kah? Apakah.... Mereka semua kuat?" Tanya Axel sekali lagi.
"Tentu saja. Meskipun tak sekuat diriku, hahaha!" Balas Eva penuh percaya diri sambil tertawa lepas.
Jawaban dari Eva itu membuat Axel menyadari suatu hal. Kedua matanya nampak sedikit melebar setelah mendengar jawaban itu.
"Jadi karena itu lah kau selalu bekerja sendirian sebelum bersamaku?" Tanya Axel.
"Tidak selalu. Aku mulai bekerja sendiri sekitar 4 bulan yang lalu saat partnerku tiada." Balas Eva tetap dengan senyuman di wajahnya.
Hal itu sedikit mengganggu bagi Axel.
Mengatakan seseorang telah tiada dengan senyuman? Bukankah itu sedikit aneh?
Tapi sebelum Axel sempat menjawabnya, Eva telah lebih dulu melanjutkan perkataannya.
"Hah.... Aku teringat gadis bodoh bernama Audrey itu. Kau tahu? Dia bahkan tak berani mengayunkan pedangnya." Lanjut Eva, tapi kini sambil mengalihkan pandangannya di kejauhan.
Tak lagi memiliki keberanian untuk menatap mata Axel secara langsung ketika membicarakan mengenai hal itu.
Tentu saja Axel sedikit menyesal karena telah menanyakan hal itu pada Eva. Yang mungkin sedikit mengungkit luka lama di dalam hatinya.
"Maaf. Aku tak bermaksud...."
"Hahaha! Tak masalah! Lagipula, ini lah hidup kita. Antara mati di tangan musuh, atau mati karena kehabisan waktu. Keduanya tak begitu berbeda bagiku." Balas Eva menyela permintaan maaf dari Axel.
Sesaat kemudian, pegawai dari kios kantin sebelumnya datang membawakan pesanan mereka berdua.
Masing-masing memperoleh dua buah piring dan satu mangkuk. Satu berisi sepotong daging yang dipanggang, satu lagi berisi 3 buah roti panggang dengan aroma bawang, dan terakhir sebuah mangkuk berukuran sedang yang berisi sup tomat berwarna kemerahan itu.
"Minumannya?" Tanya pegawai itu dengan ramah sambil terus meletakkan pesanan mereka berdua di atas meja itu.
"Jus jeruk." Balas Eva singkat.
"Aku air putih dingin saja." Balas Axel.
"Silakan ditunggu." Balas Pegawai itu dengan senyuman ramah. Ia segera berjalan kembali ke kiosnya untuk mempersiapkan minuman mereka berdua.
Sementara itu, Axel nampak merobek roti panggang itu dengan tangannya sebelum mencelupkannya pada sup tomat itu.
Rasa sup tomat yang sedikit masam tapi juga manis, serta roti bawang yang gurih dan hangat itu tercampur ketika memasuki mulut Axel.
"Ini benar-benar lezat." Ucap Axel setelah memakan roti itu.
"Jangan lupakan dagingmu! Itu adalah bagian yang paling enak dalam hidangan ini!" Balas Eva dengan penuh semangat.
Eva di sisi lain memakan hidangannya dengan pisau dan garpu. Dimana Ia akan memotong roti itu dengan pisaunya lalu mencelupkannya ke dalam sup tomat itu dengan garpunya sebelum dimakan.
Hanya saja, entah kenapa daging panggang nya telah menghilang tanpa Axel sadari.
Axel yang melihat betapa cepat dan bahagianya Eva ketika menikmati hidangannya itu membuatnya tersenyum tanpa sadar.
"Kenapa diam saja? Kau tak mau daging itu? Kalau begitu untukku saja ya?" Ucap Eva yang telah menusuk daging panggang di piring Axel dengan garpunya lalu segera memasukkannya dalam mulutnya.
"Eh? Tu-tunggu dulu! Apa gunanya meminta ijin jika kau langsung memakannya?" Tanya Axel panik. Senyuman di wajahnya pun segera menghilang karena tindakan dari Eva itu.
"Hahaha! Nampaknya kau tak begitu cepat di atas meja makan ya?" Balas Eva sambil memasang wajah yang seakan penuh atas rasa kemenangan itu.
Axel tak lagi mampu berkata-kata. Ia hanya bisa melakukan satu hal.
Yaitu untuk melindungi sisa roti panggang nya yang sudah mulai menjadi target selanjutnya bagi Eva itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
John Singgih
waduh perang di meja makan nich...
2022-12-16
0
John Singgih
wuih bikin laper aja nich...
2022-12-16
0
Adryan Eko
next mission.. be aware axel and eva.. good luck
2022-08-01
2