"Tunggu! Aku sama sekali tak paham!" Teriak Axel yang berusaha mengikuti langkah kaki Eva.
"Aaah! Benar juga!"
"Benar bukan? Sekarang jelaskan padaku da...."
"Kau belum memiliki senjata! Ayo cepat, kita akan mengambil senjata untukmu!" Balas Eva yang sama sekali tak mendengarkan perkataan dari Axel itu.
"Sudah ku bilang! Aku sama sekali tak paham atas apa yang terjadi!"
......***......
Markas Militer Liberator.
Lantai B6.
"Hooo, selamat datang Nona Eva. Ada yang bisa ku bantu?" Ucap seorang Pria botak dengan kulit yang sedikit gelap.
Pria itu memiliki tubuh yang kekar dengan pakaian pendek yang sederhana di tubuhnya.
"Senjata untuk bocah baru ini. Dia bergerak cukup cepat, tapi kekuatannya cukup lemah." Jelas Eva singkat.
"Tunggu dulu, Eva. Aku sama sekali tak paham dengan...." Ucap Axel yang berusaha mengatur nafasnya.
Sekalipun gerakannya cepat, atribut Vitality miliknya tak begitu tinggi. Membuat Axel mudah sekali kelelahan.
"Hmm.... Begitu ya. Ku rasa dia akan cocok menggunakan pedang pendek dan pisau. Sebentar." Balas Pria botak itu yang sama sekali tak menghiraukan perkataan Axel.
Pada akhirnya, Axel menyerah dan tak lagi mempertanyakan situasi ini.
Ia hanya perlu mengikuti arus dari semua kejadian ini dan memahaminya secara perlahan. Itu saja.
"Ini untukmu, bocah. Ku harap kau bisa menggunakannya." Ucap Pria botak itu sambil memberikannya satu box kotak besi itu.
Setelah membukanya, Axel menemukan sebuah pedang pendek dan 20 buah pisau. Semuanya dengan logam aneh yang dilihatnya pada pedang Eva yang terus menggantung di punggungnya itu.
"Logam ini.... Tunggu, kenapa dia bercahaya ketika aku menyentuhnya?" Tanya Axel. Meskipun, Ia sama sekali tak berharap bahwa seseorang akan menjawab pertanyaannya.
"Ini adalah logam khusus, yang dibuat dari material sintetik dengan campuran Flux. Dia akan bereaksi dengan menimbulkan cahaya biru berbentuk garis di bagian ini ketika dipegang oleh pasukan divisi khusus." Jelas Pria itu.
Ia menunjukkan bagaimana jadinya ketika orang yang belum menjalani operasi Flux memegang pedang itu. Yang mana cahaya biru di bagian atas bilah pedang itu sama sekali tak menyala.
Sedangkan ketika Axel atau Eva yang memegangnya, cahaya biru itu akan menyala.
"Whoah.... Keren sekali." Ucap Axel.
"Buahahaha! Itu bukan masalah keren atau tidak. Tapi senjata itu secara tak langsung menyerap energi Flux milikmu untuk membuatnya lebih kuat dan lebih tajam.
Jadi, jangan pegang senjata itu jika kau tak membutuhkannya atau kau akan pingsan karena kehabisan Flux." Jelas Pria botak itu sambil tertawa.
Mendengar penjelasan itu, Axel kemudian melihat pedang besar yang menempel di punggung Eva.
Saat Axel mencoba meletakkan pedang itu di punggungnya, perangkat dengan bentuk segi enam itu seakan menarik bagian tengah dari pegangan pedang itu dan menguncinya. Sama seperti ketika mendekatkan besi ke arah magnet.
"Whoah, jadi seperti ini?" Ucap Axel terkagum-kagum.
"Eva, kau yakin bocah ini akan baik-baik saja? Aku tak yakin dia bisa bertahan selama 5 menit di luar sana." Ujar Pria botak itu.
"Tenang saja. Aku akan melindunginya, untuk kali ini saja." Balas Eva singkat.
"Maaf, tapi aku tak selemah itu bukan?" Tanya Axel dengan wajah yang kesal. Ia nampak mengerutkan dahinya karena tak mampu percaya jika orang akan membicarakannya tepat di hadapannya.
"Begitu kah? Kalau benar demikian, aku akan menantikannya." Balas Eva dengan senyuman yang lebar.
Setelah persiapan dadakan ini, keduanya pun meninggalkan benteng Liberator yang aman ini melalui gerbang utama.
Gerbang itu terbuat dari baja setebal 3 meter lebih dan hanya bisa dibuka atas izin Oracle itu sendiri.
Di balik gerbang baja tebal itu, adalah ruang bawah tanah yang masih terlindungi oleh baja dari Liberator. Dengan puluhan penjaga yang memegang senapan mesin kaliber besar.
"Ingin keluar?" Tanya salah seorang penjaga.
"Ya. Misi dari Oracle untuk menyelamatkan sekelompok orang di Sektor 12." Balas Eva sambil menunjukkan bukti perintah itu melalui ponselnya.
"Dimengerti. Silakan." Balas penjaga itu sambil membuka gerbang kedua yang sedikit lebih tipis daripada gerbang utama.
Kini, setelah melewati gerbang kedua itu, Axel kembali melihat pemandangan yang telah lama tak dilihatnya.
Yaitu pemandangan cahaya matahari yang menyinari reruntuhan kota. Sebuah kota yang dulunya menjadi tempat tinggal bagi jutaan manusia itu, kini hanya menjadi kuburan masal bagi mereka yang cukup sial untuk bertemu para monster.
"Benar juga, sebelum aku lupa. Ini." Ucap Eva sambil melemparkan sebuah tabung kaca yang dilindungi oleh besi dengan bentuk segi enam itu.
'Tap!'
Axel secara refleks segera menangkapnya dan bertanya.
"Apa ini?"
"Flux Injector, 250 ml atau sekitar 440 gram. Kau menggunakannya dengan menyuntikkan tabung itu ke punggung partnermu. Bisa digunakan untuk mengobati luka serius atau memberikan kekuatan tambahan dalam waktu singkat." Jelas Eva.
Mendengar penjelasan itu, Axel akhirnya mulai paham kenapa dalam setiap misi ini terdiri atas 2 orang.
"Satu orang membawa satu. Tapi jangan terlalu sering memakainya karena akan mempersingkat umurmu setidaknya selama 1 bulan." Lanjut Eva.
"Bukankah itu terlalu buruk?"
Axel telah memahami kalimat menukar nyawa untuk kekuatan. Tapi semakin jauh Axel melihatnya, organisasi Liberator ini benar-benar menukarkan nyawa mereka secara harfiah untuk kekuatan.
Setelah menyimpan tabung itu kepada pengait di pinggang kanannya, Axel kembali bertanya.
"Jadi, dimana sektor 12 itu?" Tanya Axel.
Eva nampak membuka ponselnya dan memulai navigasi.
"Ke arah sana." Ucap Eva sambil mulai berlari.
"Tunggu!'
Setelah keduanya meninggalkan benteng Liberator yang tersembunyi di bawah tanah itu, gerbang terluar itu pun kembali menutup. Menyembunyikan sisa kejayaan umat manusia jauh di bawah tanah.
......***......
Perjalanan mereka berdua membutuhkan waktu lebih dari 4 jam untuk mencapai lokasi dari sinyal radio itu dengan berlari.
Di satu sisi, Eva yang merupakan tipe fisik memiliki kecepatan dan stamina tinggi yang alami. Sedangkan Axel sendiri yang hanya bisa bergerak cepat jika mengaktifkan sihir petirnya....
"Hah... hah... hah... tunggu aku... Eva...." Ucap Axel dengan terpatah-patah.
Tak hanya berlari dengan cepat sambil melewati banyak monster di sepanjang jalan, tapi keduanya juga sama sekali tak pernah berhenti sedikit pun untuk beristirahat.
Membuat Axel yang terbiasa bergerak dalam diam merasa sangat kelelahan.
"Apa-apaan dengan stamina itu? Kau yakin menyebut dirimu seorang Pria?" Tanya Eva dengan nada yang mengejek.
"Kau benar.... Mungkin aku bukan lah Pria...." Balas Axel yang masih terus berusaha untuk mengatur nafasnya.
"Baiklah. 2 menit istirahat." Balas Eva singkat sambil memeriksa lokasi dari sinyal radio itu melalui ponselnya.
Sementara itu, Axel segera duduk di tanah untuk memulihkan staminanya.
Tepat dua menit berlalu, Eva segera memanggil Axel untuk naik ke salah satu bangunan tertinggi yang telah runtuh ke samping itu.
"Lihat itu." Ucap Eva sambil menunjuk ke suatu arah.
Tepat di arah Eva menunjuk, adalah barisan pasukan monster yang sama seperti yang menyerang Axel sebelumnya. Jumlah mereka mencapai 20 lebih.
Yaitu monster besar dengan tinggi mencapai 3 meter dan berzirah tebal.
"Kami menyebutnya sebagai Orc. Mereka kuat tapi cukup lambat. Lalu lihat di sebelah sana." Lanjut Eva mengarahkan jari telunjuknya ke samping kiri.
Kini, apa yang ditunjuk oleh Eva adalah sebuah bangunan stasiun radio. Dimana pada salah satu jendela kaca, Axel dapat melihat kerumunan penduduk yang bersembunyi di dalamnya.
Mereka semua terlihat begitu ketakutan dan juga kelaparan. Sama seperti kehidupan Axel sebelumnya.
Sebelum Axel sempat menjawab, Eva memberikannya perintah.
"Tugasmu, adalah pergi ke tempat kerumunan penduduk itu dan menjaga mereka. Lakukan evakuasi di jalanan untuk kembali benteng Liberator. Sementara itu, aku akan menghajar kerumunan Orc itu." Tegas Eva sambil menarik pedang besarnya.
"Eh?! Tapi bukankah itu terlalu berbahaya? Aku akan membantumu." Balas Axel.
Senyuman yang cukup lebar menghiasi wajah Eva. Meskipun, perkataannya sama sekali tidak manis.
"Tidak, terimakasih. Membawamu bersamaku di pertarungan itu hanya akan menambah beban ku." Balas Eva sambil tersenyum manis.
Pada saat itu, Axel menyadarinya. Bahwa Ia tak lain hanyalah seorang prajurit baru yang sama sekali tak memiliki pengalaman.
Sekalipun....
Salah satu atributnya berada di tingkat S.
Hal itu membuat Axel berpikir, memangnya....
Seperti apa atribut dari Eva itu sendiri?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
John Singgih
untuk sementara MC kita jadi beban untuk yang lainnya
2022-12-15
0
John Singgih
waaah, Mak jleb ini 😭😭😭
2022-12-15
0
Adryan Eko
omong omong axel masih bisa up level atributnya kan thor?
biar berasa OP nya rank S sejati
2022-07-28
2