"Seperti yang kalian dengar, Cabang Asia Timur akan mengirimkan bantuan kepada Cabang Amerika Utara. Berdasarkan transmisi informasi yang dikirimkan, mereka akan tiba 3 Minggu lagi.
Sampai saat itu tiba, kita hanya akan menjalankan misi untuk membersihkan daerah di sekitar bandara kecuali terdapat panggilan darurat." Jelas Oracle kepada beberapa orang termasuk Axel yang kebetulan berada dalam ruang rapat ini.
Semua orang yang ada di ruangan ini hanya mengangguk ringan seakan menyanggupi semua perintah itu.
Lagipula, memangnya mereka memiliki hak untuk menolak?
Axel, di sisi lain yang masih kebingungan dengan situasi ini berjalan ke arah Oracle berada dan bertanya.
"Cabang Asia Timur.... Masih ada manusia lain yang selamat di dunia ini?" Tanya Axel.
Oracle hanya melirik secara ringan ke arahnya sambil melanjutkan pekerjaannya.
"Amerika Utara, Asia Timur, Uni Eropa, Asia Tenggara, dan Timur Tengah. Setidaknya, masih tersisa 5 benteng utama Liberator di dunia ini. Total penduduk yang telah diselamatkan mencapai 1 juta jiwa." Jelas Oracle sambil terus bekerja.
"Satu juta?" Tanya Axel terkejut. Ia tak menyangka bahwa masih ada sebanyak itu umat manusia yang selamat di dunia ini.
"Amerika Utara hanya berhasil menyelamatkan 20.000. Tapi cabang Asia Timur dan Uni Eropa berhasil menyelamatkan jauh lebih banyak manusia." Balas Oracle.
Axel merasa lega setelah mendengar semua penjelasan itu. Setidaknya, umat manusia masih memiliki sedikit harapan untuk membalikkan keadaan ini.
Sebelum Axel bermaksud untuk pergi dari ruang rapat utama ini, Ia bertanya sekali lagi.
"Misi.... Apakah ada misi baru untuk ku?" Tanya Axel.
Kali ini, Oracle menghentikan pekerjaannya dan menatap wajah Axel dengan tatapan keheranan.
"Partner mu, Eva, sedang dirawat bukan? Bagaimana kau akan menggunakan Flux Booster tanpa partner?" Tanya Oracle.
"Mengenai itu, apakah tak ada cara lain memasukkan Flux Booster ke tubuh tanpa harus melalui punggung? Kau tahu, itu sangat merepotkan bukan?" Balas Axel.
Oracle kembali bekerja sebelum membalas pertanyaan yang dianggapnya cukup bodoh itu.
"Kau bisa menyuntikkannya langsung ke seluruh bagian tubuh, tapi kulit dan daging mu pada bagian itu akan meleleh seketika. Tapi.... Benar juga. Leona, Frans, apakah tak ada cara yang lebih praktis?" Tanya Oracle setelah menyadari hal itu.
Dari kejauhan, Leona dan Frans mengangkat kepala mereka dan menatap tajam ke arah Axel dan juga Oracle.
"Mungkin kami bisa melakukan operasi baru untuk...."
"Tidak terimakasih." Ucap Oracle menyela perkataan Frans dengan cepat. Tak ada satu orang pun dari divisi khusus ini yang cukup gila untuk mengulangi operasi bak neraka itu.
Bersamaan dengan balasan itu, Oracle melambaikan tangannya dengan isyarat untuk meminta Axel pergi.
Akan tetapi....
Axel tak memahami apa maksud dari gerakan tangan Oracle sama sekali. Membuatnya sedikit kesal.
"Kau bodoh atau apa? Aku meminta mu pergi. Temui adikmu dan beristirahat lah atau apa sampai Eva pulih sepenuhnya. Saat itu tiba, aku akan memanggilmu. Benar juga, minta ponsel pada Trevos di lantai B7." Tegas Oracle.
"Aaah, benar juga. Terimakasih banyak, Oracle." Balas Axel sambil sedikit menundukkan kepalanya.
Tak ada balasan dari wanita itu. Ia nampak kembali menyibukkan dirinya dalam pekerjaannya. Tak lagi memperhatikan lingkungan sekitarnya.
Dan dengan itu, Axel pun pergi meninggalkan ruang rapat utama ini.
......***......
Lantai B7
Pusat Komunikasi
Pada lantai yang dipenuhi dengan berbagai peralatan rumit dan kompleks ini, Axel terus berjalan mencari sosok yang bernama Trevos itu.
Berbagai rak komputer dan perangkat rumit lainnya dilewati dengan banyak pendingin dan juga kabel yang ditata dengan rapi.
Setelah berjalan selama beberapa saat, Axel akhirnya menemukannya.
Seorang Pria yang sedang tertidur di kursi dengan kedua kaki yang diletakkan di atas meja. Topi berwarna kecoklatan itu nampak menutupi wajahnya.
Bagaimana Axel mengetahui dia orang yang benar? Tentu saja, dengan melihat papan nama di sudut mejanya yang bertuliskan Trevos McFlint.
"Uuh.... Permisi? Oracle mengirim ku kemari untuk meminta ponsel." Ucap Axel.
Tak ada balasan dari Pria yang tertidur itu. Memangnya, apa yang diharapkan dari Axel?
"Uuh.... Permisi Tuan...."
Sebelum Axel sempat menyelesaikan perkataannya, Trevos mengangkat tangan kanannya dan menunjuk ke arah sebuah lemari.
Pada lemari itu, terdapat beberapa rak dengan tulisan [Jangan ganggu tidurku. Ambil ponsel sendiri, pilih sesukamu] pada salah satu papan.
Tak bermaksud untuk mengganggunya lebih lanjut, Axel sedikit menundukkan kepalanya untuk berterimakasih dan berjalan ke arah lemari itu.
Dalam rak tersebut, terdapat banyak kardus yang berisi ponsel dan juga pengisi daya. Axel mengambilnya secara acak dan mencoba untuk menyalakannya.
"Bekerja dengan baik." Ucap Axel sambil kembali mematikan ponselnya itu. Ia membawa kardus tempat ponselnya, termasuk pengisi dayanya.
Akan tetapi, saat Axel hendak pergi meninggalkan ruangan ini....
'Braakk!!!'
Trevos nampak memukul meja dengan kakinya. Kali ini, tangan kirinya menunjuk ke arah suatu meja. Dimana terdapat papan lain dengan tulisan [Jangan lupa ambil SIM Card atau kau tak bisa berkomunikasi].
Axel nampak melupakan hal sederhana itu, dan segera kembali berjalan mendekati meja yang ditunjuk oleh Trevos.
Ia mengambil kartu SIM secara acak dan memasangkannya pada ponselnya. Setelah memastikan kartu SIM itu bekerja dengan baik, Ia segera berniat untuk pergi tanpa mengganggu Trevos.
Dan lagi-lagi....
'Braaakkk!!!'
Kali ini, Trevos memukul meja dengan tangannya dan terbangun dari tidur sepenuhnya. Bahkan, topi yang menutupi wajahnya sedari tadi terjatuh ke tanah. Memperlihatkan wajahnya yang seperti seorang berandalan yang sangar itu.
"Kau bodoh atau apa? Apakah kau tak berniat untuk mengambilkan satu ponsel lagi untuk adikmu?" Ucap Trevos dengan tatapan yang tajam.
Kedua telinganya ditindik, wajahnya ditato dengan bentuk kobaran api pada pelipis kirinya, sedangkan rambutnya sendiri dicat warna kuning dan hitam. Membuat penampilannya terlihat begitu mengerikan.
"Ma-maaf! Aku melupakannya!" Balas Axel sambil segera mengambil satu kardus ponsel dan juga SIM card untuk adiknya, Chloe.
Setelah memastikan semuanya beres, Trevos nampak kembali pada posisinya semula. Ia meletakkan kembali kedua kakinya di atas meja dan menutupi wajahnya dengan topi kecoklatannya itu.
Dalam sekejap, Trevos telah kembali tertidur.
Axel sendiri nampak berjalan meninggalkan lantai B7 ini setenang mungkin. Dan berusaha untuk memastikan bahwa tak ada lagi hal yang dilupakannya.
Setibanya Axel di dalam elevator, Ia baru menyadarinya.
'Tunggu dulu, bagaimana dia tahu aku punya adik? Tidak.... Lebih parah lagi, jika Ia tertidur dengan wajah yang ditutupi topi, bagaimana caranya tahu bahwa itu adalah aku? Dan bukannya orang lain?'
Tentu saja, kebingungan itu cukup sulit untuk dijawab. Kecuali, Axel berani kembali ke dalam ruangan itu dan menanyakannya secara langsung pada Trevos.
'Tidak! Siapa yang mau berurusan dengan orang berbahaya seperti itu? Lagipula, kenapa ada orang seperti itu di markas utama?'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
John Singgih
kerja kok sambil tiduran ya, bagaimana kalau barangnya diambil orang gimana ?
2022-12-16
0
Adryan Eko
gak bisa kah gak usah pake gebrak gebrak.. rusuh aja dah ah
2022-08-01
3
『Minecraft』
wkwkwk
2022-07-19
1