'Ding!'
Setelah beberapa saat, pintu elevator itu pun terbuka. Menunjukkan ruangan melingkar dengan penerangan yang cukup redup.
Di tengah dari ruangan itu terdapat satu lagi lantai dibawah ruangan ini. Dan Axel bisa melihatnya melalui kaca tebal yang mengelilingi bagian tengah ruangan melingkar ini.
"Katakan. Apakah kau mau menukar seluruh hidupmu dengan kekuatan?" Tanya Eva secara tiba-tiba.
Di sekitar mereka berdua, beberapa orang dengan seragam yang sama seperti yang dikenakan oleh Eva nampak mulai menghentikan pekerjaan mereka.
Pandangan sekitar 6 orang lebih itu terpaku kepada mereka berdua.
"Apa maksudmu dengan itu?"
Axel menjadi semakin kebingungan.
Menukar hidup dengan kekuatan? Memangnya ada hal seperti itu? Lagipula, bukankah manusia sudah cukup berevolusi dengan kekuatan Flux ini?
Tapi sayangnya, itu hanyalah bagian terluar dari aplikasi Flux yang sebenarnya. Sisanya, adalah hal yang sama sekali tak pernah diketahui bukan hanya oleh Axel. Melainkan 99% lebih populasi dari bumi tak ada yang mengetahuinya.
Alasan kenapa seluruh negara di dunia berlomba-lomba untuk memanen energi Flux dari dimensi lain bukanlah untuk sumber energi atau pun listrik.
Tidak. Bukan itu. Jika mereka hanya membutuhkan listrik, 0.2% dari Flux yang mereka ambil selama ini telah cukup untuk memenuhi kebutuhan energi umat manusia selama 1 abad kedepan.
Lalu, untuk apa sisanya?
Tentu saja, jawabannya adalah untuk militer.
Liberator adalah sebuah organisasi yang dibentuk atas persetujuan seluruh negara di dunia guna memperkuat umat manusia untuk ancaman yang mungkin muncul dari balik dimensi itu.
Tapi sayangnya, manusia sedikit terlambat. Atau lebih tepatnya, ancaman itu datang lebih awal daripada yang mereka prediksi.
Hasilnya?
Eva nampak melepaskan pedangnya dan juga seragamnya. Menunjukkan bagian punggungnya yang telah dipasangi mesin. Seperti kerangka di luar tubuh yang terbuat dari logam khusus.
Di tengah dari semua itu, terlihat sebuah segienam dengan cahaya putih yang cukup terang.
"Flux Augmentation. Dengan memodifikasi tubuh umat manusia dengan ini, mereka akan memperoleh kekuatan yang jauh melampaui batasan normal mereka.
Tentu saja, teknologi ini masih terlalu muda dan masih terus dilakukan riset lebih lanjut. Tapi sebagai permulaan, kau hanya akan hidup sekitar 3 tahun setelah memasang alat ini. Dan sebagai gantinya, kau akan menjadi petarung yang sangat kuat." Jelas Eva cukup panjang lebar.
Setelah menyelesaikan penjelasan itu, Eva kembali mengenakan seragam bagian atasnya.
Pedangnya yang sebelumnya seakan menempel entah kemana, diketahui terikat pada energi Flux di punggungnya layaknya sebuah magnet.
Axel, di sisi lain hanya bisa terdiam.
Ia tak menyangka bahwa ada kenyataan seperti itu dibalik pengetahuan khalayak umum seperti dirinya.
"Jadi bagaimana? Jika kau menerimanya, Liberator akan menjaga keselamatan adikmu untuk selamanya." Tanya Eva sekali lagi.
"Jika tidak?" Tanya Axel dengan tatapan yang tajam.
"Jika tidak, maaf saja. Tapi kalian berdua akan diberikan seragam merah sebagai pasukan relawan untuk melakukan perluasan benteng ini."
'Sreett!!!'
Axel mengepalkan kedua tangannya. Dalam hatinya, Ia sangat ingin meninju wajah wanita yang berdiri di hadapannya itu.
'Menjadikan pasukan relawan untuk perluasan? Jadi itu mereka?! Wanita tua yang sebelumnya ku lihat mati, itu ulah mereka?! Pasukan relawan?! Bukankah itu pasukan bunuh diri?!' Teriak Axel dalam hatinya.
Ia sangat membenci kenyataan bahwa benteng yang aman ini melakukan diskriminasi sebesar ini.
'Apanya yang menolong umat manusia?! Bukankah ini, hanya perbudakan secara paksa?!'
Melihat raut wajah Axel yang mengeras, Eva pun paham atas apa yang ada di dalam pikirannya.
Lagipula, dirinya juga pernah berada di posisi Axel sebelumnya. Jadi Ia dapat memahami segalanya yang sedang dipikirkan oleh pemuda itu.
"Aku paham apa yang kau pikirkan. Tapi perlu kau ketahui, sumberdaya di benteng ini sangat terbatas. Bukan masalah energi, melainkan makanan. Itulah pentingnya pasukan perluasan, untuk memperoleh wilayah baru demi...."
Sebelum Eva sempat menyelesaikan perkataannya, Axel segera menyelanya.
"Aku sudah tahu apa yang ingin kau katakan. Dengan kata lain, aku tak memiliki pilihan bukan?" Tanya Axel.
Eva hanya bisa membelalakkan matanya. Dalam hatinya, tentu saja Eva ingin mengiyakannya. Tapi bukankah itu terlalu kejam?
Untungnya, seseorang telah mewakilkannya.
"Kau benar. Kau sama sekali tak memiliki pilihan jika ingin tinggal di tempat ini. Tapi tenang saja, pengorbanan mu akan sangat berharga bagi mas depan umat manusia." Balas seorang Pria yang nampak masih berada pada usia 20 tahunan itu.
Pria itu bahkan memiliki tubuh yang sedikit lebih pendek daripada Axel. Layaknya seorang bocah yang masih duduk di bangku SMA.
"Baiklah. Kalau begitu, aku akan menerimanya."
"Pilihan yang tepat. Kau tahu? Aku juga bisa memberikan tempat tinggal yang nyaman untuk ibuku di benteng ini selamanya, dan itu sudah lebih dari cukup untukku. Sekalipun aku akan mati sebentar lagi." Balas Pria berambut kecoklatan itu sambil segera menekan beberapa tombol di komputernya.
Setelah beberapa saat, pintu kaca yang tebal pun terbuka.
Eva, di sisi lain, menuntun Axel untuk berjalan menuruni tangga di balik pintu kaca itu.
"Kau yakin? Aku sama sekali tak berniat untuk memaksamu meskipun aku berharap kau bisa bergabung." Ucap Eva sambil berjalan di depan Axel.
"Tak masalah. Hidup 3 tahun jauh lebih baik dibanding dengan hidup sengsara di reruntuhan kota, yang tak tahu kapan aku akan mati." Balas Axel sambil tersenyum, memandangi langit-langit dari bangunan besar ini.
Tepat di tengah lantai terbawah fasilitas militer ini, terdapat sebuah meja operasi yang terbuat dari baja.
Di sampingnya, beberapa peralatan yang begitu rumit serta puluhan kabel nampak tergeletak di lantai.
Dan tentu saja, bahan utama dari hal ini adalah 2 buah tabung besar yang berisi lebih dari 2 kg Flux. Dimana 1 gram saja sudah cukup untuk menyuplai energi sebuah kota.
Dua orang lain nampak berjalan di belakang Axel. Salah satunya adalah seorang wanita dengan wajah yang nampak begitu kelelahan. Sedangkan satu lagi merupakan seorang Pria dengan wajah yang terlihat sedikit malas.
Keduanya merupakan ahli medis yang juga bergabung dalam pasukan Liberator untuk keluarga mereka. Dan tugas mereka saat ini, adalah untuk melakukan modifikasi pada tubuh Axel.
"Wanita itu bernama Leona. Sedangkan Pria itu bernama Frans. Keduanya yang akan merawat mu setelah ini." Jelas Eva kepada Axel.
Tanpa menunggu lebih lama lagi, Leona segera memerintahkan Axel.
"Lepas pakaianmu lalu berbaringlah di sana, dengan wajah menghadap ke bawah." Ucap wanita itu dengan suara yang begitu lemas.
Axel segera menurutinya.
Sementara itu, Pria yang sebelumnya nampak mulai menyeret beberapa peralatan dalam sebuah kereta dorong kecil.
Eva sendiri hanya berdiri di samping ruangan ini. Melihat proses operasi ini berlangsung.
Sementara itu, Leona nampak mengikat kedua lengan dan kaki Axel dengan pengekang besi. Begitu juga dengan leher dan pinggangnya agar Axel sama sekali tak bisa bergerak.
Termasuk meletakkan berbagai kabel di tubuh Axel untuk mengamati seluruh kondisi vitalnya.
"Aku akan menyuntikkanmu obat penenang. Meski begitu, kau tetap akan merasakan rasa sakit yang luarbiasa. Bertahan lah selama itu." Ucap Pria itu sambil menyuntikkan beberapa obat bius di bagian punggung Axel.
Pandangannya mulai kabur. Kesadarannya mulai menghilang. Saat ini, Axel merasakan rasa kantuk yang begitu luarbiasa sampai membuatnya merasa ingin tertidur.
Akan tetapi, semua rasa nyaman sesaat itu segera menghilang. Tepat setelah Leona membedah punggung dan mengutak-atik tulang belakang Axel.
"Kuaagghhhhh!!!"
Axel berteriak dengan sangat keras. Rasa sakit yang dirasakannya begitu luarbiasa hingga obat bius dengan dosis yang sangat ekstrim barusan sama sekali tak berefek.
Tubuhnya meronta-ronta kesakitan. Tapi berkat kekangan besi di seluruh bagian tubuhnya, Axel tak mampu untuk bergerak bebas. Hanya bisa berteriak untuk mengutarakan rasa sakitnya.
"Tenang lah. Kau Pria bukan? Aku dulu juga merasakannya." Ucap Frans sambil kembali menyuntikkan beberapa obat bius.
"Sudah selesai. Giliranmu." Ucap Leona.
"Oke." Balas Frans.
Dengan segera, Frans mulai memasang berbagai logam dengan bahan sintetik yang tercampur Flux itu ke dalam tubuh Axel.
Atau tepatnya, di punggung Axel.
"Kuuuggh!!! Aaarrrghhhh!!!"
Axel sendiri hanya bisa terus menerus berteriak selama proses operasi ini berjalan.
Hingga akhirnya, siksaan terbesar ini terjadi bukan ketika mereka membedah tubuhnya.
Melainkan ketika keseluruhan modifikasi fisik itu selesai, dan saatnya pemberian Flux ke dalam tubuh Axel tiba.
Total sebanyak 4 kg Flux cair dialirkan memasuki tubuh Axel melalui perangkat dengan bentuk segienam di punggungnya itu.
Sedikit demi sedikit....
"Guaaagghhh!!!"
Rasa sakit yang dirasakannya jauh lebih parah daripada yang sebelumnya. Rasa terbakar dan tercabik-cabik terasa di sekujur tubuhnya seiring dengan mengalirnya cairan Flux itu di dalam tubuhnya.
"Kondisi normal. Tingkatkan kecepatan aliran Flux ke dalam tubuhnya." Ucap Leona.
"Dimengerti." Balas Frans sambil menekan berbagai tombol pada komputer di dekat dua tabung besar itu.
Keduanya terus bekerja sambil menghiraukan teriakan rasa sakit dari Axel.
Pada akhirnya....
Semua siksaan itu berakhir setelah proses operasi dan pengaliran cairan Flux di tubuhnya selesai. Tepat setelah 4 jam dan 32 menit.
Apa yang tersisa, hanyalah Axel yang kini tak sadarkan diri karena rasa sakit yang begitu luarbiasa.
Leona dan juga Frans pun mulai memindahkan tubuh Axel ke dalam salah satu tabung berisi cairan dengan warna kehijauan.
Membiarkannya beristirahat di dalamnya selama lebih dari 2 Minggu untuk memulihkan tubuhnya yang masih beradaptasi ketika memperoleh kontak dengan energi Flux yang sangat berlebihan itu.
Tapi di balik semua itu....
Seluruh pasukan khusus Liberator, yang berjumlah 14 orang itu, baru saja melihat sesuatu yang luarbiasa.
"S Rank.... Sama sepertimu, Oracle." Ucap Leona sambil memperhatikan seluruh parameter di komputer utama yang menunjukkan prediksi kemampuan dari Axel.
Di sampingnya, terlihat seorang wanita dengan rambut hitam panjang dengan seragam yang sama seperti yang lainnya. Kecuali sebuah huruf S kecil dengan warna emas di bagian dada kirinya.
"Bagus. Dengan begini pekerjaanku sedikit berkurang bukan?" Balas seorang wanita yang dijuluki Oracle itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
John Singgih
umur berkurang tapi adiknya dirawat, pertanyaannya nyaman tidak adiknya jika mengetahui hal sebenarnya tentang kakaknya ?
2022-12-15
0
Z3R0 :)
beh bagus sih pembuatan alurnya pas dan seru gak bikin bosan + kek kita ngerasain sendiri, ini nih harus di contoh
2022-09-09
1
Z3R0 :)
cih lebih baik sss+ beh badas
2022-09-09
1