'Klaaangg! Ttraangg!'
Pertarungan antara Eva dan juga Dread Rider itu masih terus berlangsung. Kini, dengan Eva yang berada dalam posisi bertahan.
Secara perlahan, efek dari Flux Booster miliknya mulai menurun. Diiringi dengan penurunan kemampuan fisiknya secara drastis.
Tak hanya itu, pertarungan jangka panjang selama ini membuat Eva kehabisan nafasnya. Dirinya yang masih bisa terus mengayunkan pedang besarnya saat ini adalah sebuah keajaiban.
'Klaaaangg!!! Srrruuggg!!'
Sebuah tebasan vertikal dari Ksatria berzirah itu hampir saja membelah tubuh Eva menjadi dua. Untungnya, Eva berhasil menahannya dengan menggunakan pedang besarnya sebagai perisai.
Akan tetapi....
'Krettaakk!'
Pedang besarnya mulai retak. Tak mampu untuk menahan pedang hitam milik Dread Rider itu.
"Sialan...." Keluh Eva dengan lirih.
Pada saat itu, Ia tahu. Bahwa nyawanya mungkin akan berakhir saat ini juga.
'Ttraaakk!'
Semakin lama Eva menahannya, retakan pada pedangnya makin melebar. Hingga akhirnya, pedang besar itu pun patah sepenuhnya.
'Kreetaaaakkk!!!'
Ksatria hitam itu mengangkat kembali pedangnya ke atas. Bersiap untuk mengayunkannya sekali lagi ke arah Eva.
'Aaah.... Berakhir sudah. Tapi setidaknya.... Axel.... Bawa dan selamatkan para pengungsi itu.'
Kalimat itu terlintas dalam kepala Eva. Pada saat ini, seluruh dunia seakan berjalan dengan begitu lambat.
Kilas balik atas semua kehidupannya mulai terlihat dalam pandangannya.
Termasuk berbagai hal yang tak ingin diingatnya.
'Maaf....'
Dengan kata terakhir di pikirannya itu, Eva memejamkan kedua matanya. Berniat untuk menerima kematiannya.
Akan tetapi....
...'BLAAARRRRRR!!!'...
Sesuatu nampak melemparkan Dread Rider itu jauh ke samping. Seiringan dengan hal itu, kilatan cahaya biru nampak menyambar di hadapannya.
Pada saat itu lah, Eva melihatnya.
Sosok seorang Pria yang baru saja ditemuinya beberapa waktu lalu. Tapi kini, bukan dengan wajah yang penuh keraguan. Melainkan dengan wajah yang penuh atas tekad kuat.
Tatapannya begitu tajam ke arah Dread Rider itu, dengan tangan kanan yang baru saja mengayunkan pedang satu tangannya.
Semua hal itu dilihat oleh Eva dalam dunia yang melambat itu.
'Axel?' Tanya Eva dalam hatinya kebingungan. Selama ini, Eva berpikir bahwa Axel akan kabur bersama dengan para pengungsi mengingat bagaimana Ia membenci pekerjaan ini.
Sebuah pekerjaan yang dipaksakan padanya, hanya karena Ia memiliki kekuatan yang sedikit di atas yang lainnya. Melalui sebuah tipu muslihat, atau lebih tepatnya sebuah jebakan.
Tapi kini? Axel kembali dan bertarung bersamanya? Eva sama sekali tak bisa mempercayai semua ini.
Dan dalam sekejap....
Dunia itu menghilang.
Kini, apa yang ada di hadapannya, tak lagi bisa dilihat dengan mata biasa.
Rentetan kilat dan petir menyambar kesana kemari dengan begitu cepatnya. Melemparkan Dread Rider itu dari satu tempat ke tempat yang lain hanya dalam satu kedipan mata.
'Blaaarrr! Duaaarr! Braaakkk!!'
Tak sampai satu detik, Axel berhasil menebas Dread Rider itu sebanyak 5 kali sambil melemparkannya ke berbagai tempat yang berbeda sebelum akhirnya melemparkannya ke udara.
'Swuuusshhh!!!'
Sosok Dread Rider itu terlihat melayang-layang di udara, tanpa sedikit pun kemampuan untuk terbang semenjak hilangnya Wyvern nya.
Pada saat itu, kilatan cahaya itu kembali ke samping Eva. Memperlihatkan sosok Axel yang diselimuti cahaya kebiruan dan juga rentetan petir di sekujur tubuhnya.
Di tangan kanannya, Axel membawa sebuah pedang satu tangan yang kini telah remuk sepenuhnya. Menyisakan hanya pegangannya saja dan bilah yang hanya sepanjang setengah jari.
"Eva, aku akan meminjam pedangmu." Ucap Axel singkat sambil melempar pedangnya yang telah hancur itu.
Ia kemudian mengangkat pedang Eva yang telah patah setengahnya itu dengan kedua tangannya. Sekalipun dalam kondisi itu, pedang Eva masih lebih layak digunakan daripada pedangnya.
Sebelum sempat membalas perkataannya itu, Axel telah kembali mempersiapkan kuda-kudanya untuk melompat ke udara.
Tepat ke arah dimana Dread Rider itu masih terjatuh.
'Blaaaarrrr!!!'
Hentakan dari kaki Axel membuat retakan yang besar dalam jalanan beton ini. Termasuk meninggalkan sambaran listrik ke berbagai arah.
Dan dalam sekejap, Axel telah mengayunkan pedang besar Eva tepat ke arah tubuh Dread Rider itu.
Tak hanya satu kali.
Axel menebaskan pedang besar yang telah patah itu sebanyak 7 kali dengan melompat antar bangunan pada setiap tebasan nya.
'Zraasshh! Zraassh! Zraaassshhh! Zraaassshh!! Zraaassshh!! Zraaassshhh!!'
Sebanyak 6 tebasan diarahkan secara horizontal dengan tujuan untuk menghancurkan zirah tebal yang dikenakan Dread Rider itu.
Sedangkan tebasan terakhir dilakukan secara vertikal, dengan tujuan untuk menghantamkan Dread Rider itu kembali ke tanah.
'Zraaaaaassshhh!!! Blaaaaaaarrrr!!!'
Axel kemudian memberikan serangan penghabisan dengan terjun secara vertikal mengarah tepat pada tubuh Dread Rider yang tergeletak di tanah itu.
Kedua tangannya memegang pedang besar milik Eva yang saat ini telah remuk dan hanya tersisa bilah yang sepanjang satu genggaman tangan saja.
Axel mengarahkan ujung dari pedang itu tepat ke bawah. Hingga akhirnya....
'Jleeebbbb!'
Sebuah tusukan secara vertikal dengan kecepatan yang sangat tinggi itu berhasil menembus zirah Dread Rider yang telah remuk itu. Tepat di dadanya.
"Kuuuaaagghhh!!!" Teriak Dread Rider itu sambil memuntahkan banyak darah dari balik helm bajanya.
Melihat bahkan setelah semua serangan itu Ia belum mati, Axel mengambil beberapa pisau lempar dari pinggangnya. Menusukkannya berkali-kali di beberapa tempat dimana zirahnya telah rusak.
'Jleebb! Jleebbb! Jleeebbb!!'
Ia terus melakukannya hingga Dread Rider itu tak lagi bereaksi.
Dan segera setelah itu, Axel pun berdiri. Berjalan menjauhi jasad dari monster paling mengerikan yang pernah dihadapinya.
Seluruh tubuhnya nampak begitu lemas. Langkah kakinya pun terpatah-patah seakan tak lagi memiliki tenaga.
Eva yang melihat Axel berhasil mengalahkan Dread Rider itu nampak tersenyum lebar. Bahagia atas pencapaian yang sangat luarbiasa ini.
"Axel! Kau benar-benar luarbiasa! Lihat, kau bisa melakukannya jika kau memang mau bukan?!" Teriak Eva sambil berlari ringan ke arah Axel.
Tapi Eva sama sekali tak memperoleh jawaban dari Axel.
Pria itu hanya berjalan dalam diam, tanpa sepatah kata pun yang keluar dari mulutnya. Bahkan, tatapannya sama sekali tak mengarah pada Eva.
Secara perlahan, aliran listrik yang berada di sekujur tubuh Axel mulai memudar dan menghilang.
Dan setelah semuanya hilang sepenuhnya....
'Brrukkk!!!'
Axel terjatuh ke tanah. Tak berdaya sama sekali untuk kembali berdiri. Bahkan, tak memiliki sedikit pun sisa kekuatan untuk mempertahankan kesadarannya.
Eva yang melihat hal itu segera mempercepat langkah kakinya.
"Axel?! Apa yang terjadi?! Katakan sesuatu!" Teriak Eva.
Tak ada respon dari Axel. Bahkan, denyut nadinya benar-benar begitu lemah. Saat Eva berusaha untuk mencari Flux Booster milik Axel di pinggangnya untuk menyembuhkan luka Axel....
"Tak ada?"
Eva baru saja menyadarinya.
Bahwa kekuatan mengerikan Axel sebelumnya, ditimbulkan dari penggunaan Flux Booster. Dan alasan kenapa Axel berlari ke tempat persembunyian para pengungsi sebelumnya....
Adalah untuk meminta mereka menyuntikkan cairan Flux itu padanya.
"Bertahan lah! Axel! Bertahan lah! Benteng telah dekat, setibanya di sana...."
Axel tak lagi mampu untuk mendengar apa yang dikatakan oleh Eva saat ini. Dan kesadarannya, telah sepenuhnya menghilang.
Menyisakan hanya kegelapan di segala arah Ia memandang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
John Singgih
duh semoga Axel baik-baik saja
2022-12-16
0
Adryan Eko
naisss naisss naissss.. good fight scene
2022-07-28
1
Abed Nugi
i am just speechless, what a fantastic fighting chapter. Jujur agak suka reaksi Eva kepada Axel, gua suka hubungan mereka jujur aja
2022-07-17
1