'Srrugg! Srruugg!'
'Tik!'
Suara tetesan air menggema di segala penjuru saluran air bawah tanah ini. Semenjak runtuhnya umat manusia, saluran pembuangan air bawah tanah ini telah ditinggalkan tak terawat sama sekali.
Tentu saja, siapa yang akan merawat tempat yang peluang besarnya akan menjadi markas dari para Goblin ini?
Akan tetapi....
"Aku dengar misi kita adalah membersihkan monster di sekitar benteng tapi.... Kenapa di saluran pembuangan air?" Tanya Axel dengan wajah yang sedikit keheranan.
"Jangan mengeluh. Ini sudah menjadi tugas kita untuk mengamankan wilayah ini." Balas Eva dengan suara yang sedikit aneh.
Saat Axel menoleh, Ia melihat Eva yang telah menggunakan masker untuk menutupi mulut dan hidungnya sehingga sedikit mengurangi bau busuk di tempat ini.
"Hah?! Sialan! Kenapa kau menggunakan masker seperti itu? Mana milikku?!" Teriak Axel kesal.
Sekalipun Axel tak dapat melihat ekspresi wajah dari Eva sepenuhnya, Ia tahu dengan baik. Bahwa saat ini, Eva sedang tersenyum seakan mengejek dirinya.
"Kau sudah dengar lokasi misi kita sebelum berangkat. Kesalahanmu sendiri karena tak mempersiapkannya." Balas Eva sambil sedikit mendongakkan kepalanya ke atas.
Seakan-akan dirinya telah memenangkan suatu pertandingn dengan Axel itu sendiri.
"Hah.... Tapi, senjata baru mu itu terlihat sangat kuat." Balas Axel memperhatikan pedang besar baru di punggung Eva.
Pedang itu sedikit lebih tebal dan lebih berat daripada pedangnya yang sebelumnya. Termasuk juga dengan alur warna biru yang berbeda.
"Menurut mu juga demikian?! Aku tahu! Dalam dunia seperti ini, pedang terlihat jauh lebih keren! Setidaknya lebih bagus daripada busur milikmu itu." Balas Eva sambil tertawa ringan.
"Tolong jangan ingatkan lagi."
Axel masih sedikit menyesal karena tak lagi dapat menggunakan pedang. Tapi setelah melatihnya beberapa kali, busur panah yang juga bisa digunakan sebagai tombak ini cukup nyaman digunakan.
Terlebih lagi memiliki jarak jauh yang berarti dapat mendukung Eva dari belakang.
Saat keduanya masih sibuk berbicara, terdengar suara cipratan air yang cukup keras. Menggema di seluruh lorong saluran pembuangan air ini.
'Cpyaaakk! Cpyaakk!'
Dengan cepat, Axel dan juga Eva segera menarik senjata mereka. Dimana Eva berdiri di bagian depan dengan Axel di bagian belakang.
Tombak baja milik Axel itu segera berubah menjadi busur setelah Ia membuka penguncinya. Ia nampak menarik sebuah anak panah dari tas di punggungnya dan bersiap untuk menembak.
Akan tetapi....
Segera setelah suara cipratan air itu terdengar, tak ada lagi suara dalam lorong saluran pembuangan air ini.
Sekalipun keduanya terdiam tanpa membuat suara sedikit pun, mereka tak mampu mendengar apapun.
Hingga akhirnya....
Axel menyadarinya.
Ia segera membalikkan badannya dan melepaskan anak panah dari busurnya itu.
'Swuuusshhh!!!'
Kilatan petir biru itu menerangi seluruh lorong ini. Tapi tepat di hadapan Axel, adalah sosok monster dengan wujud kadal besar yang sedikit lebih tinggi dari manusia.
Anak panahnya menembus tepat di dada monster itu. Memperlihatkan ratusan monster serupa lainnya di kejauhan dalam lorong pembuangan air ini.
"Kraaakk!" Teriak monster kadal itu kesakitan sebelum akhirnya terjatuh ke tanah.
'Klaaangg! Ttraang!'
Suara pedang dan perisai besi monster kadal yang terjatuh itu menjadi sebuah sinyal yang sangat jelas. Tak hanya bagi para monster kadal lainnya, tapi juga bagi Axel dan juga Eva.
"Ku serahkan punggungku padamu!" Teriak Eva sambil berlari ke depan. Eva nampak melemparkan sebuah flash grenade yang menerangi sesaat lorong di hadapan Eva.
Sama seperti keadaan di sisi Axel, lorong di depan Eva juga dipenuhi dengan prajurit manusia kadal yang sama.
Mendengar perkataan dari Eva, Axel segera paham apa yang harus dilakukannya. Ia memasang kembali kunci pada busurnya, mengembalikannya pada wujud tombaknya.
"Lizardmen ya? Aku telah sedikit mempelajari mengenai kalian." Ucap Axel singkat sebelum menerjang ratusan Lizardmen itu sendirian pada arah yang berlawanan dengan Eva.
Axel menyelimuti tombaknya dengan sihir petir. Setiap tebasan dan tusukan dari tombaknya menyambarkan listrik ke berbagai arah yang menerangi lorong yang gelap ini.
'Zraashh! Srraashh! Staabb!!'
Kecepatan dari gerakan Axel jauh melampaui kemampuan para Lizardmen itu untuk mengikutinya.
Menjadikan mereka hanya sebagai samsak bagi Axel untuk berlatih.
"Rasakan ini." Ucap Axel singkat sebelum menghentikan serangannya. Ia memegang tombak panjang itu dengan tangan kanannya.
Dengan cepat, Axel menusukkan tombaknya ke depan sebanyak 4 kali hanya dalam satu detik. Membunuh setidaknya 2 ekor Lizardmen dalam serangan itu.
"Guaarrgghh!!!" Teriak para Lizardmen yang menerima serangan dari Axel itu.
Di kejauhan, cahaya dari flash grenade milik Eva yang begitu menyilaukan itu mulai memudar.
"Axel! Cahaya!" Teriak Eva dengan keras.
Memahami permintaan itu, Axel menembakkan sebuah kilatan petir dari tangan kirinya. Kilatan petir itu menerangi seluruh lorong di arah lintasannya sesaat.
Tapi itu sudah cukup bagi Eva untuk mengetahui seluruh lokasi mereka dari pencahayaan yang singkat itu.
Dengan cepat, Eva menggenggam erat pedang besarnya dengan kedua tangannya. Memasang kuda-kuda untuk bersiap melesat ke depan.
'Zraaaassshhh!!!'
Sesaat setelah Eva melompat ke depan, Ia menebaskan pedang besarnya. Membelah tubuh para Lizardmen itu dengan mudahnya.
Kali ini, sebelum Eva kembali memintanya, Axel telah menembakkan kilatan petir yang lain. Menerangi lorong di sekitar tempat Eva berada.
Senyuman tipis terlihat dengan jelas di wajah wanita berambut perak itu.
"Terimakasih, Axel." Ucap Eva singkat sebelum kembali mengayunkan pedang besarnya.
Di sisi lain, setiap tebasan dan tusukan dari tombak Axel menimbulkan kilatan petir yang menerangi tempat bertarungnya. Cukup untuk memberikannya penglihatan mengenai dimana lokasi musuhnya berada.
Menit demi menit berlalu....
Axel dan Eva masih terus bertarung dengan formasi dan kerjasama yang serupa.
Akan tetapi, ada satu masalah.
"Cih, tak ada habisnya." Keluh Axel yang melangkah mundur secara perlahan.
Langkah demi langkah, Eva juga secara perlahan mundur karena tak lagi mampu untuk menahan berapa banyaknya Lizardmen yang ada dalam saluran pembuangan air bawah tanah ini.
Hingga akhirnya, keduanya saling menubrukkan punggung mereka satu sama lain.
'Bruukk!'
"Eva, kau masih kuat?" Tanya Axel singkat.
"Jujur saja, aku mulai lelah. Bagaimana denganmu?" Balas Eva yang masih terus menangkis beberapa tebasan pedang dari para Lizardmen itu dan membalas serangan mereka.
"Sama. Ingin keluar?" Tanya Axel singkat.
"Hah? Bagaimana caranya?" Balas Eva kebingungan.
Sebelum membalas pertanyaan itu, keduanya bertukar posisi untuk memberikan kejutan bagi lawan mereka yang telah mulai terbiasa dengan pola pertarungannya.
'Zraassh! Zraasshh! Zraasshh!!'
Axel mengayunkan dan menusukkan tombaknya dengan cepat ke arah lawannya. Membunuh beberapa Lizardmen dengan cepat.
Di baliknya, ayunan pedang Eva yang secara horizontal itu membelah tubuh para Lizardmen di dekatnya dengan mudahnya.
"Tahan mereka sama 5 detik." Balas Axel.
Tanpa menjawab, Eva segera mengambil alih kedua sisi untuk dirinya sendiri. Menjaga Axel yang kini mulai berlutut di tanah.
Dengan cepat, Axel membuka kembali kunci pada tombaknya. Merubah senjatanya itu menjadi busur sekali lagi.
Ia menarik anak panahnya, memberikannya cukup banyak energi Flux untuk membuat serangan yang kuat. Mengarahkan busur itu tepat di sampingnya.
"Bersiaplah!" Teriak Axel sesaat sebelum melepaskan anak panahnya.
Petir yang kuat terus menerus menyambar kesana kemari dari tubuh dan anak panah Axel. Bahkan sebelum Ia melepaskannya.
Mendengar teriakan dari Axel, Eva segera mempersiapkan dirinya dengan berlindung di balik perisainya.
Tanpa menunggu lebih lama lagi, Axel segera melepaskan anak panah itu.
...'ZRAAAAASSSSHHHH!!! JDAARRRR!!' ...
Tembakan anak panah Axel menimbulkan rentetan petir di hadapannya. Apapun yang berada dalam lintasan tembakan anak panahnya itu segera tersambar petir.
Hanya ada dua hasil dalam tembakan anak panah itu, yaitu antara mereka tertembus oleh panah itu dengan lubang besar di tubuh mereka, atau terbakar hingga hangus karena sambaran petir itu.
'Tap!'
Axel segera mengunci kembali panahnya dan meletakkannya di punggungnya.
Tanpa ragu, Axel segera mengangkat tubuh Eva dan membawanya berlari secepat mungkin pada satu arah itu.
Meninggalkan sisa Lizardmen di belakangnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
John Singgih
wooow tangkas dan hebat sekali nich axel
2022-12-16
0
Adryan Eko
wihhh.. mantappp.. kolaborasi nya kerenn
2022-08-01
2
zuyoka
ada kemungkinan nanti disuruh balik lagi, tambah pasukan..., atau gk 😅😂
2022-07-18
5