Bab 3 - Kesalahan

'Krettakk!'

Api unggun kecil, yang dibuat dari berbagai kertas, ranting dan potongan kayu dari lingkungan sekitar itu menerangi kediaman kakak beradik ini.

Keduanya nampak duduk bersebelahan dengan satu selimut yang sama.

'Trakk!'

Suara percikan kayu serta patahnya ranting ketika terbakar itu membuat keduanya nyaman. Setidaknya, merasa aman untuk tinggal di tempat ini.

Di samping mereka, sebuah teko nampak masih mengeluarkan uap panas dari mulutnya.

"Hari ini kau mau makan apa?" Tanya Axel kepada adiknya.

"Hmm.... Mungkin aku akan mencoba daging bumbu rendang ini." Balas Chloe sambil mengangkat sebuah kaleng dengan gambar daging kecoklatan itu.

"Baiklah. Kalau begitu kita akan memakan ini hari ini."

Axel segera membuka kaleng itu dan meletakkannya tepat di atas api unggun tersebut untuk memanaskannya.

Berkat kemampuannya, Axel memiliki sedikit ketahanan terhadap api. Sehingga menyentuh bara api yang panas untuk beberapa detik bukanlah masalah baginya.

Tapi tetap saja, untuk waktu yang lebih lama atau api yang lebih panas, Axel masih bisa mendapatkan luka yang serius.

Sembari menunggu....

Keduanya menghangatkan badan mereka di hadapan api unggun tersebut sambil mengenang masa indah mereka sebelum dunia hancur seperti ini.

"Kak Axel, apakah kau pikir.... Ayah dan Ibu tenang di atas sana? Melihat kita hidup di dunia yang seperti ini?" Tanya Chloe.

"Entah lah. Aku sama sekali tak tahu. Tapi setidaknya, aku merasa Ayah sedikit tenang karena aku cukup beruntung untuk memperoleh kekuatan ini. Kekuatan untuk menjaga dan melindungi mu." Balas Axel dengan senyuman yang tipis.

"Bagaimana dengan Ibu?" Tanya Chloe kembali. Kini, sambil menatap ke wajah kakaknya yang cukup rupawan itu.

"Hahaha.... Aku bisa membayangkan ibu berteriak agar kita menjauhi bahaya."

"Kau benar. Itu benar-benar seperti apa yang akan Ibu lakukan." Balas Chloe dengan tawa ringan.

Setelah beberapa saat, daging bumbu rendang itu telah cukup panas.

Axel mengangkat kaleng itu dari api unggun dan meletakkannya di tanah, tepat di hadapan mereka berdua.

Sementara itu, Chloe nampak mengambil dua buah sendok besi dan memberikan salah satunya kepada kakaknya.

"Selamat makan. Hati-hati, masih panas." Ucap Axel.

Axel dan juga Chloe akhirnya menikmati daging kalengan itu bersama. Cukup untuk membuat mereka kenyang hingga esok hari.

Dan setelah menyelesaikan makan malamnya, mereka berdua tidur bersama di bawah tenda kain yang kecil itu.

......***......

Pagi harinya....

"Eh? Kakak mau kemana?" Tanya Chloe yang sedang membersihkan sisa api unggun itu. Ia terkejut ketika melihat Axel mulai mengenakan perlengkapan untuk berpergian nya.

"Jalan-jalan sedikit sambil memetakan pergerakan dari para monster itu. Kau mau ikut?" Tanya Axel sambil menyarungkan pisau yang cukup besar itu di pinggangnya.

Chloe memikirkan tawaran itu sejenak.

Memang benar, dirinya takut untuk berkeliaran di dunia luar yang berbahaya itu.

Tapi terpisah dari kakaknya juga berarti dirinya tak memiliki perlindungan apapun. Sekalipun bersembunyi di tempat ini.

Dengan pemikiran itu....

"Hah.... Aku juga tak memiliki pilihan lain selain ikut denganmu kan?" Balas Chloe sambil menghela nafasnya.

Axel nampak tersenyum tipis sebelum membalas perkataan adiknya.

"Hahaha, kau paham?"

Keduanya mulai mengenakan perlengkapan mereka. Termasuk masker dan jaket yang tebal.

Berbeda dengan sebelumnya, kali ini Axel bertujuan untuk berkeliling dan memetakan lokasi mereka berada. Seperti dimana letak minimarket untuk mencari makanan, toko persenjataan, dan lain sebagainya.

Termasuk arah patroli para pasukan monster itu.

Setelah semuanya siap, keduanya merangkak keluar dari tempat persembunyian dan mulai berjalan di balik reruntuhan bangunan kota yang dulunya begitu megah ini.

Satu demi satu. Axel memetakan lokasi mereka dengan selembar kertas sederhana dan tiga buah pena dengan warna yang berbeda.

Sesekali, mereka menjumpai kawanan patroli para monster itu dan dapat dengan mudah menghindarinya.

Di lain kesempatan, Axel dan juga adiknya memperoleh peluang untuk membunuh monster yang berpatroli sendirian.

"Kak, kenapa kita memburunya?" Tanya Chloe.

Dengan wajah yang kebingungan, Axel pun membalas.

"Kau serius menanyakan hal itu, Chloe? Hah.... Tentu saja, mungkin tak berpengaruh banyak. Tapi aku sedikit berharap agar jumlah mereka menurun dan kita bisa bergerak tanpa harus bersembunyi lagi di masa depan." Balas Axel.

Chloe yang mendengarkannya nampak menganggukkan kepalanya seakan memahami apa yang dimaksudkan oleh Axel.

Pernyataan dari Axel itu sama sekali tak salah. Tapi juga ada sesuatu yang terlupakan dari pernyataan itu.

Yaitu sebuah kenyataan, bahwa pasukan monster yang dihadapi oleh umat manusia, bukanlah monster bodoh yang tak berakal.

Setiap kematian dari pasukan patroli mereka, ditandai dengan baik. Termasuk pola dari kematiannya.

Oleh karena itu....

'Braaaaakkk!!!'

Sebuah hentakan kaki yang sangat kuat membuat tanah bergetar. Mengejutkan Axel dan juga Chloe.

"Eh? Ada apa ini?" Tanya Axel kebingungan.

Sesaat sebelum Axel bisa memahaminya, puluhan prajurit monster berkulit hijau itu telah mengelilinginya secara tiba-tiba.

Mereka semua turun dari atap bangunan di sekitarnya. Seakan memang telah menunggu Axel membunuh umpan seekor monster yang berpatroli sendirian itu.

'Bruukk! Bruukk!'

Di balik semuanya, seekor monster dengan zirah besi hitam yang tebal berjalan sambil menyeret pedang besarnya.

"Manusia.... Bunuh...." Ucap monster setinggi 3 meter lebih itu.

'Sialan! Yang benar saja?!' Teriak Axel dalam hatinya. Ia tak percaya bahwa dirinya baru saja terkena perangkap dari para monster rendahan ini.

Lebih buruk lagi....

Saat ini, Chloe sedang bersamanya.

'Sialan! Sialan! Sialan! Apa yang harus ku....'

Sebelum Axel sempat menyelesaikan pemikirannya sendiri, beberapa ekor monster berkulit hijau itu segera berlari. Menerjang ke arahnya dengan cepat.

Senjata mereka sederhana, hanyalah sebuah pisau karatan dan perisai kecil.

Tapi permasalahannya, jumlah mereka lebih dari 20 ekor. Dan Axel harus bertarung sambil melindungi adiknya?

"Kakak?!" Teriak Chloe panik.

Wajahnya dengan jelas menunjukkan ekspresi ketakutan.

Dengan cepat, Axel mengeluarkan kekuatannya. Aliran listrik berwarna biru mulai menyelimuti kedua kaki dan tangan kanannya.

'Sreeettt!!!'

Ia berlari secepat mungkin, meraih Chloe dan berusaha kabur dari tempat ini.

'Masih bisa. Aku masih bisa kabur dari sini. Jadi....'

'Swuuushhh!'

'Braaakkkk!!!'

Tanpa di sangka oleh Axel sedikitpun, sebuah pukulan mengarah tepat ke tubuhnya. Axel pun terlempar sejauh puluhan meter akibat pukulan itu.

"Sialan.... Yang benar saja?!"

Pukulan itu berasal dari monster berzirah besi hitam itu. Ia berdiri dengan tenang seakan kemenangan telah berada di pihaknya.

Hanya dari pukulan itu....

Seluruh tubuh Axel mulai mati rasa. Ia bukanlah seorang petarung dengan tipe fisik, melainkan tipe sihir. Dengan kata lain, kemampuan fisiknya tak begitu tinggi.

Darah mulai mengalir melalui hidung dan mulutnya. Kesadarannya pun mulai menghilang.

Apa yang dilihatnya terakhir kali, adalah kerumunan para monster berkulit hijau itu yang seakan membicarakan sesuatu dengan monster berzirah hitam itu.

Setelah itu....

Semua monster berkulit hijau itu nampak begitu bahagia. Bersorak atas sesuatu yang baru saja disetujui oleh monster besar itu.

Dan dengan cepat, semuanya berlari ke arah Chloe. Bersiap untuk memangsanya.

"Chloe! Bangun! Bangun dan lari! Apa yang kau lakukan?! Lari!!!"

Axel berteriak sekuat tenaga, dengan apa yang tersisa di dalam tubuhnya.

Tapi sekuat apapun dirinya berteriak, Chloe nampak telah kehilangan kesadarannya. Bahkan ketika para monster itu mulai merobek seluruh pakaiannya.

"Chloe!!! Lariiiiii!!!" Teriak Axel sekali lagi.

Air mata mulai mengalir di wajahnya. Axel berusaha sekuat tenaga untuk bangkit.

Sedikit demi sedikit, Axel mulai berdiri.

Tapi setiap kali kakinya bangkit, beberapa monster berkulit hijau itu menusuknya dengan pisau. Meski begitu, Axel tak memperdulikannya.

Ia tetap terus berusaha berdiri. Tatapannya terpaku ke arah para monster yang berusaha menodai adiknya. Dan dengan amarah yang memuncak, Axel tak lagi memperdulikan batasannya.

Axel membakar seluruh energi Flux yang tersisa di tubuhnya. Menjadikannya kekuatan sihir berelen petir.

...'JDAAAAAAARRRR!!!'...

Sambaran petir yang cukup besar nampak mengenai tubuh Axel dari langit. Bahkan cukup besar untuk terlihat dan terdengar hingga puluhan kilometer dari tempatnya berdiri.

Dan kini, tak hanya kedua kaki dan tangan kanannya. Melainkan seluruh tubuhnya terbalut banyak kilatan petir berwarna biru.

Dengan kesadaran yang hampir menghilang, Axel berlari ke arah kerumunan monster berkulit hijau itu dengan pisau besarnya.

'Zraassh! Zraasshh! Zraasshh!!!'

Gerakannya tak lagi mampu diikuti oleh mata karena terlalu cepat.

Hanya dalam satu kedipan mata, seluruh kepala monster berkulit hijau itu telah terpotong dan jatuh ke tanah.

Menyisakan hanya monster berzirah hitam tebal itu.

Axel dengan cepat melesat ke arah monster itu. Bermaksud untuk menusukkan pisaunya tepat di kepalanya.

Hanya saja....

'Sreett! Braaakkk!!'

Monster itu memukul Axel seperti seekor nyamuk yang melesat ke arahnya. Membanting tubuh Axel ke jalanan beton ini hingga remuk.

"Kuuugghhh!!!"

Axel memuntahkan darah, bersamaan dengan seluruh tulangnya yang remuk karena hantaman kuat itu.

'Sialan! Sialan! Apakah ini akhirnya?!'

Kesadarannya kini hampir menghilang sepenuhnya. Efek samping dari penggunaan kekuatannya yang berlebihan juga mulai terasa. Dengan kulit yang terasa seperti terbakar.

'Brak! Brak!'

Di sisi lain, monster itu berjalan secara perlahan. Mendekati Axel yang telah tergeletak tak berdaya di tanah.

Ia mengangkat pedang besarnya dengan maksud untuk menebas tubuh Axel.

Dengan pandangan terakhir itu, Axel memutuskan untuk menutup matanya. Axel sadar bahwa dirinya akan segera mati. Begitu pula dengan adiknya.

Dalam hatinya, hanya ada satu penyesalan.

'Ayah, Ibu, maafkan aku. Aku tak bisa menjaga Chloe.'

Tapi sesaat sebelum Axel menutup mata sepenuhnya, Ia melihat sesuatu terjadi. Tubuh monster berzirah hitam itu seakan-akan terbelah menjadi dua dengan mudahnya.

Lautan darah pun mengalir dari tubuhnya yang telah terbelah.

Hanya saja, Axel tahu. Bahwa semua ini, hanyalah mimpi setelah dirinya terbunuh. Dan dengan itu, Axel memejamkan kedua matanya. Listrik yang menyelimuti tubuhnya pun menghilang seiring dengan hilangnya kesadarannya.

......***......

Di tempat yang sama....

Seorang wanita dengan seragam militer berwarna abu-abu itu berdiri tepat di hadapan tubuh Axel.

Rambut peraknya yang diikat bergerak kesana kemari seiring dengan arah angin.

Pada tangan kanannya, sebuah pedang besar dengan cahaya biru yang mengalir di sisi atas pedang itu nampak digenggamnya dengan erat.

"Cih, apakah aku terlambat?" Ucap wanita itu setelah melihat sosok Axel yang tak sadarkan diri.

Ia mendekatkan wajahnya untuk mendengar nafas dari Axel dan juga meletakkan dua jarinya di leher Axel.

"Aaah, masih hidup. Syukurlah. Bagaimana dengan gadis itu?" Tanya wanita itu.

Ia berjalan perlahan untuk memastikan bahwa Chloe juga masih hidup. Hanya tak sadarkan diri saja.

Setelah memastikan keduanya masih hidup, wanita itu meletakkan pedang besarnya di punggungnya. Mengikatnya dengan logam yang nampak seperti pengunci itu.

Wanita itu kemudian mengangkat tubuh Axel dan juga Chloe bersamaan dengan kedua tangannya. Menyandarkan keduanya di pundaknya dengan mudahnya.

"Petir barusan.... Jangan katakan disebabkan oleh bocah ini? Hahaha.... Memang benar, kau selalu bisa menemukan berlian di tempat kumuh seperti ini." Ucap Wanita itu sambil melihat ke arah Axel.

Setelah itu, Ia melompat cukup tinggi hingga mencapai reruntuhan bangunan di atas dan mulai berlari.

Menuju ke salah satu markas rahasia organisasi Liberator di kota sebelah.

Sebuah organisasi, yang menjadi benteng sekaligus harapan terakhir bagi umat manusia.

Terpopuler

Comments

John Singgih

John Singgih

tragedi nampaknya tapi MC kita bakal tangguh setelah bergabung dengan liberator

2022-12-15

0

Adryan Eko

Adryan Eko

wohooo.. masih di awal aja gak ragu menyuguhkan epic battle dengan luapan emosi yg terasa.. mantap brader

2022-07-27

3

Memet Al-Khadri

Memet Al-Khadri

anjay ada rendang

2022-07-24

3

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Awal dari sebuah Akhir
2 Bab 2 - Kehidupan di dunia yang telah mati
3 Bab 3 - Kesalahan
4 Bab 4 - Liberator, Bagian Atas
5 Bab 5 - Liberator, Bagian Bawah
6 Bab 6 - Divisi Khusus
7 Bab 7 - Misi Pertama
8 Bab 8 - Penyelamatan Warga Sipil
9 Bab 9 - Perjalanan Kembali
10 Bab 10 - Keadaan Kritis
11 Bab 11 - Hidup dan Mati
12 Bab 12 - Pilihan
13 Bab 13 - Pertarungan Penentu
14 Bab 14 - Terbangun
15 Bab 15 - Tanda Tanya
16 Bab 16 - Istirahat
17 Bab 17 - Akhir dari Liburan
18 Bab 18 - Pembersihan
19 Bab 19 - Penemuan
20 Bab 20 - Kembali ke Benteng
21 Bab 21 - Bantuan Tambahan
22 Bab 22 - Lizardmen
23 Bab 23 - Akhir dari Pemburuan?
24 Bab 24 - Musuh Abnormal
25 Bab 25 - Tombak dan Perisai
26 Bab 26 - Pertaruhan
27 Bab 27 - Hukuman
28 Bab 28 - Efek Samping
29 Bab 29 - Misi
30 Bab 30 - Hari H
31 Bab 31 - Escort 1
32 Bab 32 - Escort 2
33 Bab 33 - Pesan Misterius
34 Bab 34 - Pihak Ke Tiga
35 Bab 35 - Phantom
36 Bab 36 - S Rank
37 Bab 37 - Setelah Pendaratan
38 Bab 38 - Insiden Pembangkit Listrik 1
39 Bab 39 - Insiden Pembangkit Listrik 2
40 Bab 40 - Insiden Pembangkit Listrik 3
41 Bab 41 - Insiden Pembangkit Listrik 4
42 Bab 42 - Abomination
43 Bab 43 - Wajah yang Sebenarnya
44 Bab 44 - Jalan Raya
45 Bab 45 - Hasil Analisa
46 Bab 46 - Penemuan
47 Bab 47 - Sisi Lain
48 Bab 48 - Hari Baru
49 Bab 49 - Kecurigaan
50 Bab 50 - Rebuilding
51 Bab 51 - Serangan tak terduga
52 Bab 52 - Musuh yang tak diketahui
53 Bab 53 - Gerbang
54 Bab 54 - Rencana
55 Bab 55 - Obat
56 Bab 56 - Sisi Lain
57 Bab 57 - Mutasi
58 Bab 58 - Monster
59 Bab 59 - Tragedi
60 Bab 60 - Konfrontasi
61 Bab 61 - Perbedaan Pandangan
62 Bab 62 - Penyintas
63 Bab 63 - Kenyataan
64 Bab 64 - Tahanan
65 Bab 65 - Hasil Pemeriksaan
66 Bab 66 - Pihak Lain
67 Bab 67 - Hari Libur
68 Bab 68 - Keberangkatan
69 Bab 69 - Tujuan yang Sebenarnya
70 Bab 70 - Insiden
71 Bab 71 - Terbangun
72 Bab 72 - Pilihan
73 Bab 73 - Dua Sisi Koin
74 Bab 74 - Sisi yang Berbeda
75 Bab 75 - Pemulihan
76 Bab 76 - Kenyataan Dunia
77 Bab 77 - Siberia
78 Bab 78 - Berita
79 Bab 79 - Operasi
80 Bab 80 - Serangan
81 Bab 81 - Hybrid
82 Bab 82 - Liberator
83 Bab 83 - Pertikaian
84 Bab 84 - Hari Kehancuran
85 Bab 85 - Days 23
86 Bab 86 - Warsaw
87 Bab 87 - Project Liberator
88 Bab 88 - Last Hope
Episodes

Updated 88 Episodes

1
Bab 1 - Awal dari sebuah Akhir
2
Bab 2 - Kehidupan di dunia yang telah mati
3
Bab 3 - Kesalahan
4
Bab 4 - Liberator, Bagian Atas
5
Bab 5 - Liberator, Bagian Bawah
6
Bab 6 - Divisi Khusus
7
Bab 7 - Misi Pertama
8
Bab 8 - Penyelamatan Warga Sipil
9
Bab 9 - Perjalanan Kembali
10
Bab 10 - Keadaan Kritis
11
Bab 11 - Hidup dan Mati
12
Bab 12 - Pilihan
13
Bab 13 - Pertarungan Penentu
14
Bab 14 - Terbangun
15
Bab 15 - Tanda Tanya
16
Bab 16 - Istirahat
17
Bab 17 - Akhir dari Liburan
18
Bab 18 - Pembersihan
19
Bab 19 - Penemuan
20
Bab 20 - Kembali ke Benteng
21
Bab 21 - Bantuan Tambahan
22
Bab 22 - Lizardmen
23
Bab 23 - Akhir dari Pemburuan?
24
Bab 24 - Musuh Abnormal
25
Bab 25 - Tombak dan Perisai
26
Bab 26 - Pertaruhan
27
Bab 27 - Hukuman
28
Bab 28 - Efek Samping
29
Bab 29 - Misi
30
Bab 30 - Hari H
31
Bab 31 - Escort 1
32
Bab 32 - Escort 2
33
Bab 33 - Pesan Misterius
34
Bab 34 - Pihak Ke Tiga
35
Bab 35 - Phantom
36
Bab 36 - S Rank
37
Bab 37 - Setelah Pendaratan
38
Bab 38 - Insiden Pembangkit Listrik 1
39
Bab 39 - Insiden Pembangkit Listrik 2
40
Bab 40 - Insiden Pembangkit Listrik 3
41
Bab 41 - Insiden Pembangkit Listrik 4
42
Bab 42 - Abomination
43
Bab 43 - Wajah yang Sebenarnya
44
Bab 44 - Jalan Raya
45
Bab 45 - Hasil Analisa
46
Bab 46 - Penemuan
47
Bab 47 - Sisi Lain
48
Bab 48 - Hari Baru
49
Bab 49 - Kecurigaan
50
Bab 50 - Rebuilding
51
Bab 51 - Serangan tak terduga
52
Bab 52 - Musuh yang tak diketahui
53
Bab 53 - Gerbang
54
Bab 54 - Rencana
55
Bab 55 - Obat
56
Bab 56 - Sisi Lain
57
Bab 57 - Mutasi
58
Bab 58 - Monster
59
Bab 59 - Tragedi
60
Bab 60 - Konfrontasi
61
Bab 61 - Perbedaan Pandangan
62
Bab 62 - Penyintas
63
Bab 63 - Kenyataan
64
Bab 64 - Tahanan
65
Bab 65 - Hasil Pemeriksaan
66
Bab 66 - Pihak Lain
67
Bab 67 - Hari Libur
68
Bab 68 - Keberangkatan
69
Bab 69 - Tujuan yang Sebenarnya
70
Bab 70 - Insiden
71
Bab 71 - Terbangun
72
Bab 72 - Pilihan
73
Bab 73 - Dua Sisi Koin
74
Bab 74 - Sisi yang Berbeda
75
Bab 75 - Pemulihan
76
Bab 76 - Kenyataan Dunia
77
Bab 77 - Siberia
78
Bab 78 - Berita
79
Bab 79 - Operasi
80
Bab 80 - Serangan
81
Bab 81 - Hybrid
82
Bab 82 - Liberator
83
Bab 83 - Pertikaian
84
Bab 84 - Hari Kehancuran
85
Bab 85 - Days 23
86
Bab 86 - Warsaw
87
Bab 87 - Project Liberator
88
Bab 88 - Last Hope

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!