Axel segera kembali berlari mendekati sosok Wyvern itu. Serangan demi serangan dilancarkan olehnya ke arah tubuh Wyvern itu. Sekalipun, tak banyak luka yang bisa diberikan oleh Axel berkat sisik tebal itu.
Tapi bukan itu tujuan Axel. Ia hanya ingin memancing Wyvern itu untuk kembali menyemburkan api dari mulutnya itu.
Hanya saja....
'Sialan! Sekarang saat aku menantinya, Ia tak menggunakannya?' Keluh Axel dalam hatinya.
Sudah 2 menit lebih dirinya bertarung jarak dekat dengan Wyvern itu. Tapi serangan balasan yang diterima oleh Axel hanyalah ayunan dari cakarnya saja.
Beberapa kali, Axel berpikir untuk menyerang telapak tangan dari Wyvern itu yang juga tak dilindungi oleh sisik yang keras.
Akan tetapi, sedikit saja dirinya terlambat, atau kehilangan tempo gerakan, cakar yang tajam itu benar-benar akan membelah tubuhnya.
Oleh karena itu, Axel mengurungkan niat tersebut dan fokus menanti serangan semburan api yang dapat dihindari dengan lebih mudah itu. Serta memiliki area serang yang lebih mudah dijangkau oleh pedangnya.
Di sisi lain, Axel sesekali memperhatikan sosok Eva yang masih bertarung satu lawan satu dengan Ksatria berzirah hitam itu.
Pertarungan antara keduanya sama sekali tak menunjukkan adanya kemajuan sedikit pun. Eva yang memiliki kemampuan fisik yang sangat besar itu, bahkan setelah memperoleh Flux Booster, masih belum dapat menembus pertahanan dari Ksatria berzirah itu.
Sementara itu, Ksatria berzirah itu juga sama sekali tak mampu untuk memberikan serangan telak ke arah Eva. Ia hanya bisa bertahan sambil menunggu.
Menunggu saat ketika Eva melemah. Dimana saat ini sudah mulai ditunjukkan dengan nafasnya yang mulai terengah-engah.
'Blaaaarrr!!!'
Hantaman dari lengan kanan Wyvern itu mengembalikan pikiran Axel di tempat. Bahwa Ia masih memiliki beban untuk menghentikan Wyvern ini apapun yang terjadi.
Ia menghindarinya dengan mudah, hanya dengan melompat ke belakang.
Akan tetapi....
Pada saat itu lah. Hal yang sedari tadi dinantikan oleh Axel terjadi.
Wyvern itu mulai mengangkat kepalanya. Menghadapkan pandangannya ke langit dan memperlihatkan leher bagian bawahnya yang sama sekali tak dilindungi oleh sisik itu.
Warna kemerahan mulai terlihat mengalir di kulit biru muda pada lehernya itu. Menunjukkan pergerakan dari kemampuan semburan apinya.
Melihat semua itu....
Axel yakin. Bahwa tak ada lagi kesempatan lain selain saat ini.
Pada saat itu juga, Axel membakar banyak energi Flux di dalam tubuhnya. Memperkuat dirinya sebanyak mungkin tanpa melukai dirinya sendiri.
Bahkan dengan seragam militer abu-abunya itu, kini tak lagi mampu menahan kebocoran energi sihir petirnya. Yang saat ini mulai menyelimuti sebagian besar tubuhnya.
Kuda-kudanya telah siap. Kedua tangannya juga menggenggam pedang itu dengan erat. Dan tatapannya, berada tepat pada leher Wyvern itu.
Tanpa ragu, Axel segera melesat ke arah targetnya.
Berbeda dengan sebelumnya, pergerakan Axel kali ini jauh lebih cepat lagi. Bahkan sangat sulit untuk diikuti oleh mata.
Hanya dalam satu hentakan kaki, Axel segera tiba tepat di hadapan leher Wyvern itu.
...'ZRAAAAASSSSHHHH!!!'...
Tebasan Axel mengarah tepat di leher bagian tengah dari Wyvern itu. Bekas tebasan nya bahkan menimbulkan cahaya kebiruan yang indah serta sisa-sisa listrik di sekitarnya.
Sekalipun Axel tak memiliki kekuatan fisik yang besar, sebuah tebasan dengan kecepatan kilat itu mampu memotong leher Wyvern itu. Atau setidaknya, setengah lehernya yang tak terlindungi oleh sisik keras itu.
'Spraaasshhh!!! Swuuuoooshhh!!'
Darah dan juga api mulai keluar dari bekas luka tebasan di leher Wyvern tersebut.
Axel segera melompat mundur sebanyak tiga kali untuk menghindarinya. Dan setelah beberapa detik, seluruh energi petir yang menyelimuti tubuhnya mulai menghilang.
Kini, yang tersisa, adalah pemandangan sosok Wyvern yang masih menggeliat dengan leher yang telah sobek. Menumpahkan lautan darah dan juga kobaran api yang bocor dari dalam tubuhnya.
"Kraaaaaaaak!!!" Teriak Wyvern itu kesakitan. Berusaha untuk terus bergerak dan menyelamatkan dirinya sendiri.
Tapi setelah serangan Axel barusan, hal itu mustahil untuk terjadi. Luka di lehernya terlalu lebar dan mengeluarkan terlalu banyak darah darinya.
Sementara itu, api yang bocor dari serangannya sendiri, membuat tubuh Wyvern itu mulai terbakar. Terluka oleh api miliknya sendiri.
"Kraaaaaaaak!!!"
Teriakan Wyvern yang sangat keras itu memekikkan telinga Axel yang berada tepat di hadapannya.
Axel sendiri, berjalan secara perlahan ke arah Wyvern itu. Bermaksud untuk memberikan serangan penghabisan dan mengakhiri nyawa dari Wyvern itu.
Kini, Ia berdiri tepat di hadapan kepala leher itu. Berdiri di atas lautan darah dan juga kobaran api yang cukup panas. Ia tak bermaksud untuk menunggu lebih lama lagi.
Tanpa sepatah kata pun, Axel segera kembali mengayunkan pedangnya.
'Zraasshh! Sraasssh!'
Sebanyak dua buah tebasan diarahkan tepat ke dada dari Wyvern itu. Membuat pendarahan yang dialaminya menjadi semakin parah.
Dan beberapa saat kemudian, Wyvern itu telah berhenti bergerak.
Menandakan bahwa monster itu telah mati.
Setelah tugasnya selesai, Axel kembali memperhatikan sosok Eva yang nampak mulai begitu kelelahan menghadapi ksatria berzirah itu.
Saat ini, Eva nampak mulai ditekan oleh serangan dari Ksatria itu.
'Tak ada pilihan lain lagi ya?' Pikir Axel dalam hatinya.
Setelah membulatkan tekadnya, Axel segera lari dari medan pertempuran ini. Berlari ke arah tempat persembunyian para pengungsi itu.
Di sisi lain, Eva yang melihat Axel berhasil menjatuhkan Wyvern dalam misi pertamanya itu hanya bisa tersenyum puas.
'Kerja bagus, Axel. Sekarang pergi dan bawa para pengungsi itu kabur dari sini. Sekalipun aku harus mati, setidaknya kau dan para pengungsi itu bisa selamat.' Pikir Eva dalam hatinya.
'Klaaaangg!! Braaakkkk!!'
Saat pikiran Eva sedikit teralihkan itu, ksatria berzirah hitam itu memberikan serangan yang telak. Sebuah serangan yang hampir saja gagal untuk di tangkis oleh Eva dengan pedangnya.
"Kugghh! Keras kepala sekali ya? Baiklah. Aku akan meladenimu sampai mati!" Teriak Eva yang telah mempersiapkan diri untuk mengorbankan nyawanya sendiri.
......***......
'Tap! Tap! Tap!'
Axel berlari secepat mungkin untuk kembali dalam persembunyian para pengungsi itu.
Di dalam salah satu reruntuhan gedung, Axel menemukan mereka. Bersembunyi dengan penuh rasa takut sambil memeluk satu sama lain.
Sementara itu, 4 orang Pria dewasa nampak berjaga di sekitar untuk melindungi para lansia dan anak-anak dari serbuan monster lain yang mungkin muncul.
Melihat kedatangan Axel, wajah semua orang nampak berubah. Senyuman dan perasaan lega nampak menghiasi seluruh wajah mereka.
"Tuan Axel! Kita selamat!"
"Akhirnya kita selamat!"
"Tapi.... Dimana Nona Eva?" Tanya salah seorang pria yang berjaga itu.
Axel hanya memberikan tatapan yang tajam kepada Pria itu. Tanpa membalas satu patah kata pun dari pertanyaannya.
Dengan cepat, tangan kanan Axel melepaskan pengunci dan pengait pada Flux Booster di pinggang kirinya. Memberikan tabung dengan bentuk segienam itu kepada Pria yang berbicara padanya.
"Nama mu.... Anthony bukan? Tugas untuk mu. Suntikkan benda ini ke punggungku." Ucap Axel dengan tegas.
Tatapan matanya begitu tajam dan teguh. Sama sekali tak terdapat keraguan dalam tatapan matanya itu.
"Eh? Apa maksudnya, Tuan Axel?" Tanya Pria bernama Anthony itu.
"Cukup tekan tombol ini saat mengarahkannya kepada mesin di punggungku, lalu tancapkan sesuai lubang yang ada. Cepat, tak ada waktu lagi."
"Dimengerti!" Balas Anthony dengan gugup.
Axel kemudian membalikkan badannya. Memperlihatkan sebuah perangkat mesin dengan bentuk segienam itu di punggungnya.
Sesuai dengan perintah, Anthony menekan salah satu tombol yang membuka penutup kecil di mesin itu. Dan dengan tepat, Anthony pun memasukkannya.
Cairan sebanyak 250 ml Flux itu segera mengalir dalam tubuh Axel.
Rasa sakit yang luarbiasa kembali dirasakannya. Tapi jika dibandingkan pada saat operasi pertama itu, semua ini bukanlah apa-apa. Dan Axel dapat menahannya dengan mudah.
Secara perlahan, pandangannya mulai berubah. Beberapa garis biru nampak muncul di wajahnya, menandakan aliran Flux yang berlebihan mulai memenuhi tubuhnya. Terutama memenuhi bagian kepalanya.
Dan kini, dengan kekuatan tambahan itu....
"Jaga semua orang sementara aku kembali menolong Eva. Tetap bersembunyi, apapun yang terjadi. Mengerti?"
Dengan kalimat itu, Axel pun kembali keluar dari gedung tempat persembunyian para pengungsi itu.
Sekali lagi, berhadapan dengan maut.
Tapi kali ini, atas keinginannya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
John Singgih
loh jadinya Axel membangkang perintahnya Eva dong ?
2022-12-16
0
MILLERA
gw heran novel sebagus ini sepi pembaca
2022-09-07
2
Adryan Eko
wohooo.. axel kereeennnn..
2022-07-28
1