Pagi ini Man bangun dalam keadaan yang masih sangat mengantuk, tubuhnya sudah terbiasa bangun subuh jadi walau pun matanya menolak untuk terbuka tapi tubuhnya menolak untuk tetap rebah dikasur yang begitu nyaman.
Mata Man menolak untuk terpejam disaat pikirannya sangat lelah memikirkan pekerjaan dan kehidupan yang tumpang tindih mencari jawaban pada setiap pertanyaan dan meminta penyelesaian disetiap masalah.
Akhirnya jam tiga subuh mata Man mulai menyerah untuk terjaga ketika tak ada jawaban atau penyelesaian yang memuaskan ia dapatkan. Menyerah bukan solusinya, maka Man membiarkan sang Maha Mengetahui yang akan menuntunnya arah tujuan mana yang harus dilalui dalam urusan pekerjaan dan kehidupannya.
Mona ikut bergabung di meja makan dengan keadaan yang sudah rapi mengenakan baju kantoran yang sopan dan rambut disanggul indah. Dalam soal penampilan, Mona patut di acungi jempol. Mona tak pernah suka mengenakan pakaian yang terbuka apa lagi kekurangan bahan, karena tubuh nya dianugrahi sang Maha Pencipta begitu seksi seolah lemak ditubuh Mona tau diri dimana mereka harus berada dan tidak. Bahkan porsi mereka tidak lebih ataupun kurang, seperti sudah diukur dengan pas.
Mona hanya perlu memoles sedikit saja maka hasilnya sempurna, mungkin tak akan ada yang percaya jika cintanya tidak sesempurna penampilannya jika melihat diluaran sana begitu banyak yang menginginkan Mona tapi tidak berani mendekati terang-terangan karena sikap dan aksaranya yang santun dan tidak neko-neko.
"Sepagi ini sudah sangat rapi, apa ada urusan mendesak?" tanya Man saat melihat Mona meminum susu colatnya sambil memperhatikan ponselnya berulang kali.
"Iya, pagi ini kami harus pergi keluar kota. Ada sengketa lahan antara perusahaan dan warga setempat jadi kami harus meninjaunya langsung. "
"Kami? "
"Aku akan pergi dengan Erik, sebenarnya yang pergi bukan aku tapi Bu santi pengacara senior tapi berhubung beliau ada sidang maka Erik mengajukan nama ku."
Man manggut-manggut saja paham akan penjelasan Mona, memang tidak dipungkiri jika Mona memiliki otak yang encer ia pintar dibidangnya yang ia warisi dari ortunya terutama akan kepintaran Papy yang terkenal sebagai pengacara yang handal.
"Tempatnya jauh? " tanya Man lagi
"Aku tidak tau karena belum pernah kesana. "
"Bagaimana kalau aku mengantarmu?"
"Tidak usah, karena Erik telah menjemputku. " Mona menunjukkan layar ponsel nya yang menampakkan pesan dari Erik jika dia menunggunya dibawah gedung apartemen.
"Aku pergi dulu." Pamit Mona berlalu pergi dengan terburu-buru.
Man hanya menganggukkan kepalanya tanpa ingin mengeluarkan suara, memandangi kepergian Mona dengan senyum tipis. Keberadaan Mona hilang di balik di pintu tapi tidak dengan aroma wangi tubuh Mona yang masih tertinggal sehingga masih dapat tercium oleh hidung. Entah parfum apa yang dikenakan Mona tapi wangi ini sudah terbiasa Man cium saat kuliah dulu, wangi segar yang memabukkan sekaligus menenangkan.
Man kembali mendengar pintu apartemen yang terbuka. "Apa ada yang tertinggal? " tanya Man dengan suara yang sedikit besar karena letak ruang makan dan pintu depan lumayan jauh denga sekatan ruang tamu yang lumayan luas.
"Ketinggalan apa? "
"Bukan apa-apa tadi saya bicara sendiri, kalau begitu saya titip apartemen. " Pamit Man tanpa perlu melihat lawan bicaranya karena Man sangat mengenal aksen bicara ART nya yang sangat kental dengan logat batak.
"Iya pak. "
Tapi baru beberapa langkah Man berhenti dan berbalik memanggil ART nya yang hendak membereskan meja Makan yang belum sempat di bersihkan oleh Mona karena terburu-buru pergi sedangkan Man seperti lupa akan kebiasaannya meletakkan cangkir kotor kopinya ke wastafel cuci piring.
"Wik..... saya mungkin akan makan malam di luar jadi kamu tidak perlu masak dan Mona juga ada kerjaan diluar kota kemungkinan makan diluar dan pulangnya malam. "
"Iya pak. " jawab Widya yang lebih senang dipanggil dengan Wiwik sama seperti orang-orang terdekatnya yang memanggilnya dengan nama tersebut
🍓🍓🍓🍓🍓
Ketika membuka pintu apartemen suasana tampak lengang dan sunyi, walaupun Man sudah terbiasa pulang larut malam saat lembur bekerja tapi ia selalu tau ada kehidupan di apartemen setiap pulang kerja. Ada Mona yang selalu pulang lebih awal dari dirinya bahkan disaat lembur pun selalu Mona yang lebih awal pulang walau hanya berbeda beberapa menit.
Man merasa sunyi ketika ia pulang tak mendapati siapa-siapa, padahal selama ini pun Mona tak pernah menyambutnya pulang karena sudah tertidur atau dalam keadaan sangat lelah jika lembur maka Mona akan langsung tidur dan tidak akan keluar kamar.
Baru beberapa bulan, Man sudah merasa sunyi saat ditinggal Mona pergi bekerja di luar kota bagaimana jika ia sudah terbiasa dengan kehadiran Mona saat masa pernikahan mereka berakhir. Saban hari Man merasa hatinya semakin plin plan saja, ada perasaan untuk menetap dalam pernikahannya namun disatu sisi ada keinginanya untuk melanjutkan studynya di luar negri.
Man berjalan pelan menuju kamar nya, tapi ia berhenti sejenak di depan pintu kamar Mona yang tidak ada penerang apa pun yang tampak dari sela-sela pintu karena siempunya kamar belum pulang.
"Sekarang saja aku sudah merasa sunyi saat kau tidak ada, bagaimana nanti? " Man berbicara pada pintu kamar Mona seolah-olah pintu tersebut adalah Mona.
🍀🍀🍀🍀🍀
Salam penuh cinta dan sehat selalu untuk semua pembaca 🤗😘🥰
Jangan lupa Like, vote and comment setelah baca ya 😉😊
Terimakasih..... 🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments