"Man, gue........ " ada keraguan dihati Mona ketika ingin mengungkap kan apa yang selama ini ada di dalam pikirannya. Bagaiimana jika realita tidak sesuai dengan ekspetasinya, apa yang harus di lakukannya?
"Ada apa, kenapa tiba-tiba diam? " tegur Man ketika Mona menjeda ucapannya lama.
"Gue...... " Rasanya sangat sulit untuk mengutarakan, bibirnya terasa kelu. Mona sudah merasa nyaman di zona persahabatan dengan Man, tidak ingin menjadi orang asing yang saling menjaga jarak.
"Gue tidak ingin menikah dengan orang yang tidak Gue kenal, apa lagi sampai harus tinggal satu atap" lirih Mona pelan.
"Gue jadi ga tenang nich biarin Lo di jodohin, Gue takut Lo salah dapat jodoh. " gumam Man sambil memandangi wajah Mona dengan intens.
"Bagaimana kalau kita menikah saja." ucap Mona ragu-ragu, pertanyaan yang sedari tadi ingin ia utarakan akhirnya terucap juga tanpa sempat ia kendalikan. Mona pasrah akan jawaban Man yang akan menganggap nya nekat atau gila, rasanya ingin sekali Mona menghilang dari hadapan Man.
"Baiklah! "
"Apaa??!! "
"Apa?! " Man mengulang kembali ucapan Mona yang seperti orang kebingungan.
"Lo tadi bilang apa? " tanya Mona kembali
"Gue jawab Baiklah"
"Lo dengar kan perkataan Gue apa? "
" Ya dengarlah! Lo ngajak gue nikah kan? "
"I iya.... " jawab Mona terbata masih mencoba mencerna apa yang di dengarnya tadi. Dirinya sungguh tidak menyangka jika Man menyetujui ajakannya untuk menikah.
"Gue juga di paksa nikah, tapi Gue diberi pilihan sebulan untuk memilih wanita pilihan Gue, jika dalam waktu tersebut Gue belum menunjuk wanita yang bakal Gue nikahin maka Gue harus bersedia menikah dengan wanita yang telah di persiapkan oleh Bunda."
"Maaf Man, Gue sibuk curhat dengan masalah Gue sendiri, tanpa tau Lo juga punya masalah sendiri." Mona merasa bersalah terhadap Maman karena telah besikap egois.
"Santai saja, wanita jika dihadapkan suatu masalah biasanya lebih ribet jika dibandingkan laki-laki."
"Nyesel Gue merasa bersalah dan prihatin sama Lo! " kesal Mona karena merasa disindir oleh Man.
" Hahahaha.... kamu makin cantik kalau lagi kesal."
Mona tidak mengubris ucapan Man, dengan wajah cemberut Mona lebih memilih memandangi orang lalu lalang di depan cafe yang sedang didudukinya melalui dinding kaca.
"Jadi kapan kita akan saling berkenalan dengan orang tua masing-masing? " tanya Man setelah terjadi jeda yang cukup panjang.
Pertanyaan Man sukses membuat Mona berpaling menatap wajah Man mencoba mencari kebenaran dibalik kedua netra Man yang berwarna hitam kelam.
"Mona.....! " Man mencoba menjentikkan kan jari nya di depan wajah Mona sambil memanggil nama Mona berulang kali.
" Ah! i iya... Bagaimana? " Mona tersadar dari lamunannya, ketika menatap kedua netra Man yang menghanyutkannya kedunia entah berantah.
"Ck! kenapa Lo sekarang lebih banyak melamun? tiba-tiba bengong seperti orang bodoh. Lo sehatkan? " Man bangkit dari tempat duduknya berdiri di samping Mona sambil menempelkan sebelah telapak tangannya di kening Mona. "Suhu nya aman kok. " ucap Man sambil menempelkan sebelah telapak tangannya lagi di kening dirinya sendiri.
"Apaan sich? Gue sehat, lebay lo! " Mona menepis tangan Man di keningnya dengan kikuk.
"Gue masih tidak yakin." tiba-tiba Man menempelkan keningnya dengan kening Mona mencoba mengecek suhu badan Mona secara langsung dengan sentuhan kulit kepala.
Mendapati perlakuan Man yang secara mendadak seperti itu membuat Mona shock hingga dirinya terdiam dan mematung tanpa sempat bereaksi apa-apa. Wajah Man begitu dekat, hinga ia bisa merasakan nafas Man yang hangat menerpa wajahnya, bahkan hidung mereka saling bersentuhan.
Man kembali duduk di tempat duduk nya semula, sambil tetap memandangi Mona. "Aman, Lo tidak demam. Mungkin cuma kecapekan kerja aja plus mikirin masalah Lo yang harus segera nikah.
"Mu-mungkin..." ucap Mona terbata, hanya kata itu yang mampu di ucapkannya setelah sadar dari shocknya.
"Tapi.... kenapa wajah Lo sekarang jadi berwarna merah jambu, padahal sudah di periksa tidak demam?" Man memandangi wajah Mona lebih intens.
"Gue pulang duluan ya, Gue perlu isrirahat biar tidak bengong terus menerus. " kilah Mona cepat sambil beranjak dari duduknya ingin berlalu pergi untuk menutupi rasa malunya.
"Tunggu! biar Gue yang antarin pulang." Man juga bangkit dari tempat duduknya dan menghampiri Mona.
Degh....! duh jantung Gue. Keluh Mona di dalam hati.
🤗 jumpa lagi...... salam kangen untuk pembaca setia saya 😘😘 jangan lupa like, vote and comment nya ya say. salam sayang dan sehat selalu 😚🥰😎
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments