Monalisa kecil tumbuh dengan didikan keras dari sang papy, ia selalu di beri wejangan bahwa hidup ini adalah tentang perjuangan.Jika ingin mendapatkan sesuatu maka ia harus berjuang karena sesuatu yang didapatkan secara instan maka akan berakhir dengan instan.
Pernah suatu hari Mona kecil yang duduk dibangku sekolah dasar pulang dengan sebelah mata membiru seperti mata panda dan dengan keadaan baju yang lusuh seperti seorang gelandangan yang tak tersentuh air.
"Apa yang terjadi dengan matamu? " Mommy mendekati Mona kecil yang memasang wajah cemberut.
"Astaga bajumu...! Kau seperti baru keluar dari tempat pembuangan sampah." Sembari memutari tubuh putrinya, memeriksa dengan seksama jika ada anggota tubuh lainnya yang terluka.
Mona kecil yang masih terlalu kesal tidak menjawab sepatah kata pun pertanyaan Mommy nya. Ia berlalu pergi dengan wajah kesalnya.
Malam nya saat makan malam keluarga, Papy yang sudah mendengar pengaduan dari Mammy, menatap Mona sejenak. Menatap lembam biru disebelah mata putrinya, yang terpampang nyata padahal menurut penuturan istrinya telah di kompres dengan menggunakan kantung es untuk kompres.
"Jadi, kau mendapat lembam di matamu dari siapa? "
Mona kecil menyunggingkan senyum dibibirnya, pertanyaan seperti ini yang sudah ditunggunya sedari tadi, bukan pertanyaan dari Mommy yang ujung-ujung nya akan melarang ini itu karena Mona seorang anak perempuan.
"Ada anak laki-laki nakal yang selalu menarik kuncir rambut teman ku jadi aku menantangnya berkelahi. " Tidak ada ragu dalam ucapannya, bahkan Mona berkata dengan jumawa.
"Kenapa kau mau berkelahi untuk temanmu, apakah temanmu yang rambut dikuncir meminta pembelaanmu?"
"Bukankah untuk mendapatkan keadilan kita harus berjuang, temanku yang rambutnya dikuncir bernama Lisa dan dia terlalu lemah bahkan untuk berkata jangan saja dia tidak berani." Masih tersisa kemarahan di pupil mata Mona ketika ia mengingat Lisa diganggu oleh anak laki-laki nakal yang tidak pernah ingin ia sebut namanya.
"Seharusnya kau mengajar kan si rambut kuncir untuk bersikap berani tanpa kamu harus menjadi tameng untuknya. Jika dia ingin jadi pengecut maka itu adalah pilihannya, kita hanya membantu orang yang benar-benar perlu dibantu. "
" Tapi aku tidak bisa melihat anak nakal itu terus mengganggu temanku! " protes Mona merasa tidak terima dengan penuturan Papy nya
"Dalam perkelahian itu siapa yang menang?" Papy nya seperti mengalihkan permasalahan yang sedang mereka debatkan.
"Tidak ada, entah siapa yang memanggil guru yang kemudian memisahkan kami dari perkelahian yang tak berujung henti." Kali ini ada keraguan dari nada bicara Mona yang mulai menyadari kesalahannya."
"Bukan kah petarung yang handal adalah petarung yang mengerti situasi dan kondisi lawan? Jika tidak menang dengan fisik maka gunakan akal mu. Jangan biarkan lawanmu tau kelemahanmu, bahkan kau harus bisa jadi penegosiasi yang handal untuk menjatuhkan lawanmu secara halus tanpa mereka sadari. "
Papy nya adalah seorang Advokat yang terkenal, dengan jam kerja yang tinggi, banyak perusahaan besar yang menggunakan tim advokat yang di bentuknya melalui firma hukumnya sendiri sebagai pengacara perusahan.
Dan sesungguhnya Mona sangat mengagumi sosok Ayahnya, tegas ketika mendidiknya karena tidak selamanya Mona akan menapaki jalan kehidupan nya dengan dituntun oleh kedua orang tuanya. Ada masanya ia akan berlari mengejar mimpinya tanpa penopang.
"Maaf... emosi membuat pikiran ku dangkal. " penyesalan menghinggapi Mona karena ia sadar kekalahan berada dipihaknya, tidak ada kesepakatan apa pun yang terjadi. Si anak nakal akan terus berbuat ulah, dan temannya Lisa si rambut kuncir akan terus menjadi si pengecut.
Lembam hitam dimatanya menjadi bukti akan kekalahan telaknya walaupun entah berapa pukulan dan tendangan yang ia layangkan untuk si anak nakal secara membabi buta namun masalah tidak terselesaikan.
Siapa sangka Mona kecil yang pernah gagal membela temannya kini tumbuh dewasa menjadi wanita anggun yang banyak dikagumi kaum adam dengan kepintaran yang diwarisi dari sang Papy namun ia tutupi dengan dengan sikap nya yang serba lambat mencerna sesuatu hal kecuali jika yang berkaitan dengan Hukum.
Mona bangga mempunyai orang tua sehebat Prabu Angkasa, sesuai dengan namanya yang mengangkasa. Tidak ada yang tidak mengenal Prabu dengan tim Advokatnya yang terkenal tangguh. Namun Mona ingin dikenal sebagai Monalisa bukan karena seorang putri dari Prabu Angkasa.
🤗 Iangan lupa tinggalkan jejak like, comment and vote 😊 ditunggu saran dan dikritinya ya. 🙏
salam sayang dan sehat selalu 😘🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments