"Mumpung masih libur kerja, bagaimana kalau kita pergi belanja untuk kebutuhan sehari-hari." ajak Man saat melihat Mona sedang mencuci gelas bekas minuman pagi mereka.
"Ok, kulkasnya masih kosong kita tidak punya persediaan apa-apa selain sarapan pagi yang aku beli di mini market yang ada di dibawah apartemen. "
"Bersiaplah, kita akan pergi belanja."
"Tapi..... "
"Tapi apa? " tanya Man saat Mona tak jua meneruskan kalimat nya yang masih tergantung.
"Aku tidak pandai memasak karena aku belum pernah memasak suatu masakan yang khusus. " ucap Mona malu.
"Jangan khawatir, aku tahu kau tidak bisa memasak. Aku sudah menghubungi yayasan penyedia ART dan besok ia akan mulai bekerja. " jawab Man penuh pengertian.
Ada kelegaan dihati Mona ketika Man memaklumi ketidak mampuan Mona dalam memasak, Mona adalah anak tunggal dari keluarga berada jadi otomatis semua keperluan dan kebutuhan nya tercukupi tanpa perlu ia bersusah payah.
Papy dan Mommy selalu mengajarkan Mona untuk tidak berlebih lebihan dalam hidup karena sejatinya setiap rezeki yang kita punya ada hak orang yang tidak mampu. Mona kecil hidup dengan kesederhanaan, Mommy tidak pernah membebani Mona dengan pekerjaan rumah tangga karena menurut Mommy tanpa dipelajari pun Mona akan belajar sendiri jika suatu saat ia berumah tangga.
"Kita hanya punya dua kamar, dimana ART itu akan tidur? " tanya Mona bingung.
"Dia akan datang saat matahari terbit dan pulang saat matahari tenggelam. "
"Oh.... Baiklah, kalau begitu aku akan ganti baju dulu.
"Jangan lama-lama, kau kan lelet. " ucap Man seraya pergi meninggalkan dapur menuju ruang tamu.
"Huh!! Dia selalu mengatai aku lelet, lama-lama aku jadi lelet beneran. Aku cuma pura-pura lelet saat dikampus saja karena aku ingin menyembunyikan ketangkasanku dalam menganalisa suatu kasus, aku tak ingin terlalu menonjol. Dasar Maman tulalit! " gerutu Mona saat ganti pakaian dikamarnya.
🍓🍓🍓
Di supermarket mereka berjalan beriringan, Man yang mendorong troli dan Mona yang akan memilih apa saja yang akan dibeli, sesekali Man akan mengintrupsi jika pilihan Mona dianggap tidak cocok atau tidak perlu.
Saat sedang memilih susu coklat kesukaannya Mona di kejutkan oleh tepukan lembut di pundaknya, otomatis Mona langsung berbalik badan melihat siapa yang telah menepuk pundaknya.
"Hai..... " sapa Mona dengan wajah berbinar. "Lagi belanja juga? " sambung Mona lagi.
"Lagi nemanin Mama belanja, jadi aku berkeliling sebentar untuk mengusir rasa bosan. "
"Oh..... "
"Aku fikir kau libur karena tidak sehat, aku sempat ragu ketika melihatmu sedang memilah susu yang akan di beli jadi aku sengaja menghampiri agar tidak salah orang dan tenyata benar yang aku lihat. Jika hanya ingin belanja kenapa harus cuti sampai dua hari?
"I itu... a aku... "
"Ehemm... " Man sengaja berdehem agak kuat setelah diabaikan oleh mereka yang asik mengobrol berdua sedangkan Man masih memegang troli belanjaan yang penuh akan barang, tidak jauh dari tempat Mona berdiri sedang memilih susu coklatnya.
"Oh ia... perkenalkan ini seniorku di kantor." Ucap Mona cepat merasa terselamatkan untuk alasan cuti yang belum ia persiapkan karena tidak menyangka akan bertemu dengan teman sekantor.
"Saya Erik... " Erik mengulurkan tangannya sambil tersenyum ramah.
"Man... " ucap Man singkat menyambut uluran tangan Erik.
"Ini... pacar kamu? " tanya Erik sambil melirik ke arah Mona.
"Iya... "
"Bukan! "
Jawab Man dan Mona serempak, membut Erik bingung akan jawaban mereka yang berbeda.
"Maksudnya....? " tanya Erik lagi kebingungan akan jawaban mereka.
"Dia bercanda, Man bukan pacarku." Jawab Mona cepat.
"Yach.... aku bercanda, dia calon ibu untuk anak-anak ku. " ucap Man berlalu pergi sambil mendorong troli belanjaan melewati Mona dan Erik begitu saja.
"Hahahaha.... tidak lucu. " Mona tertawa mengejek.
"Kalian kelihatannya sangat akrab. "ucap Eri lagi.
"Tentu saja akrab karena dia su eh sepupuku. " jawab Mona hampir saja keceplosan.
"Kalau begitu aku duluan ya, aku mau kekasir." sambung Mona lagi sambil mengacungkan kotak susu coklat yang telah dipilihnya.
"Oh iya, silahkan!" Erik mempersilahkan Mona untuk lewat.
Erik menatap kepergian Mona dengan senyum, ada perasaan nyaman setiap mengobrol dengan Mona, Erik sangat menyukai kepribadian Mona yang apa adanya dan tidak neko-neko. Awalnya Erik berfikir jika Mona sama seperti gadis lainnya yang bebas dalam pergaulan karena perawakan dan paras wajahnya yang blasteran, ternyata ia salah. Mona adalah gadis yang diinginkan oleh hampir semua lelaki untuk dipersunting.
🍀🍀🍀🍀🍀
🤗☺ Tolong dukung karya saya ya, dengan like, vote and comment 😊🙏🙏
Salam sejahtera dan sehat selalu untuk semua pembaca 😘🥰😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments