Benar seperti kata Papy, apartemen mereka sudah di penuhi perabotan, terdapat dua kamar yang sama luasnya di lengkapi dengan kamar mandi dimasing-masing kamar. Ruang tamu yang luas dan terhubung dengan dapur dan ruang makan walau pun tidak begitu luas tapi terkesan mewah.
Yang membedakan kamar pertama dan kedua adalah isi perabotan yang ukurannya berbeda. jika kamar pertama di letakkan tempat tidur king size maka dikamar kedua tempat tidur sedang dan begitu juga dengan perabotan yang lainnya.
Mona mencoba membuka lemari yang ada di kamar pertama, dan sungguh membuatnya tidak percaya apa yang tertangkap oleh penglihatannya, didalam lemari banyak sekali tergantung lingerie dengan berbagai model dan perlu diketahui semuanya bagus-bagus hanya saja kekurangan bahan.
"Mommy...... " gumam Mona menekan suaranya agar tak terdengar oleh Man, mau ditaruh dimana mukanya jika Man melihat semua baju yang sangat kekurangan bahan tersebut.
"Ehemm...!! "
Sebuah deheman dari arah belakang Mona membuatnya sangat terkejut, reflek Mona menutup pintu lemari tersebut dengan cepat, berbalik badan menghadap ke arah suara yang ia yakini adalah Man karena hanya mereka berdua yang ada di apartemen saat ini.
"Kenapa? " tanya Man dengan dahi berkerut karena melihat Mona yang salah tingkah.
"Tidak ada, kau memerlukan sesuatu? " Dengan cepat Mona mengalihkan arah pembicaraan, syukurlah jika Man tidak melihat isi lemari tadi.
"Oh ia, kamu tidur dikamar ini saja dan aku akan tidur dikamar satu lagi."
"Tidak, kamu saja yang disini karena kamar ini terlalu luas untukku."
"Kamu yakin? biasanya baju perempuan lebih banyak dari pada laki-laki dan lemari dikamar sana lebih kecil dari pada lemari disini."
Mona tampak berpikir sejenak, tiba-tiba ia ingat dengan baju lingerie yang tergantung indah, jika Man yang tidur dikamar pertama maka Man pasti akan melihat lingerie tersebut, Mona sangat yakin itu pasti kerjaan Mommy nya karena tidak mungkin Papy yang berbelanja lingerie segitu banyak.
"Baiklah, aku akan memakai kamar ini. " putus Mona dari pada dirinya harus kehilangan muka di hadapan Man karena ulah Mommy nya.
"Kalau begitu aku akan menuju kekamar sebelah, jika butuh bantuanku teriak saja." Man berbalik badan melangkah pergi meninggalkan kamar yang akan di tempati oleh Mona.
Tangan Man masih terhenti di handle pintu saat hendak menutup kembali pintu kamar Mona. "oh ia... tadi yang tergantung didalam lemari, lingerie semua ya?" tanya Man penasaran.
Blusshh! seketika muka Mona merah menahan malu, dia sudah sangat tenang karena menyangka Man tidak melihat isi lemari tadi tapi ternyata Man malah melihatnya.
Melihat muka Mona yang memerah, Man langsung berkata "Tidak usah dijawab, maaf aku lancang." buru-buru Man menutup pintu kamar Mona dan segera pergi menuju kamar kedua yang akan di tempatinya selama pernikahan mereka yang mungkin berumur dua tahun sesuai perjanjian yang telah mereka sepakati.
Mona ingin berteriak sekencang-kencangnya karena malu tapi di urungkannya karena diapartemen ia tidak tinggal sendiri ada Man dikamar sebelah. Mona menjatuhkan dirinya diatas tempat tidur dengan posisi telungkup sambil memukul-mukul kasur busa nya karena kesal.
Mona membalikkan tubuhnya dengan posisi telentang sambil memandangi langit-langit kamarnya, Mona menarik nafas panjang dan menghembusnya perlahan. Mencoba menenangkan dirinya dari perasan galau yang berkepanjangan.
lingerie-lingerie tersebut malah memperburuk suasana hatinya, pernikahan mereka memang sah secara hukum dan agama tapi pernikan tersebut tidak pernah mengikat mereka karena hanya pernikahan sandiwara dan bagaimana mungkin akan ada malam pertama. lingerie tersebut hanya akan terpajang didalam lemari tanpa pernah terasentuh apalagi dipakai.
Miris sekali rasanya, impiannya menikah dengan orang yang dicintai telah tercapai namun cinta orang yang dinikahinya tak mungkin bisa ia gapai. Baru saja menikah mereka sudah pisah kamar andai saja Papy tidak memberikan apartemen ini mungkin Mona bisa sedikit merasakan kebahagian berbagi ranjang dengan suaminya.
Lama-lama mata Mona terasa berat, ia sangat lelah. Lelah baik fisik dan jiwa, ia bertarung dengan hati nuraninya yang membohongi semua orang akan lakon pernikahannya dan lelah akan cintanya yang tidak ada setitik cahaya pun yang memberinya harapan dalam kegelapan.
"Mimpi... berikan aku kenangan indah akan pernikahanku walau hanya sekedar bunga mimpi, jika esok aku terbangun maka kenyataan tidak akan terlalu sakit menamparku." ucapnya sendu diantara kantuk yang bernaung di pelupuk matanya sehingga ia menyerah untuk terjaga.
🍀🍀🍀
🤗 Tolong dukung karya saya dengan like, vote and comment ya 😊🙏🙏
Salam penuh cinta untuk semua pembaca 😘🥰😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 101 Episodes
Comments