Malam semakin larut, tidak terasa waktu sudah menunjukkan tengah malam. Dina merasa sangat terhibur dan bahagia dengan adanya Gilang dan Dendy, terutama senang karena Dendy yang bisa membuat dia benar-benar terhibur.
Melupakan sejenak rutinitasnya yaitu belajar dan belajar saja setiap hari. Dina ingin sekali menjadi seorang dokter karena cita-citanya itu dia harus rajin belajar agar bisa mendapatkan nilai yang bagus. Dina sangat berharap bisa masuk fakultad kedokteran dengan jalur unggulan, agar dia tidak perlu susah-susah untuk ikut tes masuk perguruan tinggi selain itu agar biaya masuk lebih ringan.
Dina ingin sekali meringankan beban papanya yang bekerja sebagai seorang pegawai negeri sipil biasa, dengan penghasilan yang tidak terlalu besar. Sejak masih SD Dina sudah dididik untuk jadi anak yang harus mau berusaha jika punya keinginan. Terbukti Dina selalu menjadi juara kelas waktu SD, dan waktu SMP SMA pun Dina selalu mendapat peringkat yang bagus di kelasnya.
Kegiatan-kegiatan sekolah lah yang menjadi salah satu hiburannya untuk mengalihkan rasa jenuhnya. Ia sengaja ikut kepengurusan OSIS selain untuk melatih hidup berorganisasi juga agar Dina bisa punya teman yang lebih banyak.
Kegiatan seperti makrab lah yang selalu ditunggu-tunggu Dina, karena Dina bisa keluar malam meski itu kegiatan sekolah. Tapi cukup membuat Dina sedikit terhibur bisa menikmati suasana di luar rumah di malam hari.
Hal yang tidak pernah dia sangka adalah bisa menghabiskan malam dengan cowok yang notabene adalah adik kelasnya. Dina merasa Dendy seperti cowok idaman dia.
Dina tidak pernah memandang fisik dalam bergaul, apalagi berpacaran. Jika dia merasa nyaman dan sesuai kriterianya dia akan menerimanya. Dina sangat menyukai anak band. Dina ingin sekali punya pacar anak band, minimal cowok yang bisa bermain alat musik dan bernyaanyi untuknya.
Dendy benar-benar menghibur Dina, tapi sayangnya kebersamaan mereka malam itu harus berakhir karena Gilang mengajak Dendy untuk pulang.
"Din, aku dan Dendy balik dulu ya, sudah malam, sudah sepi yang lain sepertinya sudah pada tidur" pamit Gilang
"Yah.... kok pada balik sih" Dina dengan raut kesedihannya merasa masih kurang lama mereka bisa berbagi canda
"sudah larut malam Din, kapan-kapan kita main ke rumahmu saja " ucap Gilang
"Ya sudah kalau begitu, terima kasih banyak ya sudah datang, sudah diajak jalan-jalan, sudah ditunjukkan tempat bagus" Dina menampakkan wajah sumringahnya karena merasa benar-benar bahagia
"Makasih ya Den, sudah mau aku paksa bernyanyi" Dina terkekeh mengingat tadi dia agak sedikit memaksa Dendy untuk bernyanyi
"apa sih yang tidak buat kamu Din" Dendy terkekeh sambil menggaruk kepalanya yanh tidak gatal
"Eh..." Dina terkesiap
"Ya sudah kalau mau balik hati-hati ya" lanjutnya
Gilang dan Dendy pun beranjak dari tempat duduknya berjalan menuju motornya yang terpakir di halaman vila. Sebelum naik ke motornya Dendy sempat menoleh ke arah Dina yang masih memperhatikan mereka dari tempat duduknya.
Dina melambaikan tangannya ke Dendy karena Gilang sudah sibuk menyalakan motornya. Dengan senyum yang terkembang Dendy pun membalas lambaian tangan Dina.
"Kamu mau tidur dimana Din?" suara Widi yang ada disampingnya membuat Dina menghentikan lambaian tangannya ke Dendy dan beralih menatap Widi
"Aku tidur di ruang tengah saja sama anak-anak kelas satu" jawab Dina
"Kalau kamu masih kedinginan aku bawa jaket dobel tadi Din" ucap Widi
"tidak usah wid, ini aku sudah pakai jaket dobel dan selimut, sudah ya aku masuk dulu" ujar Dina
Dina pun beranjak dari tempat duduknya dan berjalan masuk ke dalam vila.
"Andaikan kamu membalas cintaku Din, aku harus bagaimana lagi agar bisa mendapatkan cintamu" gumam Widi menatap punggung Dina yang berjalan menjauh
.
.
.
.
.
.
*Terima kasih bestie... yang sudah meluangkan waktu untuk membaca novel receh ini dukung othor terus ya...tolong like comment vote kirim bunga, kopi atau yang lainnya Dan pencet tombol favorit tentunya.
Terima kasih sekebon bestie
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 227 Episodes
Comments