Hari-hari berlalu, hari ini adalah hari sabtu acara makrab OSIS akan diadakan. Semua pengurus OSIS disibukkan dengan persiapan acara tersebut. Segala persiapan telah selesai, calon anggota pengurus OSIS yang baru dan pengurus OSIS yang lama sudah berkumpul di sekolah. Mereka berangkat bersama-sama ada yang ikut mobil guru pembimbing, ada pula yang ikut kendaraan yang telah disewakan oleh panitia. Ada pula beberapa yang berangkat berboncengan naik motor karena jarak dari sekolah sampai tempat acara tidak begitu jauh hanya sekitar empat puluh lima menit perjalanan.
Yang naik motor salah satunya Dina. Dina memutuskan naik motor karena dia selaku bendahara acara harus sudah berada di lokasi untuk melakukan pelunasan pembayaran sewa tempat dan katering. Ternyata waktu Dina sampai di sekolah Widi sudah menunggunya.
"Din, berangkat sekarang atau nanti?" tanya Widi
"Sekarang saja Wid, ini kan hari sabtu, jalanan ke puncak semakin sore makin padat"
"Ya sudah ayo kalau begitu" jawab Widi sambil berjalan ke arah motornya yang diparkir di depan gerbang sekolah "kamu bawa helm tidak Din?"
"Bawa...bawa Wid, mana mungkin aku tidak bawa tadi ke sini diantar papa naik motor" Dina sambil menunjukkan helm yang dipegangnya
Dina berjalan mendekat ke arah tempat Widi memarkirkan motornya. Widi yang telah menyalakan motornya mengajak Dina untuk segera berangkat "Ayo Din....."
"Iya..... aku pakai helm dulu" Dina naik membonceng motor widi sambil memakai helmnya.
"Sudah?" tanya Widi
"sudah...ayo berangkat"
Dina dan Widi berangkat menuju vila tempat makrab akan diadakan. Widi melajukan motornya dengan kecepatan sedang, tidak ada pembicaraan di antara mereka. Dina sibuk melihat kanan kiri jalan merasa sudah sangat lama tidak pergi ke arah puncak.
Tiba di sebuah tikungan yang di kanan jalan ada sebuah pohon besar, yang konon katanya pohon keramat, setiap kendaraan yang melintas harus menyalakan klakson satu kali kalau tidak dilakukan konon katanya si pengemudi akan mendapat musibah.
Widi menyalakan klaksonnya satu kali.
"Siapa yang kamu klakson Wid?" tanya Dina
"Penunggu pohon besar yang ada di kanan jalan tadi"
"memangnya kamu bisa melihat Wid?" tanya Dina
"jelas tidak Din" jawab Widi sambil tertawa
"Eh tapi kok aku dari habis lewat pohon tadi bau bunga sedap malam ya?" kata Dina sambil bergidik
"Iya ada yang bonceng di belakangmu" jawab Widi
"Hahhh....?"
"Iya soalnya motorku tiba-tiba kok rasanya berat, kaya boncengin beras 2 karung" jawab widi
"tidak sopan kamu, masak aku disamain dengan beras sih?" Dina kesal sambil memukul helm Widi
Setelah kejadian tadi mereka hanya diam menikmati perjalanan mereka sampai tiba di lokasi acara. Waktu mereka turun dari motor Widi baru menyadari kalau ban motornya kempes.
"Tuh liat ban motor kamu kempes, berarti tadi motormu berat karena ban motormu kempes" tunjuk Dina ke arah ban motor Widi yang kempes
"spertinya bukan karena itu Din, kalau ban kempes sampai sini pasti anginnya sudah habis" terang Widi
"eh tadi bau bunga sedap malam ada terus sampai kita sampai depan vila" Dina mengernyit
"sudah aku malah tidak percaya, tadi benar ada yang boncen lagi di belakangmu" ledek Widi
"Ah sudahlah tidak usah bahas hal-hal yang begitu lagi" Dina sambil melepas helm dan jaketnya " lebih baik kamu cari tukang tambal ban dekat-dekat sini"
"Besok pagi saja lah Din, aku malas" jawab Widi sambil melepas helmnya
"Ya sudah aku mau ke pengurus vila dulu, kamu terserah mau ngapain" Kata Dina sambil berjalan menjauh dari Widi yang masih setia memandangi ban motornya yang kempes.
...****************...
*Terima kasih bestie... yang sudah meluangkan waktu untuk membaca novel receh ini dukung othor terus ya...tolong like comment vote kirim bunga, kopi atau yang lainnya Dan pencet tombol favorit tentunya.
Terima kasih sekebon bestie
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 227 Episodes
Comments