Semakin malam udara di pegunungan semakin dingin, jalan yang naik turun membuat mudah merasa lelah. Tetapi melihat pemandangan dari atas pegunungan membuat rasa lelah itu terbayar.
"Jalannya sudah lumayan jauh, kalau kamu merasa capek kita istirahat dulu saja Din" ucap Dendy
"Aku tidak apa-apa Den"
"Kalau kamu capek bisa pegangan lenganku" tawar Dendy
Dina tidak menanggapi apa yang diucapkan Dendy. Dina berjalan sambil sesekali melihat ke belakang. Dina merasa tidak mendengar suara Gilang dan Widi, ternyata mereka tertinggal cukup jauh.
"Daerah sini ada sebuah tempat yang bagus, kita bisa melihat pemandangan kota bawah sana di tempat itu" ucap Dendy
"O...ya...benarkah?" Dina tertarik dengan yang diucapkan Dendy
"Iya, aku sering menginap di rumah pakdeku, kadang kalau malam-malam aku sering keluar sama mas Gilang keliling daerah sini" terang Dendy
Dina merasa tertarik dan ingin pergi ke tempat itu.
"Jauh tidak...Den?" tanya Dina sambil berjalan sesekali menengok ke belakang memastikan Gilang dan Widi masih mengikuti mereka
"tidak jauh kok, sudah dekat tapi jalannya menanjak agak tinggi, kalau kamu capek tidak usah saja Din" ucap Dendy
"Kalau tidak jauh aku mau ke sana"
"Iya, jalan depan itu belok ke kiri tidak jauh paling cuma sekitar lima puluh meter, kalau kamu capek bisa pegangan lenganku, apalagi udaranya makin dingin"
"iya Den, beneran tidak apa-apa kalau aku pegangan lengan kamu? kakiku agak pegel ini" Dina cengar cengir
"iya Din"
Dina dan Dendy jalan ke tempat yang dikatakan Dendy tadi. Karena jalannya menanjak agak sedikit tinggi Dina berjalan sambil memegang legan Dendy.
Dari kejauhan ada yang merasa tidak suka melihat Dina menggandeng lengan Dendy.
"Mereka mau kemana Lang?" tanya Widi dengan tatapan yang sulit diartikan
"Oh... paling mau ke bukit indah" jawab Gilang asal
Orang yang tidak suka itu adalah Widi, dia merasa cemburu melihat Dina bisa dekat dengan Dendy. Padahal nyatanya Dina begitu karena merasa kakinya pegal.
"Bukit indah Lang? baru dengar ada nama bukit itu?" ucap widi heran
"Iya....bukit indah, aku dan Dendy yang kasih nama" Gilang tergelak
Mendengar suara Gilang tertawa Dina menoleh ke belakang. Dina tidak sengaja melihat Widi yang menatapnya dengan tatapan yang sulit diartikan. Tapi Dina mengabaikan dan kembali melanjutkan langkahnya ke bukit itu.
"Masih jauh tidak Den?" tanya Dina
"SUdah dekat kok Din, nanti di sana kamu bisa istirahat duduk-duduk sambil melihat pemandangan"
Setelah menempuh perjalanan sekitar tiga puluh menit dari vila, mereka sampai di tempat yang Dendy maksud.
"Woowww... bagus sekali pemandangan dari sini Den" Dina merasa takjub dengan pemandangan yang dia lihat dari bukit itu
"Iya... pemandangan di bukit indah memang bagus, indah sekali" ucap Dendy
"Bukit indah?" Dina mengernyit
"Iya bukit indah, aku dan mas Gilang yang memberi nama, karena pemandangannya indah dari atas sini" Dendy tergelak
"Pemandangannya yang indah atau memang ada orang spesial bernama indah?" goda Dina
"Hah? "
"Iya mungkin saja di sini tempat kenangan kamu atau Gilang bersama yang namanya indah" Dina ganti tergelak
"Bukan aku Din, aku tidak pernah dekat dengan orang yang bernama indah" Dendy menjadi sedih karena digoda Dina, niat hati mendekati Dina malah digoda sama Dina
...****************...
*Terima kasih bestie... yang sudah meluangkan waktu untuk membaca novel receh ini dukung othor terus ya...tolong like comment vote kirim bunga, kopi atau yang lainnya Dan pencet tombol favorit tentunya.
Terima kasih sekebon bestie
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 227 Episodes
Comments