Kelompok Binar telah bersiap di stadion dimana kelompok preman Naga Merah menantang mereka adu duel.
Kedua kelompok sudah saling berhadapan, adu mulut antara Arnov dan ketua Naga Merah tak terelakkan.
Binar yang malas bicara hanya diam saja.
Tapi saat ini hatinya mendidih, sudah kesal karena Shanum ditambah kesal mendengar omongan unfaedah antara Arnov dan lawan mereka.
" Cukup!!!, lo udah berani nantangin kami?!, maka bersiaplah " Bentak Binar dengan keras. Pemuda itu maju ke depan pasukanya.
" Jika kalian kalah hari ini!!, angkat kaki dari sini, dan gue tandai muka lo semua.." Tunjuk Binar pada masing-masing wajah di depannya.
"Jika muncul dihadapan gue. Mati kalian!!" Lanjutnya dingin dan tegas.
Aura kepemimpinan begitu menguar dari suara Binar.
" Dia ini yang bernama Buana?" Bisik salah satu anggota genk Naga Merah pada temanya.
" Iya, dia iblis itu" Jawab temanya.
" Cih, penasaran gue menjajal dia.."
" Gue juga, sehebat apa iblis ini..."
" MAJUUUU" Seru ketua genk Naga Merah.
Tawuran tak dapat lagi dihindari, adu pukul dan jotos terdengar ngilu bagi telinga rapuh. Tapi tidak bagi mereka, suara pukulan, hantaman dan bogeman adalah symphony indah untuk Binar dan teman-temannya.
Roy si panglima begitu lihai, ilmu beladiri nya berguna disaat seperti ini. Begitu pula Arnov sebagai kesatria penyerang. Dengan lincah dia berhasil merangsek ke depan.
Binar?
Pemuda itu hanya akan menargetkan ketuanya saja. Raja hanya akan berhadapan dengan raja bukan?.
Kroco-kroco hanya sekali tendang saja sudah tumbang.
Binar juga heran, sejak kapan dia mahir beladiri seperti ini, karena dia tidak ada ingatan apa-apa tentang masa kecilnya.
Yang dia ingat sebatas mulai masa SMP. Itupun seingatnya dia datang dari luar kota bersama papanya.
Duak!!
Tulang kering Binar ditendang oleh seseorang dari belakang.
Binar berbalik badan.
" Hei..hei..rupanya ada pecundang disini.." Ucap Binar dingin.
" Berani maju!!, jangan menjadi wanita!!" Bentak Binar.
" Hiyyaahhh!!!" Tendangan kaki musuh melayang menuju wajah Binar, dengan cepat Binar bisa menangkisnya dan memutar sebegitu rupa kaki tersebut.
Krak!!, krek!!
" Akkhhhhh"
Suara tulang patang begitu memilukan.
Binat tak peduli, semua dibabat habis sampai dia bisa melihat keberadaan sang ketua Naga Merah.
Dengan berlari kencang disambarnya kerah belakang pria itu dan..
Buagh!!!
Hanya dengan satu tanganya, Binar mampu membanting dengan begitu keras.
Sebelum sempat pria itu berdiri Binar sudah menginjak dadanya dan mengeksekusi dengan sadis. Tapi jelas Binar tidak akan sampai membunuh.
Melihat ketua mereka telah tumbang sebagian dari mereka kocar-kacir melarikan diri.
Tapi rupanya, ketua genk Naga Merah menyimpan senjata kuku stainless.
Street...
Sebelum jatuh pingsan, pria itu berhasil merobek lengan Binar.
" An*ing!!" Umpat Roy saat melihat luka robek di lengan Binar.
" Lo langsung ke markas aja Bin!!" Seru Arnov.
" Nggak, gue pulang!!. Aivy nanti nyari gue..." Sahut Binar santai.
Luka robek di lengannya yang lumayan dalam dan mengeluarkan banyak darah itu sama sekali tidak dihiraukannya.
" Duh besok kita masih harus turun, tapi Binar cidera seperti itu gimana dong?!" Keluh Roy.
" Kenapa lo takut!!, kapan Binar jadi pecundang!!, bahkan walau tangan tinggal satupun Binar masih bisa pimpin kita.." Sahut Arnov.
Binar hanya tersenyum smirk mendengar ocehan kedua temanya itu.
" Gue balik, yang luka langsung bawa ke markas obatin. Yang luka serius bawa ke RS, nih...." Binar menarik sebagian uang dalam amplopnya dan memberikannya pada Roy.
Sementara Arnov mengikat kuat luka di lengan Binar dengan kain yang disobek agar darahnya berhenti.
" Nggak usah, gue ada...tadi gue juga dapat keles, 75 jt cuy......" Tolaknya pada sodoran Binar, Roy begitu bangga bisa naik podium malam ini.
" Lain kali gue bawa Alexa lagi.., dia dewi fortuna gue rupanya. Sama Cahaya paling banter finish urutan empat dan lim---"
" Lo aja yang bego!!, nyalahin Aya pula. Nah buktikan gue finish pertama sama Aya!!" Sambar Binar kesal.
Arnov terpaku sesaat mendengar ucapan Binar.
" Halah, yang penting 75jt!!!. Woi makan yuk...., gue traktir sate mang Ujang!!!" Seru Roy pada seluruh anggota genk Black Tiger.
Binar terpaku sesaat, juara tiga aja 75jt, jadi dia dapet berapa?.
Binar meraba amplopnya, tebal. Kok tumben setebal ini, fikirnya.
Uang yang tadi sudah terlanjur ditariknya diberikan ke pada Arnov.
" Nov, lo urus yang cidera... Ini..." Binar menyerahkan segebok uang itu pada Arnov.
" Bin?, lo......" Arnov terdiam sesaat, menatap Binar penuh selidik.
" Apa?" Tanya Binar dingin.
" Lo punya hubungan apa dengan Cahaya?" Tatap Arnov.
" Teman...." Jawab Binar singkat.
" Tidak mungkin!!, aku rasa kau melihatnya lebih dari teman bro..." Sahut Arnov.
" Lo kepo mirip cewek!!!" Bentak Binar, entah kenapa wajahnya tiba-tiba memerah dan panas.
" Gue pulang, takut Aivy nyariin gu---"
" Tapi luka lo??" Arnov khawatir akan lengan Binar.
" Nanti juga sembuh..." Ucapnya cepat dan mulai menghidupkan mesin mobilnya.
Brung...brung...
Mobil Binar melesat meninggalkan tempat kejadian perkara.
...***...
" Ssshhhh, kenapa pedih begini.." Keluh Binar.
Pagi ini Binar mengerjakan pekerjaan rumah dengan lambat, lukanya membuatnya terus-terusan meringis.
Aivy yang melihat luka kakaknya menutup mulutnya.
Dugaanya selalu benar, setiap kakanya meluruskan rambutnya. Pasti pulang dengan tubuh yang penuh akan luka-luka.
Gadis itu mengambil ponselnya dan menekan nomor Shanum.
" Kak Aya, lagi ngapain?" Tanya Aivy sopan.
" Oh, nggak ngapa-ngapain. Cuma nyiram tanaman. Kenapa dek?" Tanya Shanum.
" Bisa kerumah Aivy ngga kak?" Ucap Aivy pelan.
"Ehhh?, kenapa memangnya. Jemput kamu ya?, baik...tunggu kak Aya ya.... 10 menit lagi sampai" Sahut Shanum dengan hangat.
Shanum segera memakai jaketnya dan mengeluarkan motornya, tak sampai sepuluh menit gadis itu sudah berada di depan rumah Binar.
" Aivy!!" Teriak Shanum dari pintu samping. Memang Aivy yang menyuruhnya langsung ke samping dan melarang lewat ruang tamu.
Binar yang berada di loteng sedang menjemur baju terkejut mendengar suara Shanum.
Tapi sumpah!!, hatinya sungguh bahagia tiada terkira.
Dengan cepat pemuda itu menyelesaikan pekerjaannya.
Dan berlari menuruni tangga demi bertemu dengan Shanum.
" Lo disini?" Tanya Binar saat sudah berada di hadapan Shanum yang duduk di teras samping.
" Emmm, iya. Aivy minta jemput.." Jawab Shanum.
" Aivy?" Tanya Binar tak percaya.
" Heemm, iya.... Mana dia?" Shanum celingukan mencari Aivy.
" Lo, nggak. Ahhh...maksud gue... Lo cuma mau jemput Aivy??" Binar menggaruk kepalanya kesal.
Rupanya hanya dia sendiri yang begitu rindu sampai seperti orang gila begini.
Shanum melihat lengan Binar merembes darah dari lengan bajunya.
" Kenapa dengan lenganmu Bin?" Shanum begitu khawatir melihat itu.
" Hanya luka kecil..." Jawab Shanum.
" Sudah diobatin belum Bin?, coba sini lihat..." Shanum mengangkat lengan baju itu.
" Awww, awww...uhhhh ini pasti sakit. Ya Tuhan huff....huff..." Shanum meringis melihat luka merah itu dan meniupnya pelan.
Binar melipat bibirnya, ingin tersenyum melihat tingkah Shanum yang imut.
Binarlah yang luka, tapi kenapa dia yang meringis dan merintih dari tadi.
Geli dan gemas itulah yang dirasakan oleh Binar saat ini.
" Kau punya P3K kan Bin, ayo biar gue obatin..."
Binar mengangguk dan tersenyum tipis. Diraihnya tangan Shanum dan digenggamannya masuk ke rumah, lalu langsung ke kamarnya.
Ceklek!! Klek...klek..
Binar mengunci pintu kamarnya.
Shanum menoleh dan melotot menyadari bahwa Binar mengunci pintu.
" Bin...kok dikunci sih.... Buka!!" Teriak Shanum.
" Ssstttt..., pelan Ya!!!. Lo kalau kedengaran mama gue bisa langsung dinikahin kita..." Bisik Binar.
" Apaan sih..." Shanum mencubit lengan Binar yang sakit.
" Awww, ****!!!" Teriak Binar.
" Ahhh, sorry Bin....sorry...." Shanum mengatupkan tanganya dan menunduk dalam.
Binar lagi-lagi tersenyum tanpa terlihat oleh Shanum.
Binar mengambil kotak P3K lalu menyerahkan pada Shanum.
" Buka kaosnya Bin..." Ucap Shanum.
" Hah!!!" Binar melotot terkejut.
Shanum lebih terkejut melihat reaksi terkejut Binar.
" Apa!!!, memang apa yang kau fikirkan hah!!, gue mau obatin lo...., buka lengan kaosnya begini..." Sentak Shanum, dengan menggulung lengan baju Binar ke atas.
Lagi Binar membuang wajahnya kesamping untuk tersenyum, hatinya begitu bahagia. Berdua bersama Shanum seperti ini rasa dadanya benar-benar sedang berdisko tak karuan lagi nada lagunya.
Shanum membersihkan luka di lengan Binar dengan perlahan-lahan. Terus ditiupinya, bahkan seperti dia sendirilah yang merasa sakitnya.
Muka Shanum terus-terusan meringis.
Srettt...
Binar begitu gemas, tanganya mengusap wajah Shanum yang terus meringis begitu saja tanpa ia sadari.
" Heyy!! Berani nya kamu Binar!!!" Shanum menunjuk wajah Binar dengan jari telunjuknya. Marah karena Binar berani menyentuh wajahnya.
" Apa ini?" Binar menatap jari telunjuk Shanum, lalu dengan cepat memasukkan ke dalam mulutnya.
Tidak digigit seperti sebelumnya, tapi Binar justru menghisapnya, membuat wajah Shanum merah padam merasakan hawa listrik yang menyengat tubuhnya akibat perbuatan Binar.
Tubuh Shanum bergetar hebat, rasa hangat menjalari tubuhnya, rasanya ingin gila.
" Bi...Binar....." Shanum gelagapan tak karuan.
Sementara Binar menarik kedua tangan Shanum dan diletakkannya di wajahnya.
" Apa menurunmu aku tampan?" Tanya Binar.
Mata mereka saling tatap. Degup jantung keduanya bagai kuda perang yang berlari kencang.
" I...iya.." Jawab Shanum dengan menarik cepat tanganya dari wajah Binar.
" Buka pintunya Bin, gue mau pulang..." Ucap Shanum dengan suara bergetar.
Berdua dengan Binar sedikit lama lagi, pasti sesuatu yang salah bisa terjadi.
" Nanti dulu...." Ucap Binar.
Shanum mulai gelisah... Mata Binar yang menatapnya tajam membuatnya salah tingkah.
" Gue mau sekarang Bin, buka..." Ucap Shanum lagi.
" Baiklah...." Binar membuka kaosnya dan melemparkannya ke kasur.
" Hey Bin apa yang kau lakukan!" Teriak Shanum takut.
" Kamu minta buka kan?" Binar mengigit lidahnya, menahan tawanya.
" Gila kamu!!!" Umpat Shanum kesal.
" Iya Cahaya, aku memang gila sekarang!!, aku tergila-gila padamu Aya...." Sahut Binar.
" Apa??? Kamu......."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments
nita20
lanjut Thor,seru ceritanya
2022-11-07
1