" Ma...mana ransel Binar yang disini tadi" Tanya Binar pada mama Ganis.
" Halah duit nggak seberapa saja sok banget.
" Nih..."
Bruakkk...
Mama Ganis melemparkan ransel Binar begitu saja dibawah kaki Binar.
Binar menarik nafasnya pelan, dipungutnya ransel itu dan membukanya.
" Ma..., kenapa uang Binar juga diambil?, uang itu untuk beli obat papa..." Ucap Binar penuh rasa marah.
" Diem kamu!!, baru bisa dapetin duit segitu aja belagu!!" Bentak Lyra.
" Tapi Binar terlanjur janji pada Aivy untuk membelikannya buku ma..."
" Nih...ini sedekah dari gue!!" Lyra melempar uang 20ribu di depan Binar.
Jika menuruti egonya, ingin rasanya Binar menjambak rambut bercat coklat itu saking geramnya.
Ditatapnya uang ditanganya itu dengan bingung, dapat apa uang segitu.
" Kak...Aivy udah siap..."
Gadis kecil itu kini sudah nampak rapi. Tapi karena belum pintar menguncir rambut, tentu tidak rapi dan tingginya tidak simetris.
Sementara dirumah ini ada dua wanita, tapi tak satupun yang punya hati nurani.
" Para gembel, belagak kaya. Sok-sokan jalan-jalan ke Garmedeo segala..ha..ha.," Lyra dengan keras menertawakan mereka.
" Kak, kita bukan gembel kan?" Bisik Aivy.
" Bukan dek, merekalah gembel yang sebenarnya!. Ayo kita berangkat.."
Binar menggandeng gadis kecil itu keluar rumah dan menuju motor Binar.
Sepanjang jalan Binar terus berfikir, karena rencananya dia ingin mengajak Aivy makan diluar, tapi lihatlah sekarang...
Dia hanya mengantongi uang 20rb saja, bisa dapat apa coba.
" Ya Tuhan...." Desahnya.
" Kenapa kak?" Tanya Aivy yang berada di depanya.
Binar hanya tersenyum dan menggelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan.
Tidak mudah bagi Binar untuk menghancurkan impian adiknya untuk bisa jalan-jalan di Mall terbesar itu. Bahkan sudah hampir enam bulan Binar mengulur-ulur waktu sampai memiliki uang yang cukup agar bisa mengajak Aivy.
Tapi saat uangnya sudah ada, justru para nyamuk penghisap darah itu merampasnya.
Aku harus bagaimana sekarang?
Pinjam pada siapa lagi?
...***...
Garmedeo adalah Mall yang berdiri gagah di pusat kota Surabaya.
Didominasi toko buku yang besar dan beberapa restoran dan tempat permainan anak yang terlengkap.
Saat memasuki Mall, tiba-tiba ada rasa yang aneh pada hati Binar. Ntahlah, rasa apa itu. Binar merasa ingin menangis, hatinya begitu sesak.
" Kak Binar, itu lihat buku princess.., Aivy mau lihat kesana..." Tunjuk Aivy kearah counter buku Disney Princess. Buku bergambar puteri-puteri kerajaan itu begitu menggoda pandangan Aivy.
Gadis itu memilih dengan suka cita, sementara Binar menelan ludahnya bingung. Jelas dia tahu berapa harga buku-buku itu.
Aivy yang terus asyik memilih ini itu tak menyadari bahwa dia telah terpisah dengan Binar yang juga tengah tenggelam dalam lamunanya.
" Mau ini kak, Aivy mau yang ini dan ini..." Tunjuknya pada sosok yang berdiri di sampingnya.
Sosok itu melirik sekilas dan hanya diam, karena dia tidak merasa diajak bicara. Jelas sosok itu tidak mengenal gadis kecil itu yang begitu terlihat bahagia memilih buku
Tepp!
Gadis kecil itu kini meraih jemari sosok itu dan menarik-nariknya.
" Yang ini kak!, Aivy mau ini..." Ucap Aivy tanpa menyadari siapa yang digandengnya itu.
Sosok yang ternyata Shine itu tersenyum ramah dan berjongkok di depan Aivy.
" Jadi little girl mau ini?" Ucapnya lembut.
Aivy terdiam membisu, gadis ini bingung. Kenapa kak Binarnya membuka maskernya di depan umum. Trus kapan kak Binarnya berganti pakaian.
" Kak Binar?" Ucap Aivy masih menatap wajah di depanya ini dengan bingung.
" No, little girl... Ini kak Shine, kamu tersesat ya, mari sayang kita cari kak Binarnya oke?" Shine menggandeng gadis itu menuju kepada yang lain.
Aivy yang bingung hanya menurut saja mengikuti langkah kaki Shine.
Maureen yang melihat Shine berjalan dengan seorang gadis kecil seusianya segera berlari menghampiri.
" Who's she brothy?, she's my friend right?" Maureen begitu antusias.
Gadis itu dengan cepat menjabat tangan Aivy dan menariknya mendekat padanya.
" Hai..friend, i'm Almaureen. Who's you are?"
" Aivy.., Aivy Shofie..." Ucap Aivy.
Mommy Ara yang berada di samping Maureen tersenyum manis. Putri bungsunya ini benar-benar cetakan dirinya semasa kecil, ramah dan hangat kepada siapa saja.
Mommy Ara melihat tampilan gadis yang langsung bisa akrab dengan putrinya itu. Sudut hatinya miris gadis itu terlihat tidak terurus dengan benar. Dari arah-arah sisiran rambutnya yang berantakan saja terlihat jelas. Apalagi satu kancing bajunya yang terlepas dan diganti dengan peniti membuat sudut mata mommy Ara merembes.
Rupanya Shine dan daddy Rangga juga ikut melihat Arah tatapan mommy Ara.
" Hey...don't cry sayang.." bisik daddy Rangga.
Shinepun mengangguk setuju.
Mommy Ara mengusap air bening yang berhasil lolos dari matanya itu cepat.
" Aivy bersama siapa tadi sayang?" Tanya mommy Ara dengan mengelus rambut gadis yang seusia bungsunya itu.
" Sama kakak.." Ucapnya masih dengan menatap Shine yang kini menyerahkan buku pilihan Aivy untuk dibayarkan oleh daddy Rangga.
" Mau mommy sisir rambutnya sayang?"
Aivy yang tidak pernah dipanggil sayang oleh orang lain selain Binar dan papanya itu begitu bahagia.
Gadis itu langsung mengangguk setuju.
Binar yang menyadari ketidak beradaan Aivy disamping begitu panik. Pemuda itu berlarian kesana kemari dengan kacau. Setiap lorong rak-rak toko buku itu disisirnya berulang-ulang.
Sampai pada saat matanya melihat sosok yang membuatnya resah dua hari ini.
" A....A..Aya..." Gumam Binar.
Shanum menoleh sekilas saat mendengar seseorang menggumamkan namanya. Tapi Shanum tak peduli dan kembali memilih buku yang akan dibelinya.
Binarpun berlalu melewati Shanum begitu saja. Semua sudut rak dari ujung sampai ujung ditelusuri nya dengan teliti.
Matanya kembali tertuju pada sosok Shanum.
Pacarnya kok nggak ada?
Apa dia datang sendiri kesini?
Dia lihat Aivy nggak ya?
Minta tolong pada gadis itu rasanya gengsi, tapi kalau nggak ya kasihan Aivy nanti keburu nangis mencari dirinya.
" A.. A...Aya...kau melihat gadis kecil segini disekitaran sini nggak?" Tanya Binar memberanikan diri dengan menekan rasa gengsinya. Sebelah telapak tangannya mengukur sebatas tinggi Aivy pada pinggangnya.
" Banyak tuh disana..." Tunjuk Shanum santai pada counter buku-buku dongeng.
Binar membuang tatapannya ke arah yang ditunjukkan oleh Shanum, tetapi sosok Aivy tidak ada disana.
" Emmmm, Cahaya coba lihat ini..." Binar mengeluarkan ponselnya dan membuka galerinya.
" Dia adikku, namanya Aivy. Dia hilang dari pandanganku, kalau kau melihatnya tolong tahan dia dulu untukku.." Tunjuk Binar pada gambar seorang gadis kecil di ponselnya. Dan tanpa sadar pula Shanum menerima ponsel itu.
" Jadi maksudnya kamu minta tolong sama aku gitu?" Ucap Shanum dengan mata tajam menatap mata Binar.
" Ya..bisa dibilang begitulah.." Ucap Binar dilanjutkan bergegas kembali memutari lorong-lorong rak untuk kembali mencari Aivy.
Berbekal ponsel ditanganya, Shanum juga ikut mencari Aivy.
" Kak Sha, tuh dipanggil uncle..." Saga menarik sweater Shanum untuk mengarah ke ujung toko.
Ternyata semua telah berkumpul di samping pintu masuk toko buku. Semakin mendekat, mata Shanum semakin melebar saat matanya menangkap sosok gadis kecil yang dicarinya ada dalam gandengan tangan Almeer.
" Loh..., adik kok disini?. Itu kakaknya nyariin tuh..." Ucap Shanum setelah berada di depan Aivy.
" Kak Binar?, di mana kakakku?" tanya Aivy.
" Ada disana----" arah tunjuk Shanum tertuju ke dalam toko.
" Kamu kenal Aivy sayang?" Tanya mommy Ara.
" Iya mom, Sha kenal kakaknya. Ini ponselnya saja sama Sha buat nyariin Aivy..." Jawab Shanum.
" Terus gimana dong?" Tanya Rangga.
" Kita tunggu disini aja uncle, kalau kita masuk lagi malah bisa berselisih jalan lagi.." Ucap Shine.
" Ya udah kamu dan Shanum tunggu sini, kami ke resto depan situ ya.... Adik-adik kalian belum makan malam.." Ucap mommy Ara.
" Siap mom..." Ucap Shanum bergaya hormat pada mommy Ara.
" Kamu ini..." Mommy Ara mencubit dagu Shanum gemas.
" Aivy, kita makan dulu yuk.... Kakak Binarnya masih ditungguin sama brothyku tuh..." Ucap Maureen dengan menarik tangan Aivy.
" Reen...sanaan, biar kak Almeer yang temenin Aivy..." Almeer menepis tangan Maureen.
" Ihhh...kakak kok gitu sih, Aivy ini teman Maureen loh..." Sahut Maureen.
" Ya udah nih..." Almeer menyerahkan tangan Aivy yang ada digenggamanya tadi pada Maureen dan pergi begitu saja.
Aivy yang tidak pernah punya teman itu begitu senang bertemu orang-orang yang begitu hangat padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments