Setelah mengantarkan Shanum pulang, Binar segera ke markas. Besok mereka harus turun, karena kelompok yang mereka incar kali ini benar-benar meresahkan.
" Bin, kita harus pemanasan malam ini. Preman stasiun sudah berani mengganggu anak Putra Bangsa, mereka menantang kita, pukul 00.00 malam ini kita ditunggu di depan stadion...." Bisik Roy.
" Oke, mereka jual!!, kita beli...., persiapkan pasukan!!" Suara komando dari Binar begitu menggelegar.
Pemuda itu masuk kedalam ruangan gelap di markas mereka.
Perlahan dibukanya kaosnya, tanganya mengelus punggungnya yang bertuliskan 'Sunn Shan'.
Aku tidak tahu apa arti tulisan ini...
Sebuah nama kah?
Atau dua nama yang disatukankah?
Tulisanya memang berbeda, tapi jika dibaca akan terdengar sama.
Grep, ditutupnya tulisan itu dengan plaster.
Dan Binarpun menuju wastafel untuk membasuh wajahnya.
Rasa pedih begitu menggigit saat guyuran air mengenai luka-luka akibat tindakan impulsifnya tadi.
Pedih, luka-luka itu terasa pedih. Tapi mengingat bagaimana tangan itu berulangkali di sentuh oleh Shanum sedari tadi, membuatnya menarik sudut bibirnya.
" Cahaya....." Desahnya pelan sambil menatap punggung tangannya yang luka.
Aku begitu marah saat kau mengabaikan ku...
Dan dadaku begitu bergetar saat kau sudi menyentuh tanganku...
Apa ini yang disebut orang-orang jatuh cinta?
Apa aku jatuh cinta?
Padamu Cahaya?
Tapi?
...***...
Tok..tok...
Pintu kamar Shanum diketuk dari luar.
Shine berdiri di depan pintu saat pintu itu terbuka dari dalam.
" Boleh bicara sebentar Sha.." Ucap Shine penuh permohonan.
Shanum mengangguk dan melebarkan pintunya agar Shine leluasa masuk, lalu kembali di tutupnya pintu itu pelan.
Mereka sama-sama duduk dipinggir tempat tidur saat ini, saling berhadapan.
Tak ada rasa canggung, karena yang seperti ini sudah sering terjadi. Alasan utamanya jelas karena dihati keduanya tak ada perasaan apa-apa.
" Sha..., ayah dan bundaku besok akan datang..." Ucap Shine memulai pembicaraan ini.
" Ya, aku tahu, papa tadi bilang padaku..."
Sahut Shanum tenang.
" Dan apa kau juga tahu, bahwa kedatangan mereka untuk memintamu bertunangan denganku?" Tanya Shine dengan menunduk.
" Ya, aku juga tahu..." Jawab Shanum lagi, masih dengan ketenangan yang sama.
" Bundaku..., maksudku..., bundaku baru kali ini mau kembali ke Indonesia setelah sekian tahun. Aku harap, kau tidak mengungkit nama brothy Sunny di depannya. Aku tidak mau kehilangan Bundaku sekali lagi..." Shine mengusap wajahnya kasar.
" Ya, aku tahu..." Jawab Shanum lagi dengan kata-kata yang sama.
" Sha, aku memang menyukaimu sejak kecil. Sama seperti brothy. Atau mungkin selera kami sama..., entahlah. Tapi Sha...bagiku siapapun yang telah ditandai oleh brothy tak boleh aku lampaui..."
" Jadi untuk pertunangan kita, kita lakukan sandiwara saja..., kita bisa pura-pura setuju saja, bagaimana?" Tanya Shine sendu.
" Begitu juga boleh, tapi....." Shanum hendak mengatakan sesuatu, tapi diurungkanya. Belum saatnya dia mengatakan kemiripan Binar dengan Shine. Binar menyembunyikan wajahnya sedemikian rupa pasti ada tujuannya.
Kemiripan Binar dan Shine membuatnya gila saat ini.
Jika Shanum tidak dalam keadaan waras kemarin, tentu dia akan berlari untuk memeluk Binar karena benar-benar mirip dengan Sunny disaat dia tidak memakai maskernya.
Tapi jelas dia bukan Sunny. Karena jika dia Sunny pasti dia akan mengenalinya, mengenali Shanumnya
Binar hanya Binar yang kebetulan mirip saja dengan Sunny.
Binar bukanlah Sunny!! Titik!!
" Baiklah jika kau setuju, kita bisa memulai akting kita sejak hari ini..."
Shine berdiri dari duduknya.
Puk
Tepukan lembut di daratkanya di pundak Shanum.
" Aku menyayangimu Sha..., ingat itu..." Bisik Shine dengan mata yang menatap lekat pada mata Shanum.
" Aku juga Shine...., aku juga sayang kamu..." Balas Shanum dengan tersenyum manis.
Sepeninggal Shine, Shanum diam membisu. Fikiran nya benar-benar kalut. Tiba-tiba ada dorongan dalam hatinya untuk melihat wajah Binar. Entah kenapa rindu menggerogoti hatinya saat ini. Rasa rindu yang menggebu, rasa ingin bertemu walau sekilas saja.
Shanum meraih ponselnya. Ada nomor Binar disana, Aivy yang menyimpankan untuknya tadi.
" Hallo....hallo...."
Suara Binar terdengar memenuhi telinganya. Shanum hanya diam dan memejamkan matanya.
" Cahaya?, hei....ada apa?, kamu baik-baik saja kan?" Suara Binar terdengar penuh kekhawatiran.
Deghh...
Hah...dia tahu ini gue...?
Ya Tuhan...gue harus gimana ini....aduuhhh...
Shanum kebingungan sendiri, gengsi dong bilang kangen. Walaupun kenyataannya iya.
" Ehh...ahhh.., ma..maaf Bin. Salah pencet gue...sorry ya.." Ucap Shanum gelagapan. Padahal dalam hati dia begitu berbahagia saat mendengar suara Binar.
" Aku cuma khawatir, jika kamu akan meninggalkan Sunnymu dan berlari padaku saat kau melihat betapa tampanya aku..."
" Suatu saat jika kau melihatku tanpa masker dan jatuh cinta kepadaku, aku akan langsung menolakmu, ingat itu kerdil..."
Ucapan Binar terus terngiang-ngiang dalam benak Shanum.
" Akkhhhhh..., kamu tidak setampan atau lebih tampan dari Sunnyku!!!, karena kalian sama, sama-sama tampan.."
Teriak Shanum kesal.
" Lagian siapa juga yang jatuh cinta sama lo!!! Dasar kepedean!!" Lagi, Shanum berteriak sendiri seperti orang gila.
Drttt...drttt..drtt..
Ponsel Shanum menyala tanda ada panggilan masuk.
"Alexandria..." Gumamnya saat membaca siapa yang memanggilnya malam-malam begini.
" Ya Lex, ada apa?" Tanya Shanum dengan menempelkan ponsel pada telinganya.
" Roy akan tanding malam ini, lo mau ikut nggak?" Tanya Alexa to the point.
" Roy pakai motor Ninja?" Tanya Shanum malas-malasan.
" Enggak, dia pakai Ducati untuk malam ini dan apa kau tahu Ya, hadiahnya gede banget cuy....." Sahut Alexa bersemangat.
" Ducati ya. Oke, gue ikut. Bentar gue ajakin Shine dulu..." Sahut Shanum antusias.
" Okey gue tunggu ditempat biasa ya.." Ucap Alexandria dan mengakhiri percakapan mereka.
Shanum segera melemparkan ponselnya ditempat tidur dan segera berganti baju.
Menonton Roy balapan atau bahkan bisa ikutan diboncenganya adalah hal yang sangat ditunggu-tunggu olehnya.
" Shine...shine..." Shanum menggedor pintu kamar Saga.
" Hemmmm" Shine keluar hanya dengan kaos dalam dan celana pendek ketatnya.
" Isshhh...Shine!!!. Nggak sopan!!" Teriak Shanum saat mendapati tampilan Shine yang begitu sexy.
Shine hanya mengusap tengkuknya dan tertawa.
" Ha..ha..ha...ada apa?" Tanyanya santai.
" Nonton balap yuk Shine..., Roy main loh..." Ajak Shanum.
Shine berfikir sesaat, saat ini dia sedang asyik battle game dengan Saga, dan lawannya adalah Almeer dan Almaeera. Sebenarnya sebentar lagi juga selesai.
" Tunggu bentar bisa?, lagi tanggung soaln---"
" Ya elah kak Sha!! ganggu aja deh kakak!!, jadi terpukul nih!!" Seru Saga dari dalam dengan nada yang terdengar kesal.
" Sini, biar Maureen yang terusin, brothy pergi aja sama kak Sha..." Maureen menyambar stick PS dari tangan Shine lalu nyelonong masuk dan duduk begitu saja di samping Saga.
" Dia itu....?" Tanya Shanum heran, ditatapnya gadis kecil itu. Harusnya kan Almaureen jadi sporter kedua kakaknya, eh kok malah dianya memasang diri sebagai lawan?.
Setelah berganti pakaian, Shanum dan Shine segera meluncur ke tempat yang telah di shareloc oleh Roy. Shine menggunakan motor Ninja milik papa Vino.
" Gue boleh turun nggak kira-kira?" Tanya Shine dengan sedikit menolehkan kepalanya agar Shanum bisa mendengar suaranya.
" Entahlah, kita akan tahu jawabanya saat sudah bertemu dengan Roy nanti.." Jawab Shanum dengan kencang, tubuhnya sedikit terangkat agar bisa mencapai telinga Shine.
Tak sampai dupuluh menit mereka telah berada di area stadion lama. Tepatnya stadion yang telah terbengkalai.
Alexandria melambaikan tangannya memanggil keduanya.
" Hai Shine, you here?" Sapa Roy. Lalu mereka bersalaman ala cowok dan berbincang-bincang. Beberapa teman-teman Roy, atau tepatnya para anak Putra Bangsa sedikit terkejut melihat Shine. Tatapan penuh selidik terus tertuju pada Shine.
Dari kejauhan Binar yang baru menyadari kehadiran Shanum segera merangsek mendekat.
Tanganya dengan cepat menyambar tangan Shanum yang sedang berbincang dengan Alexa dan beberapa cewek lainya.
" Ikut gue bentar..." Ucap Binar tanpa mempedulikan tatapan beberapa anak yang menatapnya heran.
Binar membawa Shanum ke sudut stadion yang sepi dan gelap.
Dengan tangan Shanum yang masih dalam genggaman Binar mereka kini saling berhadapan.
" Lo kenapa bisa disini?" Tanya Binar.
Dadanya begitu bergetar hebat melihat Shanum yang terlihat begitu cantik dengan rambut yang diikat kuncir kuda, dengan poni yang menutupi dahinya.
" Gue memang selalu ada saat Roy turun sirkuit..." Jawab Shanum masih terus menatap wajah yang begitu di rinduinya sejak tadi. Hatinya serasa ingin meledak, saat tanganya masih saja dalam genggaman Binar.
" Masa?, kok gue nggak pernah lihat.." Ucap Binar, tak berkedip menatap wajah cantik di depannya.
" Bukan nggak pernah lihat, lebih tepatnya mungkin dahulu gue memang nggak terlihat dimata lo..." Jawab Shanum.
Binar mengangguk setuju, tapi matanya tak sekalipun berkedip menatap Shanum.
" Aya...., gue....." Binar tiba-tiba bingung akan bicara apa, gugup dan canggung menyerangnya sesaat.
" Lo..., kenapa?"
" Gue mau turun juga, lo mau diboncengan gue?" Tanya Binar penuh harap.
Shanum terdiam sesaat, seolah-olah sedang memikirkan sesuatu.
" Tapi biasanya gue ikut Roy. Hari ini Shine juga mau coba turun. Gue bonceng Shine..." Jawab Shanum dengan rasa sesalnya. Jelas dia ingin sekali bisa diboncengan Binar.
" Shine ikut!!" Mata Binar membelalak kaget, tangan Shanum terlepas dari genggamannya.
" Sial!!, Ayo...." Binar kembali menarik Shanum kembali ke kerumunan. Dengan cepat Binar merangasek ke dalam kerumunan dan mencari keberadaan Shine.
Shine yang sedang bersama dengan Roy begitu terkejut melihat keberadaan pemuda yang begitu mirip dengannya berdiri berdampingan dengan Shamum berada tepat di depanya.
Matanya melotot tak percaya melihat ini...tiba-tiba air matanya merembes...
" Brother.....Sunn--" Bibirnya bergetar hebat saat menyebutkan nama itu.
" Ikut gue.....cepetan!!" Binar menarik Shine dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya masih menggenggam tangan Shanum dari tadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments