" Bin.., Teratai Hitam bikin ulah" Bisik salah seorang teman Binar saat keduanya berada di pasar Bungurasih malam ini. Seperti biasa, Binar bekerja di pasar saat dini hari begini.
" Ada yang luka?" Tanya Binar dingin.
" Felix dan Alam patah kaki karena ulah mereka.." Bisik pemuda yang bernama Zeldo itu.
" Baiklah, lo selidiki dulu. Kalau memang mereka terbukti yang bersalah. Kita turun besok..." Sahut Binar.
" Oke Bin, kita kumpul di markas pukul sepuluh pagi ini, gimana?"
" Boleh.." Jawab Binar tanpa menoleh.
...***...
" Kak bisa antar Aivy kerumah Maureen....?" Rengek Aivy pagi ini.
" Dihh, sudah!! Nggak capek apa ngerepotin orang melulu!!, apa kamu nggak malu!" Sentak Binar yang sedang menyetrika pakaian.
Hawa panas di ruangan laundry yang sempit membuat suasana hati Binar tidak bagus, amarah bisa datang kapan saja. Apalagi saat ini fikiran Binar sedang kalut memikirkan penyerangan yang terjadi pada beberapa anggota genknya.
Ditambah lagi omelan-omelan mama Ganis dan Lyra yang terus menerus semenjak kepulangan mereka dari jalan-jalan bersama keluarga Shanum kemarin.
Aivy yang tidak pernah dibentak Binar selama inipun terkejut. Gadis itu menunduk takut.
Selama ini, dirumah ini hanya kak Binarnya dan papa Sanjaya yang memperlakukannya dengan baik. Tapi papanya sekarang tidak berada disini.
Tapi hari ini, kak Binarnya terlihat sama saja dengan kedua mak Lampir itu. Membentaknya...
Tes..tes..tes...
Air mata gadis kecil kelas 4 sekolah dasar itu menetes dipipinya begitu saja. Angan bahagianya untuk bisa menghabiskan liburannya dengan Maureen lenyap sudah.
Kembali lagi terkurung dirumah yang bagai neraka ini. Kebahagiaan Cinderella rupanya hanya sekejap, karena dia harus menerima takdirnya kembali, menjadi sesuatu yang tak nampak, tak terlihat di dalam rumah besar ini.
Perlahan gadis itu melangkah kembali ke kamarnya dengan masih menunduk.
Ada rasa sedih dan takut yang teramat sangat pada diri Aivy saat ini.
Sedih, dia sedih.... Karena kehilangan sandaran yang selama ini begitu membuatnya nyaman. Tapi saat ini, sandaran itu hilang... Kak Binarnya mulai meninggalkan nya.
Takut, dia takut sendirian menghadapi orang-orang asing dirumah ini, karena kak Binarnya ternyata sama saja. Dia telah membuangnya.
Aivy membuka ranselnya, mengelus foto-fotonya bersama Maureen dan saudara-saudaranya.
" Hikk...hik.... Kenapa kita tidak sama Reen?, mommymu begitu baik. Tapi mamaku seperti mak Lampir yang bisa menelanku kapan saja . Kakakmu begitu menyayangimu..., tapi lihatlah kakakku....hik..hik, dia sudah membentakku...hik..hikk.."
Binar yang berdiri didepan pintu terkesiap sesaat. Ingatanya terlempar pada beberapa waktu lalu.
Astaghfirullah...aku membentaknya..
Aku sudah membuatnya sedih dan kalut..
Pasti dia kebingungan dan cemas.
Rasa sesal begitu menyelubunginya saat ini. Baru kemarin dia melihat pancaran kebahagiaan diwajah adiknya selama ini. Dan dengan teganya Binar menghempaskan kebahagiaannya begitu saja barusan.
Adiknya tidak pernah liburan sejak dulu, keluar rumahpun hanya berangkat sekolah.
Lingkup hidupnya hanya rumah yang bagai neraka dan juga sekolahan yang malah membuatnya tak nyaman.
Teman-teman banyak membullynya, gadis yang sejatinya lengkap memiliki kedua orang tua utuh itu justru mirip seperti anak yatim piatu. Mama Ganisnya tak pernah hadir di acara sekolahnya sejak dia diterima di TK ataupun Sekolah Dasar.
Hanya ada papa Sanjaya dan Kak Binarnya selama ini, mereka berdua adalah adalah papa, kakak sekaligus mama untuk Aivy.
" Aivy sayang, bersiaplah. Kakak akan antar kamu ke Maureen..."
Binar berjongkok didepan Aivy.
Gadis kecil itu menatap mata Binar dengan penuh pertanyaan. Menelisik kedalam mata itu, dan ya... Dia sangat tahu kakaknya masih kak Binar yang sama.
" Maafkan kakak sayang..., kakak banyak fikiran tadi.." Binar meraih pucuk kepala Aivy dan di kecupnya penuh rasa sayang.
Dua tepak bekal telah dipersiapkan Binar untuk dibawa Aivy.
...*...
" Jangan membuat repot disini. Kalau tante Vera dan mommynya Maureen repot dibantuin, denger nggak?" Pesan Binar setelah menurunkan Aivy di depan pekarangan rumah papa Vino.
" Nanti kakak jemput lagi. Ingat jangan bikin repot!!" Binar merapikan jilbab adiknya.
" Kamu nggak ikut Bin?, hari ini kami akan mancing loh" Suara Shanum membuat Binar terkejut, pemuda itu segera membetulkan posisi maskernya.
Shanum yang entah sejak kapan telah berada di balik pagar rumahnya, terlihat begitu imut.
Mata Binar terpaku sesaat, menatap manis senyum gadis cantik di depanya.
" Nggak, gue ada acara sendiri.." Jawab Binar cepat.
" Oh..." Sahut Shanum.
Binar melebarkan matanya mendengar reaksi Shanum yang santai.
Lagian apa yang diharapkan nya?, apa dia berharap Shanum ngesot-ngesot meminta dia tetap tinggal. Tidak bukan?
" Huffttt..." Binar menghembuskan nafasnya dari balik maskernya.
" Aivy ingat pesan kakak!. Nurut sama yang lebih tua, oke?" Binar kembali mengelus pucuk kepala Aivy.
" Cahaya, gue titip adek gue..." Ucap Binar tertuju pada Shanum.
" Siip, tenang aja. She's will be happy with me.., bukan begitu Aivy?" Shanum yang telah keluar pagar itupun merangkul gadis kecil itu sayang.
Aivypun ikut melingkarkan tangan mungilnya di pinggang Shanum dan mengangguk setuju atas ucapan Shanum.
Binar tercekat tak percaya melihat penampilan Shanum saat ini, pemuda itu susah menelan ludahnya sendiri.
Bagaimana tidak?, Shanum mengenakan celana hotpants yang begitu pendek. Paha mulusnya tereksplor begitu nyata di depan matanya.
" Mending sekalian saja nggak usah pakai celana!!" Umpat Binar kesal.
" Maksud lo?" Shanum menatap mata Binar yang penuh permusuhan.
" Itu!!" Tunjuk Binar pada paha Shanum dengan isyarat matanya.
" Kenapa? Kamu ngiler?, sini gue lap air liur lo!!" Shanum dengan santai mengangkat ujung kaosnya.
" Berhenti disitu!!, ckckck... Kasihan Sunny lo, pasti nangis liat ceweknya modelan lo..." Ucap Binar sinis.
" Gue modelan apa memangnya hah?, lo kenapa sewot!!, berasa kelilipan paha gue lo ?" Sentak Shanum.
" Sunny...sunny..., lo salah pilih.." Gumam Binar lagi, kali ini lebih sinis.
" Sssttt, jangan sebut-sebut namanya!!, lo nggak pantes!!" Sahut Shanum tak mau kalah.
" SUDAH!!! " Teriakan Aivy mengagetkan keduanya.
" Kalian ini berantem terus! Seperti Kucing dan Tikus!. Kak Binar kucingnya, dan kak Aya tikusnya. Capek Aivy dengernya!!" Gadis kecil itu menghentakkan kakinya dan berlari masuk ke dalam pekarangan rumah Papa Vino.
" Tuh kan gara-gara lo tuh!!" Bentak Binar.
" Kok gue!, gara-gara lo tepatnya!" Sanggah Shanum dengan jari menunjuk pada wajah Binar.
Gacha!!. Ini saatnya...
Dengan cepat Binar menyambar jari Shanum dan...
Krek!!
" Awww....mama!!!!" Jerit Shanum histeris.
Saat jari telunjuknya masuk ke dalam mulut Binar yang masih bermasker itu, dan digigit olehnya seperti dia menggigit jari Binar kemarin.
" Jahat kamu!!" Shanum menyerang perut Binar dengan cubitanya yang brutal.
" Akhh" Suara ******* Binar tertahan, pemuda itu berusaha menahan diri untuk tidak meledak dalam amarahnya.
" Hey...sudah! Aya berhenti!" Bentak Binar dingin.
Lagi, Shanum begitu ngeri mendengar suara mengerikan Binar seperti ini.
" Sakit tahu Bin!!, kau itu lelaki apa bukan!!, sama cewek kok balas dendam!!" Umpat Shanum.
" Ya, gue emang pendendam asal lo tau!, dan apa yang lo lakuin pada gue barusan. Akan gue balas juga! Tunggu aja!" Ucap Binar.
" Hiii...takut gue..." Balas Shanum pura-pura takut.
"Dah..dah..., telinga gue berasa tertusuk duri tiap kali gue denger suara cuit-cuit lo, dasar tikus kerdil!!" Ucap Binar seraya mengenakan helmnya. Dan berlalu dengan cepat meninggalkan Shanum begitu saja.
" Hiiihhh...sakit banget...huhhh..huhhh" Shanum meniupin jari telunjuknya yang pedih bekas gigitan Binar.
Sementara Binar tertawa ngakak sepanjang jalan, ketika matanya tak sengaja melihat Shanum meniupi jarinya dari kaca spion motor miliknya.
" Rasain lo!!, siapa suruh nggak sopan sama Binar..ha..ha..ha.."
...***...
" Besok kita turun! " Perintah Binar pada pasukannya.
" Tapi kalian tunggu info dari gue, jangan turun sendiri-sendiri. Mereka ini target polisi. Sebisa mungkin kalian jangan menyerang duluan, menghindar saja dan terus bertahan. Jangan ada satupun yang memperlihatkan penyerangan berlebihan..."
" Tapi... , saat kalian berada diluar jangkauan CCTV, silahkan berbuat sesuka hati..., tapi ingat!!, jangan sampai membuat lawan kita mati!!" Pesan Binar panjang lebar.
Para pemuda sekitaran usia lima belas tahun keatas itupun mengangguk patuh pada BUANA "the eagle eye"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments