Binar tersenyum dalam tidurnya, wajah Shanum yang imut menari-nari dalam benaknya.
Hari ini benar-benar hari yang membahagiakan hidupnya disepanjang ingatannya. Gadis bar-bar bernama Cahaya itu begitu menggemaskan dimatanya. Marahnya begitu imut, senyumnya begitu manis, dan cerewetnya membuat kangen.
Flashback off
Puas berkeliling kebun binatang mereka kini mengunjungi sepanjang jalan Ahmad Yani.
Dimana di sepanjang jalan protokol di Surabaya itu ditumbuhi oleh bunga Tabebuya yang sedang berbunga. Sebenarnya ini sangat aneh, karena biasanya Tabebuya akan berbunga di musim panas.
Tapi saat ini, disaat hujan mulai gerimis dan angin berhembus pelan, kelopak bunga Tabebuya berguguran membuat suasana kian romantis.
" Kak Sha..tolong fotoin Aivy dan Maureen disana..." Pinta Maureen.
Shanumpun menuruti kemauan adiknya. Kesana kemari mengabadikan momen kebersamaan keduanya.
Shine terlihat sedang menerima telpon dari ayah dan bundanya. Karena beberapa saat lalu ayah Marvel mengabari mereka bahwa mereka baru turun dari pesawat. Mereka akan mengunjungi kakek Syahril terlebih dahulu baru menyusul ke Surabaya bersama Bianca dan Rasya.
Semenjak tragedi gigitan maut Shanum pada jarinya, Binar terus menyusun rencana untuk membalasnya.
Baru seorang Shanumlah dalam ingatanya yang berani kurang ajar begini padanya.
Shanum merentang kan tanganya di bawah kelopak Tabebuya yang berguguran. Matanya terpejam menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya. Kelopak-kelopak bunga berguguran membelai rambutnya yang panjang tergerai.
Perlahan-lahan gadis itu memutar tubuhnya, slow motion seperti di film-film yang dilihatnya di TV.
Tapi saat matanya terbuka, Binar berdiri tepat di depanya.
Kaget, itulah yang dirasakan Shanum saat ini. Posisi mereka begitu dekat, bahkan saat ini mereka sama-sama diguyur oleh kelompok bunga Tabebuya yang berguguran.
Shanum merasakan jantungnya tiba-tiba berdebar tak karuan, tatapan Binar begitu membuatnya merinding to the bone.
" A..a..apa?, kenapa kau disini?" Tanya Shanum canggung.
" Cuma lewat.." Jawab Binar dingin.
" Minggir sana, gue mau mandi bunga. Biar berasa ngartis gitu Bin..... Tolong Bin, videoin ya...." Shanum menyodorkan ponselnya pada Binar. Alisnya turun naik merayu kesedian Binar.
" Ck! Sok cantik!! siniin...." Umpat Binar kesal, tapi tetap menerima ponsel dari tangan Shanum dan melakukan apa yang di perintahkan Shanum padanya.
Beberapa saat lamanya Binar menjadi fotografer dadakan demi seorang yang bernama Shanum.
Dan dia sendiri heran kenapa dia mau-maunya diperbudak oleh seorang wanita begini, apalagi kenal saja tidak terlalu.
" Harusnya kita ke jalan Nias Bin, disana ada Tabebuya warna ungu.."
" Pasti mirip sakura.... Apa kau tahu Bin, Sunnyku berjanji membawaku ke Jepang untuk melihat Sakura yang mekar...". Shanum berbicara dengan mata yang cerah bersinar tiap kali membicarakan Sunny.
" Ck...kau itu merepotkan!, Sunnymu pasti menahan diri saat bersamamu!!" Ucap Binar.
" Heyy, kau jangan kutang ajar ya Bin!!" Bentak Shanum marah.
" Kutang??, maksud lo kacamata di dada lo?" Tanya Binar dengan nada datar.
" Heyyy, jaga mulutmu!!" Teriak Shanum histeris.
Binar mengulum senyum dalam maskernya. Menjahili gadis ini membuat adrenalinya naik. Rupanya tak harus turun perang saat tawuran saja. Kepuasan menjahilin Shanum rupanya juga mengasyikkan.
" Kapan-kapan kita ke jalan Nias, lihat Sakura KW yang kau bilang itu.." Ucap Binar.
" Kamu ngajak aku?" Tanya Shanum tidak percaya.
Matanya menelisik keseriusan ucapan Binar pada mata indah itu.
Ditatap Shanum seperti itu, rupanya dada Binar bergejolak luar biasa. Debaran hangat menjalari hatinya saat ini.
" Nggak mau ya sudah..." Ucap Binar dengan langsung berbalik jalan. Gadis itu berbahaya, bisa merontokkan hatinya bila terlalu lama bersamanya
" Heyyy, kau itu aneh!!, kapan aku bilang nggak mau?, kalau nggak serius ngajakin orang nggak usah sok-sokan deh, PHP doang..."
Shanum menarik topi hoodie Binar hingga pemuda itu mundur beberapa langkah kebelakang.
Tapi dengan cepat Binar berbalik dan kini berhadapan dengan Shanum.
Matanya menatap mata Shanum yang bulat dan lebar, indah.
Tuk..tuk...
Dua kali sentilan Binar mendarat di kening Shanum tiba-tiba, membuat gadis cantik itu melotot tajam.
" Heyy, kamu menyentil ku?, beraninya kau..." Bentak Shanum marah. Matanya melebar sempurna, kedua tanganya berkacak dipinggang.
"Ckk.., hey Cahaya.... Belum melihat wajahku saja sepertinya kau sudah tergila-gila padaku.." Bisik Binar pada telinga Shanum.
" Heyy tuan Binar, pede sekali anda ha..ha..., ck..ck..narsis juga kamu!. Sok ketampanan" Dengus Shanum geram.
Binar maju selangkah, berdiri tepat di depan Shanum. Kedua tanganya terlipat didadanya.
Kepalanya menunduk menuju telinga Shanum.
" Kau menuduhku sok pede nona?, mari saya ingatkan..."
" Petama, kamu penasaran sampai merengek memintaku membuka masker..."
" Kedua, kau begitu inginya ngedate sama aku, sampai-sampai kamu marah, dan menuduhku PHP.."
" Ketiga, kau menarik topi hoddieku barusan agar aku tidak meninggalkanmu,...iya kan?"
Binar kembali tertawa dari dalam maskernya.
Sementara Shanum menggaruk rambutnya geram. Gadis itu menggelengkan kepalanya berulang kali.
Kedua tanganya menjulur dengan cepat menuju leher Binar.
Grepp...
Tangan mungil itu mencekik leher Binar. Pemuda itu terpaku tidak percaya, dengan keberanian Shanum.
" Ha..ha..ha.., kau fikir bisa membunuhku kerdil?" Bukanya merasa tercekat, Binar justru malah tertawa geli saat tangan Shanum menyentuh lehernya.
" Aku bukan kerdil Binar!!" Teriak Shanum geram.
Benci dan sesak, itulah yang dirasakannya saat ini. Kerdil, adalah panggilan Sunny padanya.
Lantas siapa Binar?, berani-beraninya dia memanggilnya seperti Sunny memanggilnya
" Jangan memanggilku kerdil..." Gumam Shanum pelan.
" Kenapa?, kau memang kerdil..." Jawab Binar santai
" Pokoknya aku bilang jangan!!" Shanum kesal akan keras kepala Binar.
" Lihat, tinggimu saja tidak melampaui bahuku..." Ucap Binar dengan mendekatkan dirinya pada Shanum, bahkan tubuh mereka saling bergesekan.
Dag..dug..dag..dug..
Mereka saling mematung saat rasa asing menjalari hati keduanya. Rasa yang nyaman. Rasa yang indah, seolah-olah bunga-bunga bermekaran di hati keduanya.
Shanum melirik sekilas, begitupun Binar.
Saat mata mereka bertabrakan, ada sinyal arus listrik yang menyetrum dihati keduanya.
" E..i...itu.., ki..kita balik ke mobil aja yuk.." Ucap Binar gagap.
Shanum hanya mengangguk, tiba-tiba bibirnya kelu tak mampu berkata-kata.
Dia berjalan sambil menunduk dibelakang Binar.
Dukk..
" Awwww.." Shanum menggosok hidungnya yang menabrak punggung Binar yang tiba-tiba berhenti.
" Ssttt, Aya...kamu jalan kesana" Bisik Binar, jarinya mengkode agar Shanum berbalik arah.
" Kenapa?" Bisik Shanum.
" Menurut!!" Suara Binar terdengar dingin dan tegas. Membuat siapa saja yang mendengar bagai tersihir oleh hipnotisnya.
Tanpa berfikir apa-apa lagi, Shanum pun segera berbalik.
Untung saja Shine tak jauh dari mereka, Shanum yang merinding saat mendengar suara dingin Binar segera berlari ke arah Shine secepatnya.
" Wehhh, siapa gadis itu Bin?" Tanya pria gundul, berbadan atletis dan penuh tattoo itu mendekati Binar.
" Gadis mana?" Tanya Binar tegas.
" Halah!!, yang besamamu tadi..." Ucap pria gundul bernama Glenn itu.
" Jika kau terlanjur melihatnya, maka rahasiakan. Jangan menganggunya!!, seinci saja kulitnya lecet karena kalian....
Bersiap lah untuk mati saat itu juga!!" Bisik Binar.
" Ha..ha..ha.... Nggak janji gue Bin...sorry.." Ucap Glenn, matanya lekat menatap Shanum yang kini bergelendotan manja pada tubuh Shine.
Binar mengikuti arah pandang Glenn. Matanya terasa pedih saat melihat Shanum begitu manja pada Shine. Sudut hatinya merasakan ketidak relaan. Adapula rasa marah yang meluap saat ini, ingin sekali dia meninju wajah Shine yang terus tersenyum menatap Shanum. Flashback off
Keluarga om Rangga dan om Vino itu begitu baik.
Mereka memperlakukan aku dan Aivy seperti keluarga mereka sendiri.
Kenapa aku merasa mereka itu saudaraku sendiri.
Terlalu serakahkah aku?
Terlalu tak tahu dirikah aku?..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 122 Episodes
Comments