Chapter 9: Benarkah. Dia kembali?.
Guru guru ke luar dari kelas dan ruang guru saat kejadian ini berlangsung. Semua siswa dan siswi juga berhamburan pergi ke lapangan melihat teman mereka yang berada diatas sana. Banyak guru juga berlarian terutama guru laki laki menuju ke atap gedung tempat Jimmy membutuhkan pertolongan.
Jun dan Good juga ikut naik ke atap gedung berinisiatif untuk menolong.
Red yang penasaran dengan apa yang terjadi mengikuti teman temannya pergi ke lapangan.
"Dia disana. Apa yang dia lakukan?" tanya Red.
Gadis berbaju putih dan rok denim putih maxi dan sepatu boot hitam dan rambut pendek pink ada disana. Bling hanya berdiri melihat ke arah Jimmy yang sedang membutuhkan pertolongan lalu segera pergi menghilang.
Dengan bantuan Sammy, Ben dan Bee akhirnya Jimmy berhasil diselamatkan.
"Syukurlah. Kalian baik baik saja" kata salah satu guru yang datang.
"Kenapa hal ini bisa terjadi?" tanya gurunya lagi.
Kemudian, guru yang lain juga menanyakan hal yang sama seperti guru yang sebelumnya.
Jimmy kemudian dibawa oleh guru mereka bersama dengan Sammy, Ben dan Bee pergi ke ruang perawatan kesehatan sekolah.
"Ayo kita masuk kedalam kelas" kata Red pada Bling.
Red mengajak Bling kembali ke dalam kelas dia tak jadi pergi ke kantin sekolah untuk makan disana. Dia akan makan di kelas membawa kotak makan dari Good tadi.
Ia sudah membawa kudapan yang ia buat tadi pagi sebelum berangkat ke sekolah.
Di dalam kelas ia bersama Bling menikmati kotak box makanan dari Good dan kudapan ikan goreng yang ia buat sendiri. Hasil gaji yang ia terima perhari dari Nenek ia gunakan untuk membuat makanan ini.
Red merasa tidak perlu khawatir lagi karena Jimmy sudah berhasil diselamatkan oleh teman-temannya tadi.
"Mereka belum datang?" tanya Bling.
"Sebentar lagi" jawab Red.
Good datang tanpa kedua sahabatnya.
Duduk makan bersama seperti biasa.
"Aku menunggumu membuat ini lagi. Akhirnya, bagi satu?" kata Good.
"Ambil saja. Salad Ayam gurih buatan ibumu lezat sekali" kata Red.
"Kau bisa berbagi nasi lagi dengan ku?" kata Good. Kemudian bercanda bersama.
"Benarkah. Tapi, lihat aku juga belum habis" kata Red.
"Apa rencanamu setelah lulus sekolah. Sepertinya kau tertarik dengan kuliner?" tanya Good.
"Apa kau menyukai ku?" tanya Red.
"Hey, kawan. Iya, kalau kau mau?" kata Good.
Mereka berdua bercanda bersama didalam kelas.
Semua teman-temannya sedang di kantin sekolah mencari makanan atau sekedar kudapan.
"Apa dia tak lapar?" tanya Red.
"Maksudmu siapa?" tanya Good.
"Jun?" jawab Red.
"Semua teman kita sudah kukirimkan pesan termasuk Jun untuk cepat datang" Kata Good.
"Itu mereka!" kata Bling yang asik menikmati bola bola iklan buatan Red.
Sepulang sekolah Jimmy pergi dengan cepat menerima telepon dari seseorang. Sepertinya sangat serius didengar oleh Sammy yang ditinggalkan oleh Jimmy di kelas.
"Untunglah dia sudah pergi. Aku bisa pulang dengan tenang" kata Sammy masih di kursi tempat duduknya.
"Kau tidak pulang?" tanya Red pada Sammy.
Ben datang menghampiri Sammy.
"Sorry. Aku pulang dulu ya" kata Red.
Jun dan Red pulang bersama.
Jimmy belum mengakhiri obrolannya dengan seseorang yang ia kenal.
"Kenapa kamu sekolah disana?" tanya temannya itu.
"Memang ada apa dengan sekolah ini?" tanya Jimmy.
"Aku tidak bisa menjelaskan tapi kau perlu berhati-hati kedepannya" kata teman Jimmy.
"Aku tidak percaya dengan hal-hal semacam itu" kata Jimmy.
"Terserah!" kata teman Jimmy.
Jimmy sedang diawasi oleh seseorang dari jauh masih dalam area sekolah dan ia tidak menyadarinya. Dia tetap santai disana menyalakan motor lalu pergi dari sekolah.
"Aku tidak tahu besok mau pergi ke mana?" kata Bee.
"Kenapa kau menanyakan hal itu padaku?" kata Ben.
Bee tak pernah lelah mengganggu Ben sejak dulu. Mereka bertetangga sejak kecil sudah terbiasa dengan bahasa non formal yang mereka gunakan setiap hari dalam berkomunikasi.
"Besok kita pergi bersama memanen teh?" kata Bee mengajak Ben.
"Jangan libatkan aku. Kita sudah dewasa!" kata Ben bergegas pergi meninggalkan Bee tak peduli dengan teman-temannya yang melihat ini.
Dia harus pergi menjauh cepat dari tingkah Bee saat ini, itu sudah terbiasa dengan Jun, Red dan Good.
"Apa mereka sedekat itu?" tanya Sammy.
"Wajar saja. Mereka sudah kenal sejak kecil" kata Jun.
Sammy berencana untuk mengembalikan baju milik Ben tapi tak jadi karena melihat situasi yang menghalangi kemajuan Sammy untuk mengambil langkah lagi mendapat maaf dari Ben.
Bling dengan sabar dan senang hati bisa ikut bersama Red sampai pulang sekolah.
Dalam perjalanan menuju pintu gerbang sekolah Bling melihat Hera sudah menunggunya disana.
Saat itu juga Red menyadari keberadaan Hera dan ia tak ambil pusing dengan itu atau cemburu karena temannya kedatangan sahabatnya yang lain.
Bling menunjukkan keakrabannya kepada Hera seperti biasa.
"Kau sedang melihat apa?" tanya Jun pada Red.
"Tidak. Aku hanya memastikan bus datang lebih cepat" kata Red.
"Kalian tidak ikut dengan ku?" tanya Good.
"Iya. Iya. Aku tahu kalian pasti lebih memilih naik bus" kata Good.
Good menuju mobil yang sudah menunggunya di depan sekolah dengan driver pribadi seperti biasa.
Di tempat lain pukul tiga sore di dalam rumah ia berjalan mondar mandir cemas menunggu seseorang. Tirai yang tertutup rapat dan suara jarum jam di dinding rumah mereka mengisi sampai ke semua ruang rumah. Hujan dengan intensitas tinggi telah usai beberapa menit yang lalu menyisakan tetesan air jatuh ke bawah. Hari menjadi gelap sejak hujan datang hingga kini. Apa yang digambarkan saat ini tak cukup jelas bagi remaja ini. Bayang-bayang yang ia anggap halusinasi sering membuatnya sulit percaya meyakini bahwa mereka nyata ada.
Dia mulai paranoid dengan keadaan sekitarnya. Halusinasi yang sering terjadi membuatnya bertambah takut meski hanya melintas beberapa detik di hadapannya secara random lalu menghilang dengan cepat.
Situasi yang tercipta dari sosok itu tak begitu menakutkan tapi cukup membuat seseorang merasakan syok terapi meski remaja ini tinggal di rumahnya sendiri. Dia juga masih ragu apakah apa yang sudah ia lihat adalah benar benar hantu atau hanya efek negatif dari begadang yang sering ia lakukan.
Waktu kembali disaat siswa siswi baru keluar kelas pulang sekolah.
Jun bersebelahan dengan Red dan Good berjalan keluar dari kelas. Sammy berjalan didepan mereka bertiga dibelakang Ben dan Bee yang sedang mengobrol akrab tak bisa diganggu.
Sammy agak sedikit cemburu tentunya tapi dia sedang memikirkan hal yang lebih urgen dari ini. Red menarik tangan kanan Sammy.
Sammy berbalik ke arah belakang menatap Red.
"Kau bisa ikut dengan ku. Ini hanya sebentar?" tanya Red.
"Oh, baiklah" kata Sammy.
Red dan Sammy mengobrol berdua beriringan bersama tidak jauh dari mereka. Mengobrol cukup serius.
"Apa kau ada waktu luang sepulang sekolah?" tanya Red.
"Ada apa Red. Kau butuh bantuan ku?" tanya Sammy.
"Apa kau mau bekerja di sebuah toko makanan bersamaku. Disana membutuhkan satu karyawan lagi?" tanya Red.
"Dimana persisnya tempat kerjamu?" tanya Sammy.
Sammy menyimak penjelasan dimana dan bagaimana detailnya tempat Red bekerja saat Red menjabarkan.
"Aku ikut dengan mu. Aku memang sedang mencari pekerjaan" kata Sammy.
Sammy tentu senang dengan hal ini akhirnya dia bisa bekerja.
Kedua gadis ini bergandengan bersama berjalan keluar dari koridor kelas hingga tak menghiraukan Jun dan Good berjalan dibelakang mereka.
Ben dan Bee pulang bersama dengan sepeda motor milik Ben setelah perdebatan kecil barusan.
"Ternyata dia makin kesini makin seperti pacar Ben" kata Good.
"Itu bisa saja. Mereka terlihat cocok" kata Jun.
"Hanya Ben yang bisa menjinakkan gadis itu" kata Good.
"Ternyata kita suka bergosip" kata Jun.
"Aku pulang dulu" kata Good. Dia sudah dijemput driver pribadinya.
Sammy tidak mengabari pacarnya, namun dia menghubungi Kakak Flow bahwa ia akan bekerja sore ini dan kemungkinan akan pulang terlambat.
"Kau mendapat pekerjaan, syukurlah" kata Flow dalam obrolan mereka lewat ponsel.
Jun dan Red melihat monitor jurusan rute perhentian bus di halte bus dekat sekolah. Banyak siswa dan siswi lain juga dari sekolah lain menunggu bus datang serta warga sipil lainnya.
Red menaiki tangga bus lebih awal dari kedua temannya.
Red merasa ada yang tidak beres dengan kondisi tubuhnya kepalanya terasa pusing dan ngantuk sekali.
Red dan Sammy mendapatkan tempat duduk sedangkan Jun tidak. Dia berdiri didalam bus di sepanjang perjalanan. Rasa sakit di kepala ia tahan, ia berpikir belum perlu menceritakan ini dengan kedua temannya.
Tak ada Bling dan Hera disana ikut bersama mereka.
Ada seorang hantu wanita berambut panjang awut awutan duduk di kursi pojok bus yang dalam perbaikan sehingga tak digunakan oleh penumpang dan digunakan oleh hantu ini. Bau amis dan anyir darah tercium oleh siapapun yang ada di dalam bus. Hantu itu terus menatap tajam ke arah Jun, Red, dan Sammy dengan energi kebencian.
Baju yang ia pakai hitam pekat gaun yang terlihat tak terurus dengan setiap tepi ujung robek kaki tidak menggunakan alas kaki. Seluruh wajah dan tangan serta kaki yang terlihat kotor penuh debu hitam hampir memenuhi bagian itu.
Semua orang orang tak menyadari kehadirannya disana dengan jemari jemari tangan penuh luka goresan dan kulit mengelupas jelas terlihat darah segar kedua tangannya yang ada di pangkuan ia sendiri dan kali ini ia tersenyum serta tertawa gigi gigi kuning menghitam di sela sela gusi dan gigi hampir memenuhi terlihat. Dia terus tertawa dengan puas tak bersuara duduk disana disamping pria tampan berkacamata dengan tanda pengenal di lehernya menggantung yang sibuk dengan gadgetnya lalu tas kerja miliknya yang berbentuk kotak ia taruh di sebelah kiri kaki sendiri.
Hantu itu tak tertarik dengan pria di sebelahnya itu.
Bus terus berjalan dan sesekali berhenti untuk menurunkan penumpang atau menaikkan penumpang.
Jimmy mengendarai motor dengan kecepatan tinggi.
Kemana dia melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, dia masuk ke sebuah gang sempit di pemukiman penduduk yang tidak terlalu jauh dari wilayah tempat ia tinggal dengan sekolahnya. Dia menghubungi dan menghubungi ulang orang yang ada di ponsel sebelumnya. Namun, ia tidak menjawab telpon dari Jimmy. Jimmy juga mengirim pesan kepada temannya itu. Dia tidak membalas pesan dari Jimmy. Karena penasaran dengan kondisi temannya dia memeriksa dari lubang atas pintu rumah dan dia tidak menemukan aktivitas terdengar didalam disana.
"Apa Paman melihat pemilik rumah ini?" tanya Jimmy pada salah satu tetangga depan rumah temannya yang ia cari.
"Dia. Baru beberapa menit yang lalu keluar dari rumah membeli sesuatu dan setelah itu saya tidak melihatnya lagi" kata tetangga temannya itu yang membuka sebuah toko kecil didepan rumah.
"Baik. Makasih banyak Paman" kata Jimmy pada Paman tersebut.
"Iya. Sama-sama Nak" kata Si Paman.
Jimmy kembali menyalakan motor lalu pergi dari sana karena tak bisa bertemu dengan temannya itu.
Rumah teman Jimmy gelap hanya sedikit penerangan yang terlihat itu pun didapat dari sinar matahari yang masuk dari tempat penjemuran baju di belakang rumah menyebar sampai di depan ruang menuju jalan ke ruang tamu yang Jimmy anggap lampu rumah tak dinyalakan karena kondisi langit dibilang cukup terang di sore ini.
Nenek memang menyuruh Red untuk mencari teman yang mau bekerja bersama dengannya di tokonya tersebut dan Sammy diterima kerja ditempat Nenek. Di hari ini juga Sammy bisa langsung bekerja. Jun tak masalah dengan ini karena memang dari yang dilihat cabang toko baru Nenek ini semakin ramai dengan pengunjung yang membeli makanan di tokonya.
Nenek hanya sebentar disana karena harus pergi ke rumah sakit lagi melihat cucunya lagi bersama cucunya yang berumur sekitar dua puluh tahunan baru saja datang untuk menjemput Nenek turun dari mobil hitam.
"Nenek membawa makanan untuk kalian. Kalian pasti lapar setelah bersekolah, ambil saja di lemari pendingin disana" kata Si Nenek pada ketiga karyawannya.
"Terimakasih Nenek" kata mereka bertiga kompak kepada Nenek.
Cucu laki-lakinya membantu Nenek masuk kedalam mobil. Nenek pergi.
Red mendapatkan pesanan makanan secara online dari pelanggan yang biasa mereka memesan makanan di toko ini dari sebuah kantor di bidang jurnalistik di sekitar wilayah toko Makan Sehat ini.
Rambut kepala mereka ikat dengan tali.
Ketiga karyawan itu mencuci kedua tangan mereka secara bergantian sebelum memulai aktivitas kerja. Setelah itu ketiganya kompak memakai apron hijau untuk mengolah bahan mentah makanan. Khusus untuk Jun setelah mengolah bahan makanan dia tidak akan membantu memasak karena akan sangat sibuk dengan tugas mengirimkan makanan untuk para pelanggan yang memesan makanan secara online.
Sammy membantu Red menyiapkan bahan mentah makanan yang akan dimasak sedangkan Jun menyiapkan wadah tempat makanan dan setelah itu juga Jun membantu kedua temannya memasak sebentar.
Sammy sadar dia perlu banyak belajar dari kedua temannya itu sehingga dia sangat hati-hati dari awal menyiapkan bahan mentah sampai cara membungkus makanan yang siap untuk dikirim oleh Jun kepada pelanggan yang memesan makanan.
"Apa kau tadi benar-benar melihat gadis itu?" tanya Bling kepada Hera.
"Benar. Aku tidak salah lihat, dia berjalan tanpa tujuan ditempat ini" kata Hera.
Bling dan Hera ada di tempat perhentian bus terakhir dari semua bus yang beroperasi di kota itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments