Chapter 16: Buket bunga untuk sang kekasih.
Berjatuhan air hujan diatas atap toko bercat merah di sisi luar dan putih di bagian dalam atap putih itu jelas dilihat oleh Jun dan Sammy yang sedang menunggu lampu berubah menjadi merah. Mereka akan menyeberang.
"Jangan harap kita ada dalam sinetron" kata Jun pada Sammy.
"Aku masih sadar" kata Sammy membalas kata-kata dari Jun.
Apa yang dikatakan Jun memang benar hujan sangat deras dan banyak petir datang membuat gemetar siapapun yang sedang berjuang melewati hujan sore menuju malam ini.
Satu mobil melewati mereka saat akan menyeberang.
Hampir separuh pakaian mereka basah terkena air hujan yang terbawa oleh mobil yang baru saja lewat.
"Fantastik" kata Sammy.
"Cepetan. Waktunya kita menyeberang" kata Jun.
Keduanya datang di tempat kerja mereka dengan payung di tangan masing-masing.
Cucu dari pemilik toko tak bisa bicara apa-apa dengan usaha mereka berdua dengan keadaan seperti itu.
"Kalian habis berperang?" tanya Cucu pemilik toko.
"Tidak" jawab Sammy dengan senyum cantik meski wajah penuh luka lebam akibat berkelahi tadi sore.
"Kau tak usah bekerja" kata Cucunya pemilik toko.
"Aku harus bekerja" kata Sammy.
"Kau tidak bertanya padaku?" tanya Jun usil.
"Kalian ganti pakaian kalian. Aku punya baju alternatif lain" kata Cucunya pemilik toko.
Dia mengambil pakaian miliknya yang ada di dalam kamar yang sebelumnya digunakan oleh Red tinggal.
"Pakai ini. Maaf, itu yang ku punya. Jika tak suka kalian harus tetap memakainya" kata Cucunya pemilik toko.
Sammy dan Jun saling tatap menatap.
"Maksa banget" kata Sammy dalam hati.
"Kenapa tak suka. Kalian tetap harus mengganti baju kalian" kata Cucunya pemilik toko.
Sammy membuka baju yang dilipat oleh Cucu bosnya itu.
"Apa lagi, tinggal pakai" kata Jun, cuek dengan ketakjuban Sammy.
"Berhenti untuk bilang wow. Kemarin, kamu juga memakai merek itu" kata Jun.
"Maaf. Jika aku terlalu heboh" kata Sammy.
"Sudah ngobrolnya?" tanya Cucunya pemilik toko.
Mode patuh.
"Sammy hari ini libur kerja. Tak mungkin ia bekerja dengan kondisi seperti ini" kata Cucunya pemilik toko.
"Lalu siapa yang akan menyiapkan menu?" tanya Sammy.
"Biarkan aku dan Jun. Tunggu sampai hujan reda, kau bisa langsung pulang" kata Cucunya pemilik toko.
Jun yang memiliki sifat curigaan muncul lagi, tentu dia kan juga cowok.
Jun berganti pakaian dalam waktu dua menit dia cepat sekali berganti kostum di toilet yang tersedia di sebelah toko ini.
Jun mencuci kedua tangannya dan langsung memakai apron hijau toko makanan ini. Jun melihat cucu dari nenek yang sangat terampil membuat beberapa adonan sejak tadi dan kali ini dia sedang mencampur adonan donat kentang untuk rasa keju dan sosis.
Jun tak mau kalah dengan bosnya itu, dia berusaha bisa mencapai level kecepatan bosnya itu.
"Kau sedang apa. Sammy, jangan terlalu lama didalam sana?" tanya Jun teriak.
"Ternyata kalian sangat akrab" kata Bosnya.
"Dia teman sekolah menengah pertama saya" jawab Jun.
"Sayang sekali gadismu tidak disini" kata Bosnya dengan nada suara meledek.
"Gadisku?" tanya Jun.
"Dia gadis incaran mu kan?" tanya Bosnya.
Jun langsung terdiam saat ditanya tentang Red.
"Ku lihat kalian cocok dan masih sangat muda sekali. Santai saja" kata Bosnya.
Perut Jun berbunyi.
"Setelah membuat adonan ini. Kita makan, aku juga belum makan" kata Bosnya.
Hujan masih sangat deras dan toko masih berjalan ramai seperti biasa karena banyak petir dan hujan memang sangat deras. Toko Makan Sehat menonaktifkan layanan pesan antar yang dilakukan oleh Bos yang sedang menggoreng donat dan membakar sate bumbu manis untuk pelanggan.
Jun juga sedang memasak menu vegetarian, sedangkan untuk Sammy benar-benar tidak boleh bekerja sama sekali oleh Bosnya itu.
Dari kejauhan dalam hujan deras hantu bergaun hitam dan berambut hitam panjang terus memperhatikan mereka dan akhirnya pergi.
Apa yang sedang dikerjakan oleh kedua hantu itu. Mereka sedang membuka pintu yang sulit untuk mereka buka dari luar karena banyak jimat-jimat yang terpasang tak begitu kuat tapi cukup mengganggu. Menunggu satu jam lebih, mereka sangat gigih tak mau menyerah melepas jimat-jimat itu satu persatu.
"Kenapa orang itu memasang banyak jimat?" tanya Bling.
"Aku juga tak tahu" jawab Hera.
Mereka masih saling dorong melepas jimat-jimat dari pintu depan rumah. Butuh satu jam lagi untuk melepas keefektifan jimat-jimat tersebut.
"Jika kita bisa membuka ini. Aku akan membawa makanan yang sangat lezat untuk kita" kata Hera.
"Ok" jawab Bling.
Mereka berhasil masuk kedalam rumah itu.
Kepulan asap keluar dari dalam rumah hujan masih belum reda malah bertambah deras terdengar jelas dari dalam rumah yang gelap tanpa lampu yang menyala. Mereka disana sampai hampir tiga jam.
"Darimana kamu tahu ada mayat di rumah ini?" tanya Bling.
"Aku merasakan keanehan di rumah ini saat terbang diatas rumah ini tadi sore" kata Hera.
"Kemampuan mu semakin berkembang" kata Bling memuji.
"Mungkin karena aku terlalu lama menjadi hantu gentayangan" kata Hera.
"Aku masih penasaran. Kenapa kamu meninggal dulu?" tanya Bling.
"Sudahlah. Aku tak peduli. Aku senang karena aku berguna untuk orang lain. Aku ingat nasehatmu waktu itu" kata Hera.
"Andai saja aku mengenalmu saat kita masih hidup. Aku pasti sangat bahagia mendapatkan teman sepertimu" kata Bling.
"Pegang tanganku. Satu lagi, lalu mungkin kita bisa membuka pintu ini" kata Hera.
Bukan hanya Hera dan Bling ada di disana. Dalam beberapa detik dengan kekuatan gelap yang ia miliki dengan mudah ia pergi datang bahkan tanpa sepengetahuan dari kedua hantu yang ia lihat barusan.
Sekarang hantu bergaun hitam dan berambut panjang itu ada diatas rumah itu menunggu sampai dimana kedua hantu didalam rumah itu bisa membuka pintu itu.
"Seharusnya kalian biarkan saja dia terus membusuk di dalam sana" kata Hantu itu.
"Kalian terlalu baik untuk seorang hantu" kata Hantu itu lagi.
Dia sangat menikmati pertunjukan ini. Suara gelak tawa yang tak berhenti ia lakukan diatas sana dalam hujan yang sangat deras Dia tak peduli.
"Pada akhirnya kalian akan setuju dengan apa yang kulakukan ini" kata Si Hantu ini.
Kunci rumah tak mudah mereka cari dalam keadaan rumah yang berantakan. Pecahan barang-barang yang ada di lantai terpisah kemana mata memandang ruang tamu didalam rumah itu. Jejak jejak kaki seseorang seperti jejak darah yang telah mengering di atas lantai.
Bling dan Hera mencari dan mencari kunci pintu pemilik rumah dan akhirnya.
"Kau temukan dimana?" tanya Hera.
"Di dalam akuarium itu" kata Bling.
"Ieuh" kata Hera.
Akuarium dengan berisi ikan-ikan yang telah membusuk dan sangat kotor berlumut hitam.
"Aku akan membuka pintu ini" kata Hera.
Dengan cepat ia berusaha membuka pintu itu. Pintu itu sedikit terbuka semua aura dari hantu itu telah hilang terbawa oleh udara dan derasnya hujan.
Selanjutnya, apa yang terjadi bau khas mayat yang telah lama membusuk didalam rumah itu mulai tercium menyebar dengan cepat ke segala arah mereka mampu tanpa menyerah. Hingga sampai hujan reda dengan sendirinya ketika pukul setengah satu pagi.
Lolongan anjing yang tak mau berhenti terdengar. Anjing-anjing berkeliaran di sana tanpa henti terutama di sekitar gang dekat rumah itu. Pada akhirnya merekalah yang menemukan mayat itu lebih awal yang menghebohkan orang-orang disekitar rumah itu dengan teriakan anjing-anjing yang bertambah keras dan berulang lebih cepat dan cepat membangunkan orang-orang disana.
Siapa yang tidak penasaran dengan lolongan mereka awalnya mereka akan takut dan akhirnya rasa ingin tahu mereka muncul.
Petugas keamanan yang berjumlah dua orang yang pada saat itu sedang berpatroli di sekitar rumah itu tak sengaja melihat beberapa anjing yang keluar masuk rumah itu.
Bau yang mereka cium tak mereka sangka berasal dari dalam sana anjing-anjing itu pergi saat tahu ada mereka yang mulai mendekat ke rumah itu.
Kedua petugas keamanan itu mulai membuka pintu tak peduli bau yang sedang mereka cium dengan senter lampu besar yang telah mereka nyalakan sedari tadi. Menerangi isi rumah yang sangat gelap dan tentu sangat berantakan.
"Lihat itu" kata salah satu mereka menemukan sebuah mayat laki-laki dibawah lantai dengan kepala dibawah tempat tidur dan kaki diatas tempat tidur dengan mata terbuka menatap ke arah dua petugas itu.
"Mayat!" kata mereka berdua berteriak keras.
Syok dan kaget berat kemudian pergi meninggalkan mayat itu.
Mereka melaporkan kejadian ini kepada pihak kepolisian.
Di pagi sangat pagi dan masih sangat pagi sepuluh menit kemudian semua pihak yang terlibat dalam penyelidikan kasus penemuan mayat ini bergabung di rumah itu termasuk kepolisian dan ahli forensik dari rumah sakit terdekat yang datang.
Mayat yang ditemukan itu adalah mayat seorang pemuda yang berusia dua puluhan tahun yang tinggal dirumah orang tuanya yang bekerja diluar kota hanya dia seorang yang tinggal disana. Dia adalah Bek yang telah meninggal satu minggu yang lalu.
Rumah Bek ramai dengan petugas-petugas itu. Di luar rumah juga berdatangan para tetangga yang tak menyangka bahwa Bek akan meninggal di dalam rumahnya sendiri tanpa sepengetahuan orang lain.
Jenazah Bek mulai dipersiapkan untuk diangkat dan dibawa ke mobil ambulance untuk di otopsi oleh pihak ahli forensik dari rumah sakit yang datang beriringan dengan pihak kepolisian tadi.
Pihak kepolisian langsung menanyakan kepada para tetangga siapa saja yang datang berkunjung di rumah itu di hari hari sebelum kematian Bek. Sudah tentu Jimmy masuk dalam daftar orang yang pernah berkunjung ke rumah Bek sebelum Bek meninggal.
Bodyguard Jimmy, sore disaat bosnya sedang di rumah sakit.
"Kau tak melaporkan ini ke kepolisian?" tanya Bodyguard Jimmy.
"Tak perlu. Alasannya akan sangat lucu jika aku melaporkan ini" kata Jimmy.
"Ya sudah" kata Bodyguard Jimmy.
Hasil medis yang sudah Sammy miliki siap untuk melaporkan Jimmy ke pihak kepolisian sudah lengkap.
Mereka bicara dan saling dengar karena mereka di rumah sakit yang sama dan di ruang yang sama juga dokter yang sama yang telah memberikan pertolongan kepada keduanya secara bergantian.
"Berdamai saja. Dia bisa kehilangan hak warisnya jika berhubungan dengan kepolisian lagi" kata Bodyguard Jimmy.
"Aku takkan melaporkan mu. Jangan salah paham, itu karena kau pernah membantu ibuku" kata Sammy.
"Sejak kapan mantan pacarku memukulku seperti ini" kata Jimmy.
"Asal kau tahu, dia bisa lebih dari itu" kata Bodyguard Jimmy.
"Dari mana kau tahu?" tanya Jimmy.
"Dia muridku" kata Bodyguard Jimmy.
Jun dan Good sedang menonton film pertengkaran antara kedua mantan kekasih yang sedang bertengkar kembali.
"Kenapa kau mau putus denganku?" tanya Jimmy.
"Kamu tanya kenapa, kau tak pernah menyukaiku. Kau hanya memanfaatkanku untuk mendekati Ben rival mu. Kau hanya menyukai Red kan" kata Sammy.
Sammy mencari sesuatu.
Satu bantal ia temukan dari belakang ia duduk sekarang dari ranjang ruang unit gawat darurat.
Bantal melayang di dada Jimmy dengan amat anggun.
Bodyguard Jimmy tertawa lepas dan bagaimana dengan Jun. Dia marah besar kepada Jimmy dan peran Good disini menahan sahabatnya agar tidak marah kepada Jimmy.
"Dan juga kau pikir aku tidak tahu kalau target kamu selanjutnya adalah Bee, hah!" kata Sammy.
Bodyguard Jimmy bertambah tertawa lagi.
Saat Good mendengar itu dia melepas Jun berjalan cepat kepada Jimmy dan mencekik lehernya dengan amat kesal.
Tidak boleh ditiru.
"Lepaskan aku. Aku bisa mati!" kata Jimmy.
"Jangan ganggu gadis itu!" kata Good.
Sammy kaget melihat Good yang ia kenal berubah seratus delapan puluh derajat dari yang ia duga.
"Sammy sekali lagi kau punya pacar kayak dia. Ya ampun sangat merepotkan" kata Jun.
Perawat disana dibuat kaget dengan mereka yang tak bisa akur karena masalah cinta monyet mereka.
"Bercanda kalian tidak lucu!" kata Bodyguard Jimmy terlihat marah.
Menakutkan lebih menakutkan dari Jun ketika marah.
Dari arah yang berlawanan nampak cahaya terang sebuah kendaraan besar muncul tanpa terkendali.
Semua menjadi gelap tanpa ada kehidupan tak ada suara apapun. Tak ada kesempatan lagi. Gadis itu terjatuh terpental di pinggir jalan begitu juga pemuda yang mengendarai motor itu jatuh terpental di pinggir jalan akibat tertabrak truk besar yang kehilangan arah karena pengemudinya mengantuk.
Bay sudah tak sadarkan diri disana. Jun tak jauh berbeda dengan pacarnya itu.
Bunyi ambulance masih sedikit samar terdengar oleh Jun tapi bagaimana dengan Bay. Dia sudah tak bergerak saat mobil ambulance datang membawanya.
Jun sudah tak ingat lagi apa yang terakhir kali terjadi pada mereka yang mereka ingat adalah suara suara orang-orang disana yang tak begitu jelas kata ingatan hanya terdengar jelas adalah suara-suara ambulance yang membawa mereka ke rumah sakit.
Kata-kata tak bisa diucapkan tubuhnya dibawa oleh ambulance sedangkan rohnya masih ada disana dengan bagaimana siapapun mengeluh tubuh itu tak bisa menerima gadis itu lagi. Dia benar-benar telah pergi.
Menunggu dan menunggu agar kekasihnya datang dia disana dan dia tak datang. Meski menangis tetap saja kekasihnya tak datang malam atau siang sudah tak mungkin lagi.
"Berhenti dan sadarlah. Kau sudah meninggal" kata Bay.
Dia tak bertemu dengan kekasihnya hari demi hari dan akhirnya dia menyerah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments