Chapter 3 : Untuk hari ini.
Bling sedang menggoreng donat donat kentang di toko makanan milik Nenek yang ia temui di bus tadi sore.
"Aku takut donat donat ini akan gosong" kata Bling.
Nenek pemilik kedai datang setelah pergi sebentar membeli sesuatu.
"Aku dari tadi mencari Nenek" kata Bling.
"Ini makanlah bersama Nenek" kata Nenek.
Bling merasa dia sangat disayang oleh Nenek yang baru ia kenal.
"Aku selesaikan ini dulu ya, Nek?" Kata Bling.
Bling membantu membawa makanan yang dibawa oleh Si Nenek menaruhnya di atas meja. Bling menyelesaikan pekerjaannya menggoreng donat.
Sekumpulan anak anak remaja datang di dalam toko.
Bling berpura-pura tak mengenal Jun yang datang bersama teman temannya.
"Aku yang traktir kali ini" kata Jun.
Jun memiringkan kepalanya tiga puluh derajat melihat sekilas Bling yang sedang bekerja disana. Ben dan Good sedang memilih menu yang tersedia di toko.
"Dia bekerja disini?" tanya Jun dalam hati.
Bling datang menanyakan menu apa yang akan mereka pesan.
"Kau pesan apa?" tanya Ben kepada Jun.
Good mengetuk meja makan menegaskan bertanya tentang apa yang dipesan oleh Jun.
"Kau pesan apa?" tanya Good bertanya seperti pertanyaan Ben barusan.
Jun menjawab, "Seperti yang kalian pesan".
Bling mencatat semua menu yang mereka pesan di notes kuning kecilnya dengan pulpen cokelat lalu pergi menyiapkan pesanan untuk mereka.
Ben bertanya " Kau sebenarnya kenapa?".
"Tidak apa-apa" Jawab Jun.
Jun sedang merasa ada yang aneh dengan dirinya saat melihat gadis ini. Hatinya mengatakan bahwa dia mirip dengan seseorang namun pikirannya berkata dia bukanlah orang yang sama.
"Sudah jelas dia bukan Red. Mana mungkin, aku masih sadar" kata Jun berbicara dalam hati.
Beberapa menit berlalu mereka asyik menikmati menu makanan yang mereka pesan yang dibawakan oleh Bling.
Bling mengambilkan satu gelas air lagi untuk Si Nenek.
"Kau suka, kalau iya. Nenek akan beli lagi besok?" tanya Si Nenek.
"Nenek baik sekali. Aku merasa tidak enak" kata Bling.
"Sudah makan saja. Habiskan, ini semua sengaja Nenek beli untuk mu" kata Si Nenek.
Bling menikmati cumi bumbu manis gurih dan sayur sayuran yang dimasak dengan cara ditumis juga bebek goreng bersama Si Nenek.
Jun sedang memakan donat isi daging sapi.
"Dimana uang taruhan kita?" tanya Jun kemudian.
"Uang?" tanya Ben berbalik.
"Iya. Uang taruhan kemarin?" tanya Jun memperjelas pertanyaan.
Good sedang menggigit donat kentang isi udang.
"Bilang saja kalau kau butuh uang itu. Kami akan memakluminya" kata Good.
Mereka bertiga saling menatap satu sama lain.
"Jangan bilang ... " kata Jun belum melanjutkan kalimatnya.
Jun menaruh donat rasa coklat diatas piring. Dia, Ben langsung berlutut di hadapan kedua sahabatnya itu.
"Maafkan aku. Uangnya hilang" kata Ben.
"Hilang!" Kata Good terkejut.
"Pelankan suaramu!" Kata Jun.
Jun sudah terlihat marah dengan Ben dia menaruh tangan kanannya di atas pundak Ben sebelah kiri.
"Hilang dimana?" tanya Jun.
"Di sekitar daerah ini saat perjalanan kemari. Aku dirampok" jawab Ben.
Jun dan Good sudah tahu bahwa temannya sedang berbohong.
"Mana mungkin ada yang berani dengan mu. Disini adalah wilayah kekuasaan Ayahmu" kata Jun.
Ayah Ben terkenal ahli bela diri dia juga memiliki usaha turun temurun dalam bidang ini dan sangat terkenal di wilayah tempat sekarang mereka nongkrong.
"Katakan saja pada Ayahnya kalau dia masih suka tawuran" kata Good.
"Pukul saja aku, tapi jangan kasih tahu Ayahku" kata Ben.
"Katakan, untuk apa semua uang kita?" tanya Jun.
Ben sudah terpojok dia tak bisa berbohong dengan teman temannya ini.
"Uang itu diambil oleh pacarku tadi sore" jawab Ben.
Jun melepas pundak Ben, dia tidak jadi marah.
"Jangan bilang kamu takut dengannya?" tanya Good.
"Jangan ditanya lagi, dia sudah merasa malu" kata Jun.
"Lalu, kita tak bisa membeli obat obat itu kan?" tanya Good.
"Lupakan obat obat itu" kata Jun.
"Yang benar?" tanya Good.
"Sudah saatnya kita berhenti" kata Jun.
Jun menunjukkan seluruh isi tasnya dan membuka kedua saku celananya.
"Lihat tak ada obat obatan itu kan" kata Jun juga menunjukkan saku baju kepada kedua sahabatnya itu.
Ben dan Good mengikuti tindakan Jun yang mereka lihat.
"Kau sudah tahu mereka akan datang?" tanya Good pada Jun.
"Tidak. Aku juga baru tahu ada razia Polisi" Jawab Jun.
"Jangan bertengkar, habiskan makanan ini" kata Ben melanjutkan makan malam.
Para polisi datang menelusuri setiap toko toko di sana dan para pengunjung di wisata kuliner malam ini. Polisi juga memeriksa ketiga tas mereka.
Penggeledahan sudah berlalu dan mereka selamat dari razia polisi. Para polisi itu melanjutkan tugas mereka lagi.
Satu jam setengah setelah para polisi sudah pergi dari wilayah mereka nongkrong malam ini.
"Untung saja uang kita hilang" kata Good.
"Kalian memaafkan ku?" tanya Ben.
"Besok kita jangan tawuran dan pakai obat obatan itu lagi, bisa kan?" tanya Jun.
"Siap!" Kata Good dan Ben.
Jun menenggak air minum mineral dalam botol.
"Apa kau tahu obat yang aku berikan selama ini adalah permen?"
"Sejak kapan?" tanya Good.
"Sejak awal aku menjadi pemimpin kalian" jawab Jun.
Baru beberapa bulan yang lalu kira kira sejak awal tahun Jun mulai bergabung dengan mereka menjadi pemimpin. Semua obat obatan yang ia berikan adalah palsu semua hanya permen dengan rasa unik saja dan ajaibnya mereka percaya saja dan tak menyadari hal ini.
"Hubungi mereka semua bahwa tim tawuran kita sudah dibubarkan mulai hari ini" kata Jun memerintah kepada Ben.
Ben mengkonfirmasi berita ini ke semua anggota mereka.
Good sudah menghabiskan tiga donat kentang berukuran besar yang ia pesan. Sedangkan, Jun sedang nyaman menikmati makan malam.
Ben selesai mengabarkan anggota geng mereka tentang hal itu.
"Aku juga sudah bilang agar mereka semua jangan berkeliaran tanpa aturan seperti biasa. Jika iya, kita tidak akan bertanggung jawab dengan urusan mereka" kata Ben.
Jun dan Good mengacungkan jempol tangan mereka kepada Ben.
Bling melihat dan mendengar apa yang mereka bicarakan di dalam toko.
"Mereka sudah tiga jam disini" kata Bling.
Meski mereka terlihat memang anak anak kece seperti karakter antagonis dalam sebuah drama tapi mereka juga masih seorang siswa yang ingat bahwa mereka harus belajar. Di dalam toko mereka juga belajar secara kelompok dan saling melempar pertanyaan dan memberikan jawaban secara bergantian ataupun random. Bling belum ingin pulang dia merasa senang banyak pengunjung yang datang di toko ini untuk memesan makanan.
"Ini baru pukul delapan malam. Ku lihat makanan yang tersedia disini hampir habis" kata Bling.
Jun mendekat ke arah Bling sedang menggoreng donat donat.
"Berapa semua makanan yang kita pesan tadi?" tanya Jun.
Jun membayar pesanan yang ia pesan tadi kepada Bling.
Jun membayar dengan mentransfer uang dengan melalui kode QR ponselnya.
"Ayo kita pulang!" Kata Jun.
Mereka benar benar pulang kerumah mereka masing masing.
"Apa sebutan yang pantas untuk mereka. Mereka lucu sekali" kata Bling.
Bling bekerja disana hingga pukul sembilan malam dengan dagangan yang habis terjual. Nenek terlihat membereskan piring piring yang sudah dicuci oleh Bling menaruhnya di tempat semula.
Di umurnya yang sudah hampir berkepala tujuh kesehatan yang ia miliki sangat hebat. Meja meja Bling lap dan lantai disapu kemudian ia pel sampai bersih.
Mobil berwarna merah datang dan terparkir di depan toko Nenek. Keluar satu orang wanita dan satu orang pria dewasa. Membantu barang barang milik Nenek yang harus dibawa pulang kerumah dan memasukkannya ke dalam mobil bagian belakang dengan barang barang belanjaan mereka yang juga terlihat disana dari kejauhan Bling melihat.
Tak ada obrolan panjang yang ada hanya obrolan ringan yang mereka lakukan kepada Bling. Bling sadar dia adalah seorang karyawan baru Nenek sudah sepantasnya mereka untuk tidak mudah percaya dengan orang yang baru mereka kenal.
Kunci gembok toko diberikan kepada anak laki laki Si Nenek.
Pintu toko di kunci oleh anak laki laki Nenek.
Mereka saling mengucapkan salam perpisahan seperti antara karyawan dan atasan. Bling dalam perjalanan pulang ke rumah dengan menggunakan alat transportasi umum yang tersedia disana. Yang ada di pikiran Bling adalah bagaimana ia bisa cepat pulang kerumah.
"Aku harus cepat mendapatkan bus malam ini" kata Bling.
Di dalam bus ia sendiri diantara banyak orang disana tetap saja kenapa ia merasa selalu sendiri.
Kedua headset dipasang satu persatu ke telinga kanan kemudian ke telinga kiri.
Bling sedang mendengarkan sebuah audio book yang menggunakan bahasa asing.
Udara dingin tak mampu menghindar seperti angin yang masuk ke dalam bus. Gadis ini membuka jendela bus memperhatikan jalanan yang ia lewati dari dalam bus berkursi biru.
Audio book yang ia dengar melalui ponsel belum berakhir lampu lampu dari dalam bus tiba tiba padam.
Bus berhenti pintu bus terbuka masuk kemudian penumpang selanjutnya kedalam bus lampu lampu kembali menyala saat dia tepat berdiri didepan Bling lalu lewat melawan angin yang datang dari arah belakang tempat gadis itu duduk disana.
Pemuda itu duduk sejajar di baris kursi yang sama dengan gadis hantu itu dan tanpa sadar Bling sedang terpaku melihatnya.
Headset sebelah kanan terjatuh ke tangan bagian atas gadis hantu ini, itu membuat ia tersadar.
"Kau boleh menatap ku" kata Jun pada Bling.
Dia memandang Bling dengan tatapan mata yang tak berkedip lama.
Musik di dalam bus menyala menjadi pengiring awal kisah antara mereka berdua.
Bling menunduk dengan ekspresi malu seorang gadis remaja. Padahal dia sudah meninggal cukup lama.
Gadis ini fokus kembali dengan audio book yang ia dengar dari dalam ponsel memasang headset merah muda yang juga milik Red sebelumnya.
Ponsel milik Jun masih menyala dengan wallpaper foto milik Red yang ia ambil saat masih di sekolah.
Ponselnya ia melihat kembali dia menyentuh wajah Red dari dalam ponsel lalu memasukkan ke dalam saku jaket abu abu jeans yang ia pakai.
Jun entah ia ingin pergi kemana dengan satu tas ransel penuh dengan barang barang miliknya itu. Dia terlihat cukup serius. Bling melihat Jun kembali dengan waktu singkat yang ia curi.
"Dia tidak seperti yang kulihat tadi saat ada di toko bersama teman temannya" kata Bling.
Jun turun dari bus lebih dahulu dari Bling yang memiliki lima menit lagi untuk sampai di depan jalan dekat apartemen.
Jun seperti lagu asing yang baru didengar namun dia langsung menyukai lagu itu lirik dan melodinya membuat ia ingin terus ingin berulang kali memutar lagu itu.
"Tidak mungkin. Meski aku seorang hantu tapi pasti ini hanyalah imajinasi ku sementara" kata Gadis Hantu ini.
Empat menit kemudian ia melepas headset di kedua telinganya lalu memasukkan ke dalam tas abu abu jeans selempangnya dia sudah menghitung waktu kapan saatnya ia turun dari bus.
Dia juga berpapasan dengan seseorang dia seorang wanita muda dengan kotak hijau yang ia bawa dengan kedua tangan lalu masuk ke dalam bus setelah Bling turun dari bus.
Wanita itu sedikit terkejut dengan Bling lalu segera pergi masuk ke dalam bus dengan cepat.
Gadis hantu itu dengan cepat berlari menuju rumah sedangkan wanita yang tadi berpapasan dengan Bling masih memperhatikan gadis hantu itu berlari dari dalam bus di kursi penumpang hingga mereka terpisah jarak menjauh.
Wanita itu kembali meluruskan pandangan setelah melihat Bling barusan menghela napas tak ada yang ia ucapkan.
Dia rupanya baru saja kehilangan pekerjaan dan memikirkan dimana ia akan mendapatkan pekerjaan lagi setelah ini.
Di dalam rumah sederhana Jun ada disana bersandar di dinding bercat putih kamar diatas tempat tidur sedang menahan segala isi hatinya sendiri.
"Red. Aku harus mencari kamu kemana lagi?" tanya Jun menutup mata dengan telapak tangan kanan.
Saat itu ibunya sedang bicara dengannya dari dalam ponsel namun dia hanya mendengarkan tanpa menjawab dengan kalimat apapun dari setiap pertanyaan ibunya itu.
"Jangan berulah lagi. Ibu tidak akan membantumu lagi!" Itulah beberapa kata yang ia dengar dari ibunya.
Ibunya sedang memarahi Jun sejak tadi.
Jun tidak kabur dari rumah tapi ia meminta izin kepada ibu dan ayahnya untuk tinggal di tempat lain meski ia masih di usia remaja dan masih butuh kasih sayang kedua orang tua.
Di lain tempat di dalam rumah Bling mempersiapkan buku buku yang harus ia bawa ke sekolah besok di hari pertamanya ia sebagai murid sekolah menengah atas. Entah mengapa ia sangat senang sekali meski ia tahu dan sadar kembali bahwa raga yang ia miliki bukanlah miliknya dan ia menatap dirinya sendiri lagi dari pecahan kaca yang Red miliki. Airmata tanpa sadar jatuh di pipi gadis hantu ini.
Pecahan kaca itu ia taruh diatas meja dekat tempat tidur.
"Kenapa tiba tiba aku sangat melankolis?" Kata Bling menghapus air mata dengan kedua telapak tangan.
Gadis hantu kembali tersenyum.
"Aku harus menghadapi ini. Aku tidak boleh menghindar" kata Bling.
Kisah gadis hantu ini belum berakhir dengan rencana kemungkinan yang tak bisa ia prediksi kisah hidupnya penuh kejutan yang ia anggap dia harus tetap kuat menghadapinya sendiri tanpa siapapun bisa membantunya.
"Aku tidak tahu maksud dari rencana Tuhan kali ini" kata Gadis Hantu ini.
Gadis ini memejamkan kedua mata tidur setelah aktivitas yang ia jalani seharian.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments