Chapter 5: Dia hanya baik, tidak suka.
Entah alasan apa yang membuat Bling menangis saat berada di taman di jam istirahat sekolah sendirian dia disana menikmati makan siang dari Good tadi pagi.
"Kenapa dengan matamu?" tanya Jun menghampiri Gadis Hantu.
"Ini. Aku hanya kurang tidur semalam" jawab Bling matanya agak berbeda.
Gadis hantu ini masih jelas terlihat sedih.
"Jangan tunjukkan wajah sedihmu didepan yang lain" kata Jun.
"Kenapa?" tanya Bling.
"Orang orang tidak suka hal hal yang berbau kesedihan" Jawab Jun.
"Kau bilang kemarin saat ada pemeriksaan di rumah Red. Dia adalah sahabatmu. Kapan dia akan kembali?" tanya Jun.
"Dia belum menjawab pertanyaanku" kata Jun.
"Oh ya, jaga kursi yang kamu tempati di kelas. Itu adalah kursi milik Red" kata Jun.
Jun pergi bermain bola kaki bersama teman teman yang lain di lapangan dekat Bling makan siang.
Kenapa tiba tiba Jun bisa satu kelas dengan Red kali ini itu karena hari saat Red menghilang mereka sedang penerimaan pertukaran siswa dan siswi yang baru naik kelas dalam angkatan mereka. Sekarang, mereka kelas dua sekolah menengah atas.
Mode hidup yang ia jalani harus serba cepat mengubah diri meski itu bukan dirinya. Dia hanya ingin bertahan dari rasa bersalah kepada orang lain.
Jun rupanya menaruh buku tentang bagaimana menghadapi kekacauan hidup di sebelah kanan Bling duduk sedang menghabiskan makanan.
"Maafkan semua keegoisan yang menusukmu" kata Bling.
Cinta yang pernah ia rasakan semasa hidup belum terpenuhi dan ia menyesal tanpa bisa mengucapkan salam perpisahan sama sekali kepada orang yang ia sayangi.
Menghitung hari dan itu sudah sangat lama seseorang bisa saja cepat akan berubah. Nampak jelas gadis hantu ini belum bisa merelakan jalan hidupnya terenggut dengan cepat tanpa sebuah rasa sakit. Dia mengingat kembali kenapa ia bisa mengalami itu.
Kurang lebih pukul empat sore Flow dengan barang belanjaan di tangan dalam satu tote bag besar. Dia sedang melintas di antara bangunan tinggi besar sebuah gedung perkantoran yang bergelut dalam bidang makanan. Dia yang ada disana terkejut dengan seorang yang tanpa diduga dengan masih memakai seragam sekolah jatuh dari atas gedung tersebut tepat terjatuh di bawah kakinya. Darah segar mengalir deras dari tubuh remaja laki laki itu mengenai alas kaki kuning Flow darah darah yang seketika mengenai sebagian rok putih panjangnya dan pergelangan kaki.
"Aaaaaaaaaaaaaaaa!"
Teriakan wanita itu sontak membuat orang orang melihat ke arahnya.
Dia menahan nafas dengan apa yang ia lihat baru saja di depannya itu. Kedua kakinya sulit untuk melangkah dia jatuh duduk disebelah mayat itu. Ketakutan yang menyiksa menyerang kondisi psikologis Flow datang ada pada dirinya. Orang orang mulai mendatangi remaja tersebut tanpa berani menyentuh jenazahnya.
Orang orang juga menanyakan kondisi Flow yang masih belum menjauh dari sana dan terus menatap tubuh remaja tersebut yang terkulai tak bernyawa jatuh dari lantai paling atas gedung yang ada di depan Flow. Dia dengan seragam masih lengkap dengan tas hitam sekolah. Salah satu dari mereka berusaha menghubungi pihak kepolisian dan memanggil ambulance untuk membawa mayat yang dicurigai melakukan tindakan bunuh diri.
"Kakak, bangunlah. Kau baik baik saja?" tanya seseorang kepada Flow.
Dia juga memakai seragam sekolah yang sama seperti remaja yang sudah tak bernyawa di depannya itu. Flow melirik wajah gadis yang membantunya berdiri berpindah tempat untuk menenangkan diri. Bling ada disana dan juga Jun yang tak berencana pulang bersama. Jun sibuk menghubungi pihak kepolisian dan rumah sakit.
Orang orang disana berpikir tak habis pikir dengan remaja yang diduga melakukan bunuh diri itu sedangkan tadi saat masih di sekolah dia terlihat baik baik saja tanpa menunjukkan sikap yang mengarah ke tindakan bunuh diri. Dia pulang lebih awal karena dia tak mengambil kelas tambahan yang sama dengan Bling dan Jun tadi.
Ambulans dan banyak polisi datang di tempat kejadian dan menjalankan tugas mereka disana.
Jenazah teman Jun yang tadi pagi menyapa Bling lebih awal sebelum kedatangan Jun dibawa ke dalam mobil ambulance oleh pihak rumah sakit yang mendapat tugas menangani remaja tersebut. Darah darah milik pemuda itu masih belum mengering salah satu pihak kepolisian telah membuat garis putih di bagian luar darah darah itu membentuk tepat dimana tubuhnya sudah tak berdaya lagi.
Flow tak bisa menceritakan apa yang ia lihat tadi orang orang akan menganggap gila jika ia melakukan itu.
"Tugasku hanya perlu diam saja. Aku tak mau terlalu ikut campur" kata Flow dalam hati.
Bling memberikan air mineral yang kebetulan ia dapat dari Good saat ia ada di taman saat hampir menghabiskan makanan.
Flow meminum air dari Bling.
Jun juga datang menghampiri Flow yang sedang bersama Bling.
"Kau baik baik saja?" tanya Jun.
"Jun. Ini sudah lebih baik" jawab Flow.
Bling mulai bertanya sejak kapan Jun mengenal wanita yang ada di depannya itu.
"Apakah aku berhak menyukai manusia?" tanya Bling. Katanya dalam hati dan ekspresi yang agak cemburu.
Dia melanjutkan berbicara lagi dalam hati.
"Dan sejak kapan aku tak waras?" tanya Bling pada diri yang mulai ragu dengan dirinya.
Jun tanpa alasan yang jelas langsung membawa pergi mengantar pulang wanita tersebut setelah pihak kepolisian selesai menanyakan keterangan dari Flow setelah kejadian jatuhnya remaja laki laki itu.
"Pulanglah. Kau harus bekerja kan, aku akan mengantarnya sampai di rumah" kata Jun kepada Bling.
Bling juga sebenarnya ingin menolong wanita itu tapi benar apa yang dikatakan oleh Jun. Dia harus pulang ke tempat ia bekerja sore ini juga.
Jun dengan sabar membantu Flow masuk ke dalam bus.
Apa yang harus dijelaskan oleh Jun tentang hubungannya dengan Flow ini belum saatnya yang jelas mereka mengenal satu sama lain seperti layaknya kakak dan adik.
Keadaan di depan gedung masih ramai dengan orang orang yang penasaran dengan kejadian yang tadi terjadi disana.
Bling juga mendapatkan bus yang ia tunggu selama delapan menit yang lalu dari tempat pemberhentian bus yang berjarak tidak jauh dari gedung tadi.
Perjalanan menuju ke tempat kerja dimulai Bling duduk di dalam bus melihat kembali tempat temannya jatuh dari atas bangunan tinggi. Bus melaju tanpa memandang waktu dengan cepat meninggalkan tempat semula ia berhenti tanpa mematikan mesin sampai menunggu Bling naik ke dalam bus.
Bling disana membaca materi materi yang ia dapat tadi yang ia dapat dari sekolah dari salah satu mata pelajaran hari ini.
"Apa kabar mu?" tanya Jun pada Flow.
"Aku baik. Kau lihat kan?" Kata Flow.
"Syukurlah. Aku lega mendengarnya" kata Jun.
"Kau juga terlihat jauh lebih baik sekarang. Apa dia pacar barumu?" tanya Flow.
"Pacar?" tanya Jun balik.
Jun tertawa kecil mendengar pertanyaan ini. Dia belum mengiyakan pertanyaan dari Flow.
"Sudah lama sekali. Aku baru melihat tawamu lagi" kata Flow.
Dia memandang jalan yang sibuk hampir terjadi macet dengan kendaraan orang orang melintas di jalan depan toko Nenek pemilik toko makanan.
"Tiga menit lagi. Aku akan sangat sibuk" kata Bling menghitung mundur waktu dari jam tangan putih di tangan.
Tiga menit kemudian orang orang datang memesan makanan di sana. Bling terlihat sibuk bekerja kesana kemari bersama Nenek pemilik toko yang sedang membuat bahan siap dimasak untuk makanan yang ia jual sore sampai malam ini.
Jun mengantar Flow sampai di depan rumahnya dan langsung pulang.
"Kau dimana?" tanya Ben.
"Aku sedang bekerja" jawab Jun.
"Bekerja?" tanya Ben sengaja mengulang pertanyaan agar Jun marah.
"Awas kau nanti. Sudah jangan ganggu aku lagi!" kata Jun.
Obrolan dari sahabatnya itu ia tutup.
Dia , Flow harus tetap mencari penghasilan tambahan meski ia sedang sedih tapi dia juga butuh makan. Itulah yang ada diseluruh isi pikirannya saat ini.
Dia sedang membuat rainbow crepe cake untuk pesanan permintaan kue untuk salah satu anak temannya yang sudah menikah.
Wanita ini sedang tidak bisa diganggu. Ia memutar lagu kesukaan seseorang yang ia sayang sampai kini.
"Aku ingin melihatmu lagi. Aku tak bisa mewujudkan mimpi ku ini" kata Flow.
Flow menahan air mata yang akan terjatuh dari mata saat ia sedang membuat adonan dasar kue yang akan ia buat.
Pihak kepolisian sedang menyelidiki kasus kematian teman Jun tadi. Kedua orang tuanya datang kerumah sakit untuk melihat putra mereka. Raut wajah sedih mereka tak bisa disembunyikan setelah mendengar informasi bahwa anaknya jatuh dari gedung.
Teman Jun sedang menjalani otopsi. Wali kelas dari teman Jun dan Jun datang ke rumah sakit memastikan kabar ini dengan cepat datang kesana. Ia mendapatkan informasi ini dari Jun tadi saat temannya belum dibawa ke rumah sakit untuk di otopsi.
Mereka semua sedang berduka cita.
Sebenarnya tadi saat Ben menghubungi Jun dia sedang tidak bekerja namun dia langsung pergi kerumah sakit menyusul wali kelasnya yang sudah ada disana.
Sebelum ia naik bus menuju rumah sakit ia mampir sebentar ke sebuah toko roti dan air mineral untuk dimakan di dalam bus.
Jun sudah tiba dirumah sakit dia langsung mencari letak dimana tempat temannya sedang di otopsi di dalam rumah sakit saat ini. Disana datang juga seseorang yang ia kenal. Dia adalah pemilik rumah tempat ia bekerja saat ini.
Saat melihat Jun datang Bosnya membuat kesan seperti layaknya sikap orangtua kepada anaknya. Jun memberi salam kepada kedua orangtua temannya itu dan wali kelas serta juga Bosnya yang sedang bertugas.
Tak banyak memberikan banyak komentar di situasi ini. Mengingat pasti semua yang ada disana di depan ruang anak mereka sedang diperiksa mencari penyebab jelas kematiannya sedang dalam kondisi psikis yang sedih.
Menunggu beberapa menit kemudian Bos dari Jun mengajak bicara remaja ini dengan membawanya pergi berbicara agak jauh dari mereka.
"Apa kamu tidak pulang. Kamu harus belajar, biar Bapak saja disini" kata Bosnya Jun.
Mendengar nasehat nasehat dari Bosnya itu. Jun segera berpamitan kepada kedua orang tua temannya dan wali kelas Jun untuk izin pulang karena sudah malam.
Jun pulang naik mobil polisi yang dibawa oleh rekan kerja Bosnya yang sedang bertugas malam ini disekitar lingkungan rumah Bosnya itu.
Flow mulai menghias kue buatannya diatas meja dapur.
Ponselnya berdering dan dia masih sibuk dengan pekerjaan yang hampir selesai itu.
Salah satu temannya berhenti menelepon lalu berlanjut mengirim pesan kemudian.
"Akhirnya selesai juga" kata Flow.
Kue yang ia buat dimasukkan ke dalam lemari pendingin.
Dia mencuci kedua tangan lalu membalas pesan dari temannya itu berdiri di dekat kulkas.
"Kau dirumah?" tanya teman Flow.
"Dirumah, ada apa?" tanya Flow.
"Apa kamu sudah makan?" tanya Temannya itu.
"Belum" jawab Flow.
"Kau punya makanan?" tanya temen Flow.
"Ada. Datang saja?" Kata Flow.
"Aku akan datang kerumahmu" kata temannya.
"Iya. Iya, aku tunggu" kata Flow.
Dia sudah memasak nasi di dalam rice cooker putih. Dia belum membeli lauk untuk makan malam.
"Uang ku sudah dipakai untuk membeli bahan bahan kue tadi, tersisa beberapa saja jika aku membeli lauk juga. Tak apalah" kata Flow.
Satu jam kemudian Flow mengantar kue pesanan untuk temannya. Dia juga sudah mempersiapkan sebuah kado jauh jauh hari untuk anak temannya itu.
Flow ingin lama di acara ulang tahun anak temannya itu tapi dia tidak bisa karena seseorang sudah menunggu di depan rumahnya.
Uang pembayaran dari penjualan kue ia sudah terima di hari sebelumnya dan tersisa sangat sedikit setelah ia membeli kebutuhan pribadi yang bersifat kebutuhan primer.
Belum terlalu malam dia dengan sepatu boots baju kemeja merah berlengan panjang serta celana jeans hitam panjang dan rambut pendek diikat bersandar berdiri di dinding pagar depan rumah Flow.
Menunggu temannya pulang kerumah.
Gadis itu sudah mendapat pesan dari Flow bahwa dia akan segera pulang setelah urusannya selesai.
"Maaf membuatmu menunggu?" Kata Flow.
"Tak apa. Aku yang datang lebih cepat" kata Teman Flow.
"Kau suka ayam suwir pedas?" tanya Flow.
"Aku sih apa saja yang penting itu tidak buruk untuk tubuhku" Jawab teman Flow.
"Ayo kita makan. Aku juga membeli sayuran untuk kita!" Kata Flow.
Flow membuka kunci pintu rumah depan. Masuk, kemudian makan malam di dalam rumah.
Di lain tempat, dia dengan air es yang ia buat sendiri dalam gelas sambil memutar mutar sedotan di dalam gelas berisi air dan batu es.
Ini adalah jam istirahat ia bekerja setelah banyak pelanggan datang ke dalam toko.
"Apa ini sedikit aneh, kenapa dia bisa melakukan hal semacam itu?" tanya Bling yang penasaran dengan kasus kematian temannya tadi.
Dia duduk di salah satu meja makan di dalam toko menikmati waktu istirahat sendirian menunggu pemiliknya pulang dari rumah sakit yang sedang menjenguk cucunya yang baru lahir tadi sore.
Jun datang langsung duduk dibangku depan meja Bling.
"Kau kemari?" tanya Bling.
Jun belum merespon.
"Kau melamun?" tanya Bling.
"Tidak" Jawab Jun.
"Kau mau pesan apa?" tanya Bling.
"Berikan beberapa donat dengan varian berbeda" kata Jun.
Red segera menyiapkan pesanan yang dipesan oleh Jun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments