Chapter 2: Masa aku harus bilang aku hantu.
Hantu Cantik turun dari bus dia kembali pulang di tempat tinggalnya selama ini. Semua hantu hantu teman temannya tercengang dengan apa yang mereka lihat ingin tak percaya tapi semua yang mereka lihat adalah nyata.
Semua berlari mencoba kabur dari kejaran Hantu Cantik karena ketakutan bahwa yang mereka lihat bukan teman mereka tapi manusia.
Aksi kejar kejaran berlangsung dalam beberapa menit dan itu tidak mudah membuat teman temannya percaya bahwa dia masih temannya yang dahulu, dia belum berubah.
Dari beberapa mereka bersembunyi diatas pohon dan di balik pohon bahkan ada yang sudah jauh pergi entah kemana.
"Ada apa dengan kalian?" Tanya Si Penjaga Makam atau mereka sering memanggilnya Si Penjaga Rumah.
Dia kaget dan jatuh pingsan melihat hantu yang berubah menjadi seorang manusia.
Butuh hampir satu jam membuat Kakek Penjaga Rumah itu bangun akibat pingsan.
"Kamu berulah lagi?" tanya Si Penjaga Rumah.
"Tidak. Ini tidak sengaja" kata Si Hantu Cantik.
"Lalu, kenapa kau kemari. Orang orang akan salah paham jika dia disini" kata Si Penjaga Rumah.
"Aku tidak bisa keluar dari raga ini" kata Si Hantu Cantik.
"Kenapa tidak bisa itu sangat mudah untuk kalian para hantu?" tanya Si Penjaga Rumah.
"Aku tidak tahu, tapi lihat ini?" Kata Si Hantu Cantik.
Aliran darah dari nadinya bergerak sangat cepat menjadi memerah namun seperti bukan darah manusia biasanya.
Si Penjaga Rumah itu akan memukul Si Hantu Cantik tapi ia mencegahnya karena ia teringat bahwa yang ia lihat saat ini bukanlah seorang hantu tapi manusia.
Si Hantu Cantik kemudian menceritakan secara detail mengapa hal ini bisa terjadi kepadanya. Si Penjaga Rumah menahan amarahnya kepada Si Hantu, dia kemudian memberikan sebuah kartu nama kepada Si Hantu Cantik.
"Untuk kalian, jangan pernah meminum sebuah ramuan yang berwarna biru dari siapapun. Meski dia tidak meminumnya, entah apa yang akan terjadi pada teman kalian ini nanti" kata Si Penjaga Rumah.
Si Hantu Cantik pergi dengan petunjuk yang ia dapat untuk menyelamatkan hidupnya. Hantu ini menggunakan bus lagi untuk alat transportasi.
Dia menempuh perjalanan menuju tempat yang ia tuju dengan memakan waktu hingga dua jam lamanya.
"Aku juga tak bisa makan makanan ku lagi, aku sudah menjadi manusia. Aku lapar dan gadis ini tidak punya uang" kata Si Hantu Cantik.
"Kasihan sekali gadis ini" kata Si Hantu Cantik.
Gadis ini sudah sampai tujuan di sebuah gedung berkaca tinggi sebuah kantor perusahaan yang cukup besar.
"Wahhh. Jangan mudah terkejut, Bling" kata Si Hantu Cantik.
Dia pergi masuk kedalam gedung menuju meja resepsionis di lantai pertama kantor.
"Saya mencari Tuan ini?" Kata Si Hantu Cantik.
"Presdir Ma sedang meeting. Saya akan memberi tahu kedatangan Nona. Nona bisa tunggu disana?" Kata Wanita yang berjaga di meja resepsionis.
Bling duduk di kursi tunggu lantai pertama kantor bersama orang orang yang juga memiliki keperluan disana.
"Kenapa aku sangat mudah diterima, apakah dia sudah tahu maksud kedatanganku?" tanya Bling.
Gadis berbaju dan rok hitam ini bermain ponsel milik gadis yang ia rasuki. Dia melihat isi galeri foto milik gadis itu.
Dia juga mendapat kiriman foto dari seseorang dari sebuah pesan dari layanan aplikasi.
"Tampan sekali. Dia orang yang sama dari foto kontak nomor yang menghubungi gadis ini tadi malam" kata Bling.
Dia mulai bosan menunggu Presdir Ma di ruang tunggu.
Semua karyawan yang melihatnya menyapa dia yang sedang berjalan datang menuju ke arah Bling duduk di kursi ruang tunggu perusahaan.
"Nona sudah menunggu lama?" tanya Presdir Ma.
Dia kemudian duduk tidak jauh juga tidak dekat dengan Bling duduk disana sekarang. Tentu orang orang juga melihat ini, tapi kemudian mereka lebih menyibukkan diri dengan pekerjaan mereka yang harus diselesaikan.
Presdir Ma tidak asing bagi Bling dia agak sedikit tak mengenali orang yang ada di sebelahnya itu.
"Saya bukan orang jahatl, jangan takut" kata Presdir Ma.
"Apa aku tidak salah lihat, Paman orang yang ku lihat di bus tadi malam kan?" tanya Bling.
"Benar. Apa yang terjadi kenapa kau bisa masuk ke raga gadis ini?" tanya Presdir Ma.
Bling menceritakan kembali kronologi yang ia alami. Dia merespon dengan senyum bijaknya.
"Itu sebuah mantra yang sulit diatur dan bisa pergi kemanapun ia mau" kata Presdir Ma.
"Ternyata aku salah duga ku kira aku bisa menjadi manusia. Lalu, apakah aku bisa lepas dari raga ini?" tanya Bling.
"Bisa. Itu tergantung bagaimana dengan dirimu" kata Presdir Ma.
"Jadi, apakah ini akan berlangsung lama?" tanya Bling.
"Ku rasa kau harus menjaga raga gadis ini untuk sementara waktu, itulah sebuah tanggung jawab" kata Presdir Ma.
Presdir Ma disana berkomunikasi dengan Bling memberikan arahan positif kepada Bling. Dia juga akan menjadi wali dari hantu ini dari sekolahnya yang akan ia masuki besok pagi sebagai siswi baru di sekolah yang sama dari gadis pemilik raga gadis yang ia rasuki saat ini
Bling langsung pulang diantar oleh asisten pribadi Presdir Ma setelah selesai berbelanja seragam sekolah dan pakaian untuk Bling.
Bling membawa tas belanja menuju apartemen milik gadis pemilik raga gadis yang ia rasuki. Dia menaiki lift di sana setelah menekan nomor lantai yang ia tuju ia menunggu di dalam lift hingga pintu lift terbuka.
Ada seorang remaja menunggu didepan pintu apartemen gadis itu. Bling tak mungkin menyapa remaja itu.
"Siapa kamu, ini kan rumah Red?" tanya Jun.
"Red. Ini juga rumahku" kata Bling.
"Dimana Red?" tanya Jun.
"Aku juga menunggunya sejak kemarin, dia belum terlihat" kata Bling.
Jun pergi setelah mendengar jawaban dari Bling.
Bling masuk kedalam rumah, dia langsung menutup pintu.
"Dia lebih menakutkan dari hantu" Kata Bling.
Jun menghubungi Red dan nada dering dari ponselnya terdengar.
Bling mengangkat panggilan dari Jun tanpa bersuara.
"Kau mendengar ku, dimana kamu. Aku mencari mu?" tanya Jun.
Bling benar benar diam tak berbicara apapun dengan Jun.
Jun sampai bolos sekolah untuk menemui Red namun dia tak menemukan Red di apartemen tempat tinggalnya.
"Aku harus mencarinya kemana lagi?" tanya Jun pada diri sendiri.
Jun berada di depan apartemen kemudian memakai helm yang ia bawa sedari tadi saat menunggu di depan apartemen Red.
Dia memberikan bukti kepemilikan kendaraan bermotor kepada petugas keamanan yang berada di depan apartemen tempat ia menaruh kendaraannya.
Tirai putih Bling buka dari dalam apartemen melihat Jun yang mulai menyalakan motornya lalu beranjak pergi dari depan gedung apartemen.
"Dia sudah pergi" kata Bling.
Bling melihat barang yang baru ia miliki sekarang dia memutar ide yang muncul di dalam pikiran.
"Aku harus pergi ke suatu tempat" kata Bling.
Bling menaruh tas tas yang berisi barang miliknya kedalam lemari klasik milik Red.
"Mengapa kuncinya langsung patah?" Kata Bling saat mencoba mengunci pintu lemari.
Bling mencari lem kayu yang mungkin ia bisa temukan di dalam laci dekat tempat tidur.
"Ketemu" kata Bling.
Bling memasang gagang pembuka lemari dengan mengelemnya dengan lem kayu.
"Sudah terpasang lagi. Aku harus pergi cepat" kata Bling.
Rumah flat milik gadis yang bernama Red ia kunci.
Bling berlari menuju ke lift apartemen dia nampak terburu-buru.
Dia mencari sebuah toko yang berada tidak jauh dari sekarang ia berdiri di depan apartemen. Dia membeli kartu nomor ponsel baru mengganti menambahkan kartu miliknya di dalam ponsel Red tanpa harus membuang kartu ponsel milik Red. Dia cukup menonaktifkan kartu milik Red dan mengaktifkan nomor ponsel miliknya.
Jun belum menyerah untuk mencari orang yang ia sukai. Di tempat biasa dia dan teman temannya mendiskusikan rencana solidaritas mereka. Jun tidak bisa fokus jika diajak bicara oleh teman temannya disana jika isi pikirannya bercabang-cabang.
"Kita sudah siap dengan tawuran sore ini?" tanya salah satu temannya, Ben.
"Hari ini kita libur" kata Jun.
"Hahaha. Libur?" tanya Ben.
"Libur. Kau dengar kan?" tanya Jun menatap tajam Ben terlihat mulai marah.
"Oh. Baiklah" kata Ben.
Jun pergi meninggalkan teman temannya lalu kembali lagi.
"Kalian semua bubar, pulang saja" kata Jun lalu pergi.
Jun berjalan jauh meninggalkan teman temannya tanpa memberikan arahan lain lagi.
"Untung saja hari ini kita libur" kata Ben.
"Kau benar. Aku tidak dimarahi Ibuku hari ini" Kata Good.
"Aku juga bisa berkencan dengan pacarku" kata Ben.
"Ayo kita pergi. Jangan sampai para polisi melihat kita disini" kata Good.
Bling sedang mencari pekerjaan kesana kemari sampai waktu berjalan sore dan dia belum mendapatkan pekerjaan.
"Mudah sekali mencari pekerjaan Tuhan" kata Bling.
Bling mengusap keringat di dahinya dengan pergelangan tangannya. Dia ada tepat di luar kantor polisi.
"Dia kan temannya Red" kata Bling melihat Jun dari luar kantor polisi.
"Bagaimana jika dia melaporkan tentang kehilangan Red dan ponsel ini?" tanya Bling.
"Aku harus mengganti ponsel ini dengan ponsel yang baru yang diberikan oleh Presdir Ma" kata Bling.
Dia berbalik arah cepat mencari bus yang mengarah ke arah tempat tinggal Red.
"Tak ada waktu lagi ini sangat genting" kata Bling.
Dia gugup jika polisi akan menangkapnya karena sebuah kesalahan yang tidak sengaja ia lakukan.
"Mereka akan melihat wajahku, meski aku tahu ini adalah raga Red" kata Bling.
Bling dengan sikap sederhananya berpikir ini semua adalah kesalahan yang ia lakukan. Dia seperti telah melakukan kejahatan kepada seluruh negeri.
"Bagaimana ini, aku juga tak ingin menyeret nama Presdir Ma atas kesalahan ku" kata Bling.
Bus berjalan cepat sesuai aturan yang berlaku dalam batas kecepatan yang aman mengemudikan alat transportasi. Bling masih dengan perasaan sangat cemas.
"Tolong aku. Siapapun?" Kata Bling menggigit bibir bawahnya.
Telapak tangan Bling penuh keringat keduanya saling menggenggam erat duduk disana dia sendiri dalam baris kursi bus yang ia naiki. Sore ini bus tidak cukup ramai mungkin karena bukan waktunya untuk pulang kerja jadi sedikit lengang.
Bling dalam lamunan kecemasan di dalam bus dia masih dalam perjalanan pulang ke rumah.
"Brugg!"
Sebuah suara menyadarkan Bling dari lamunan.
"Nenek tak apa?" tanya Bling.
Seorang Nenek dengan barang bawaannya yang terlihat berat tanpa bantuan siapapun.
"Aku saja yang bawa Nek" kata Bling.
Bling membantu Nenek itu saat wanita renta itu terjatuh di depan Bling terjatuh di lantai bus.
"Duduklah disini Nek" kata Bling.
Bling mengambil satu persatu barang barang Nenek tersebut yang jatuh ke lantai.
Satu lembar brosur terjatuh dari tas kotak coklat milik Nenek ini tas yang ia pakai di lengan kanan.
Bling mengambil brosur yang terjatuh dan memberikannya lagi kepada Si Nenek.
"Tunggu. Apakah aku bisa kerja disini?" tanya Bling pada Si Nenek.
Nenek ini memandang wajah Bling dalam beberapa detik.
"Kamu yakin mau bekerja disini?" tanya Si Nenek menerima brosur dari Bling.
"Kenapa tidak, aku mau kerja di tempat Nenek?" Tanya Bling.
Nenek itu menyambut dengan senyum dari perkataan gadis hantu ini.
"Datanglah jam lima sore ini dan ini untuk mu" kata Si Nenek memberikan satu brosur kepada Bling.
Tujuh menit kemudian Nenek itu turun dari bus, Bling juga membantu Nenek itu turun dari bus.
Sambil membaca brosur yang baru saja ia dapat dia sedang berpikir ulang tentang orang yang baru saja ia temui tadi.
"Nenek itu kan, nenek penjual donat kentang yang sering aku lihat tempo lalu" kata Bling.
"Aku tidak salah lagi. Dia orangnya" kata Bling.
Bling sedikit berkurang rasa cemas yang ada dalam hati.
"Terimakasih Tuhan. Akhirnya, aku dapat pekerjaan" kata Bling.
Dia kegirangan lalu teringat kembali tentang hal itu lagi.
"Maafkan aku Red telah menyusahkanmu" kata Bling.
Wajahnya berekspresi sedih rasa penyesalan jelas terlihat.
Setelah dia turun dari bus tentu saja dia harus berlari menuju apartemen Red.
Dari arah yang tidak terlalu jauh kira kira lima ratus meter dari tempat Bling ada di dalam kamar apartemen beberapa polisi dengan mobil dinas mereka datang beriringan menuju rumah Red dan tidak bisa dihindarkan bersama dengan mereka Jun juga menuju ke tempat yang sama. Rumah Red.
Bling dengan cepat mengganti ponselnya dengan ponsel baru yang ia terima dari Presdir Ma tadi pagi dan mengaktifkan kembali ponsel milik Red.
Polisi sudah datang memarkirkan mobil mereka di depan apartemen Jun juga ada disana.
Polisi bergerak masuk kedalam apartemen dengan lift naik ke atas menuju tempat tinggal Red.
Bling baru saja bernapas lega, dia mendengar bell berbunyi dari pintu luar masuk apartemen.
"Siapa yang datang?" tanya Bling.
Bling memeriksa siapa yang datang lewat celah dari pintu masuk apartemen yang tersedia di semua pintu pemilik rumah flat disana.
"Polisi?" Kata Bling.
Bling menarik napas berusaha terlihat tenang dengan situasi ini.
Bling membuka pintu masuk kamar.
"Selamat sore" sapa Bling kepada mereka.
Bling juga melihat ada Jun datang bersama para polisi.
"Selamat sore. Bisa saya memeriksa sesuatu?" tanya salah satu polisi wanita.
Mereka memberikan surat izin pemeriksaan apartemen Red menunjukkan kepada Bling tentang laporan orang hilang.
Bling diberi banyak pertanyaan oleh para polisi yang datang tapi dia masih menjawab dengan apa adanya.
"Aku harus jawab apa. Masa aku harus bilang aku hantu. Tidak kan?" Kata Bling.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 150 Episodes
Comments