Lilis memejamkan matanya sambil terus berdoa. Tidak berapa lama, terdengar suara langkah dua orang pria mendekati mereka. Sepertinya mereka adalah anak buah Madam Susi. Salah satu dari mereka segera mengambil alih posisi Madam Susi menyandera Lilis.
Lilis semakin tidak memiliki harapan lagi, ketika mereka berniat membawa membawa Lilis pergi.
Ya Allah, berilah hamba mu ini kekuatan, untuk melawan mereka. Jauhkan ketakutan yang saat ini bermukim di hati ini. doanya dalam hati.
Lilis mengumpulkan kekuatan untuk bisa melawan anak buah Madam Susi. Lilis masih ingat pelajaran pencak silat yang pernah dia pelajari ketika SMK dulu, meskipun hanya dasar-dasarnya saja. Ketika Lilis sudah siap bergerak hendak memukul tangan salah satu pria itu, tiba-tiba ada seorang laki-laki berteriak-teriak sangat keras.
"Sayang, kamu mau kemana? Jangan tinggalkan aku?!"
Seorang laki-laki tampan dengan pakaian sederhana, menarik tangan Lilis. Lilis hanya pasrah saja, mungkin ini jalan Allah untuk menyelamatkan dirinya dari jerat mereka. Lilis sudah berhadapan dengan laki-laki itu yang kemudian memeluknya erat. Lilis sempat berusaha berontak, namun usahanya dia hentikan ketika laki-laki itu membisikan sesuatu ke telinganya.
"Bekerja samalah denganku, demi keselamatanmu."
Lilis mulai mengerti, jika laki-laki itu berniat baik untuk menolongnya.
"Sayang, kenapa kamu marah padaku hanya karena aku tidak mau membelikanmu kalung emas itu? Aku hanya bilang nanti, bukan tidak mau beli," ucap laki-laki itu seolah sungguhan.
"Kamu siapa, berani mengambil dia dari kami?" tanya salah satu anak buah Madam Susi.
"Kalian yang siapa, berani menculik istriku. Mau kalian bawa kemana? Jika kalian tidak segera pergi, aku akan lapor polisi," ancam laki-laki itu.
"Bagaimana, Bos. Apa yang akan kita lakukan sekarang?"
"Kita lepaskan saja dia. Kita pergi, aku tidak mau berurusan dengan kepolisian," ucap Madam Susi pada kedua pengawalnya.
Terlihat, Madam Susi dan kedua anak buahnya segera masuk kedalam mobil dan pergi meninggalkan Lilis yang masih dalam pelukan laki-laki itu. Setelah kepergian mereka, Lilis segera mendorong tubuh laki-laki itu hingga hampir terjatuh.
"Kau..."
Kata laki-laki itu tampak kesal dengan perlakuan Lilis yang kasar setelah ditolongnya. Lilis mulai berhati-hati dengan orang yang tidak dikenalnya. Apalagi setelah tahu, di kota B ini, banyak hal yang tidak terduga bisa saja terjadi.
"Terimakasih atas pertolongan anda, pak."
"Berterimakasih, setelah memperlakukan aku dengan kasar. Tapi baiklah, aku hanya ingin memperingatkan kamu, hai pendatang baru. Jangan mudah percaya dengan orang lain yang baru kamu kenal. Karena kamu pasti akan dimanfaatkan."
"Apakah termasuk anda?"
Suara tawa laki-laki itu terdengar sangat membuat hati Lilis kesal.
"Kamu membalikkan ucapanku sendiri padaku. Boleh, mungkin saja aku juga akan memanfaatkan kamu."
"Diberitahukan pada semua pengunjung pasar Modern kota B. Kami telah berhasil menangkap seorang laki-laki terduga pencopet kelas atas spesialis pencopet pasar modern kota B. Bagi yang merasa kehilangan. dompet harap segera datang ke kantor pasar modern kota B, sebelah Barat toko Barokah. Terimakasih."
Suara pengumuman dari kantor pasar modern kota B, terdengar sangat jelas ditelinga Lilis. Senyum merekah menghias diwajahnya yang sejak tadi hanya tampak kesal. Lilis bergegas berjalan cepat menuju kantor pasar seperti yang dimaksud di pengumuman tadi.
Semoga dompetku dan isinya, masih tetap utuh.
Lilis tidak peduli lagi dengan laki-laki yang telah menyelamatkannya dari Madam Susi. Laki-laki itu segera pergi setelah Lilis menghilang dari pandangannya.
Lilis sampai di kantor pasar dengan cepat. Dia melihat seorang pemuda yang sempat menabraknya tadi saat dia baru sampai di pasar. Rupanya dialah yang tadi mengambil dompetnya. Berarti dia seorang pencopet.
"Selamat siang. Saya salah satu orang yang kehilangan dompet," ucap Lilis saat berada di kantor pasar.
"Oh, dompet anda berwarna apa? Apakah didalamnya ada KTP yang bisa menjadi bukti bahwa dompet itu milik anda?"
"Ada. Dompet saya berwarna coklat dan didalamnya ada KTP saya dan foto anak dan ibu saya."
"Baiklah, coba anda lihat sendiri saja."
Lilis melihat beberapa dompet yang ada diatas meja. Ada sekitar 12 dompet. Termasuk hebat juga, pencopet itu bisa mendapatkan dompet begitu banyak.
Ada begitu banyak cara mencari uang, baik yang halal maupun yang haram. Semua tergantung pada pilihan masing-masing orang. Biasanya yang halal, uang yang didapatkan memang tidak begitu besar. Tetapi jika memilih jalan haram, hasilnya bisa melebihi harapan kita. Karena itulah, yang menjadi godaan bagi orang yang mengejar kemewahan secara instan.
Padahal jika ditelaah secara dalam, semua yang didapatkan dengan cara haram, akan menimbulkan rasa tidak tenang dan rasa kekurangan karena dia tidak akan pernah merasa cukup. Dia akan terus merasa miskin ditengah banyaknya uang yang dimilikinya.
Resiko dan akibat memilih jalan haram juga lebih besar. Dibenci dan dijauhi masyarakat. Tidak akan ada rasa hormat, apalagi rasa menghargai. Bagaimana orang lain dan masyarakat akan menghormati dan menghargai kita, jika kita sendiri tidak membuat diri kita pantas untuk dihormati. Hargailah dan hormatilah diri sendiri, maka orang lain juga akan menghormatimu, batin Lilis melihat pencopet itu.
Lilis tertegun mengamati satu persatu, dompet dihadapannya. Matanya tertuju pada dompet coklat miliknya. Lilis segera mengambil dan membukanya dengan tangan gemetar. Cemas jika uangnya sudah hilang. Lilis bisa bernafas lega, saat melihat uangnya masih utuh.
"Bagiamana, apa benar itu dompet anda?" tanya salah satu petugas pasar.
"Benar, pak. Ini KTP saya dan ini foto anak dan ibu saya."
"Bagaimana dengan uangnya, apakah masih utuh? Jika tidak utuh, saya akan menanyakannya pada si bedebah itu."
"Masih utuh dan genap. Terimakasih pak, atas bantuannya."
"Sama-sama, itu sudah menjadi tugas kami, selaku pengelola pasar. Kami harus memberi rasa aman pada para pengunjung dan penjual."
Setelah mengucapkan terimakasih, Lilis pergi untuk mengambil barang pesanannya yang sempat tertunda. Hatinya penuh dengan rasa syukur yang tiada terhingga kepada sang pencipta.
Hari ini begitu banyak kejadian yang membuat dirinya semakin memahami banyak hal. Salah satunya jika kita bersabar dan menyerahkan segalanya pada Nya ketika kita sudah terjepit, maka Allah akan menurunkan malaikat pelindung dengan cara yang tidak kita duga.
Lilis pulang dengan dengan membawa barang permintaan Mbak Ratih. Tapi ini sudah cukup siang , dan dia sudah pergi selama hampir 4 jam.
Lilis memarkirkan sepeda motornya, didepan rumah Mbak Ratih. Lalu dia membawa masuk belanjaannya ke warung.
"Lis, kenapa baru pulang, Mbak sangat khawatir terjadi sesuatu padamu."
"Maaf, telah membuat Mbak Ratih khawatir. Sebenarnya tadi Lilis kena copet, tapi untunglah copetnya tertangkap dan dompet Lilis bisa kembali."
"Kamu masih beruntung, Lis. Mbak harap, lain kali kamu hati-hati bawa uangnya. Ditaruhnya ditempat yang tidak mudah dicopet."
"Iya, Mbak Ratih, Lilis akan selalu ingat pesan Mbak Ratih."
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments