Desta tertawa lepas, tatkala mengingat saat ini dia sedang memegang uang puluhan juta milik istrinya. Uang pesangon yang dimintanya dari Lilis dengan susah payah.
Untuk modal usaha? Enak saja. Apalagi masih harus bayar cicilan motor yang tinggal beberapa bulan selesai.
Cicilan motor, nambah pengeluaran saja.
Dengan uang itu, aku bisa berbuat apa saja. Makan enak, nonton konser dan tentu saja mencari wanita. Lilis benar-benar wanita bodoh.
Tawanya kembali menggema di rumah orangtuanya. Untung saja kedua orang tuanya sedang pergi ke kebun. Sementara kedua adiknya pergi ke sekolah. Hanya terlihat Tari yang kesal mendengar tawa kakaknya yang seolah penuh ejekan.
Tari mendekati Desta dengan tatapan penuh pertanyaan.
"Kakak, pagi-pagi begini datang hanya untuk tertawa. Menertawakan siapa, Tari?"
"Tidak-tidak. Jangan salah paham adikku tersayang. Kakak hanya sedang bahagia saja. Ingin membagikan rasa bahagia ini pada kalian semua."
"Bahagia? Kakak dapat pekerjaan bagus, atau kakak malah sudah dapat gaji? Mau mentraktir kami?" tanya Tari senang.
"Bukan. Kakak belum dapat pekerjaan, apalagi gaji. Tapi kalau untuk mentraktir kalian, kakak ada uang."
"Darimana? Ayah dan ibu tidak bakalan mau pergi kalau uang yang kakak gunakan bukan dari hasil kerja kakak sendiri."
"Memang kalian ribet banget. Yah sudah, kakak pergi dulu. Ada janji dengan teman kakak."
Desta beranjak pergi sambil menghela nafas panjang. Orang Tua Desta ingin sekali melihat Desta bekerja. Apalagi sekarang Desta sudah menikah dan sebentar lagi memiliki seorang anak.
Namun bagi Desta, jika dia bisa hidup santai, tanpa harus bekerja, buat apa memiliki pekerjaan. Hidup itu harus dinikmati. Mumpung masih muda.
Desta menghubungi salah satu temannya yang bernama Feri, untuk menjemputnya. Selang lima menit, Feri sudah datang dengan moge nya yang terlihat garang. Suara deru motornya sangat memekakkan telinga.
"Wah, keren sekali kau Fer. Pengangguran, tapi bisa beli motor sebagus ini."
"Tentu dong," jawab Feri sambil tersenyum menyeringai.
"Bagi dong caranya, bisa punya motor bagus tanpa bekerja. Jangan-jangan, kamu ngepet?"
"Nggak jaman. Kalau mau tahu caranya, ikut aku aja nanti malam. Oke?!" kata Feri sambil mengedipkan salah satu matanya.
"Oke-oke. Aku ikut kamu nanti malam. Jadi penasaran."
"Mau diantar kemana nih?"
"Kita ke tempat biasa. Aku traktir kopi sambil nongkrong."
"Siap. Cafe yang biasa kan? Berangkat."
Mereka tersenyum bahagia seperti dua orang yang tanpa tanggungan. Bagi Feri memang dia belum menikah, jadi dia masih bebas apa saja. Tetapi bagi Desta, yang sudah memiliki tanggung jawab keluarga, seharusnya tidak bersikap seolah dia masih bujang.
Kalau sudah berkumpul dengan teman-temannya, Desta bisa lupa waktu. Sore harinya dia baru pulang, itupun hanya untuk mandi dan berganti pakaian. Hampir tidak ada waktu untuk saling menyapa, karena dia tidak lagi melihat Lilis. Seolah Lilis tidak ada dirumah ini.
"Mas, mau kemana lagi? Baru pulang satu jam yang lalu sudah mau pergi lagi?"
"Kamu sekarang seperti emak-emak saja. Cerewet."
"Mas, kita sholat Maghrib dulu sebelum mas Desta pergi," bujuk Lilis.
"Tidak sempat lagi. Kamu dengar, itu suara motor Feri sudah menunggu. Kamu sholat sendiri saja," jawab Desta lalu melangkah keluar rumah menemui Feri.
Suara deru motor Feri melaju kencang di senja yang sudah mulai berganti malam.
Bu Siti memeluk Lilis untuk menguatkan hati Lilis yang mulai rapuh.
"Sudahlah, Lis. Kita sholat dulu. Doakan saja agar suamimu diberi hidayah oleh Allah supaya kembali mau bersujud pada-Nya."
Lilis dan Bu Siti mengambil wudhu untuk segera menjalankan sholat Maghrib. Mereka sholat dengan khusyuk dan setelahnya mereka tenggelam dalam doa masing-masing.
Lilis berdoa dan memohon pada Allah, agar suaminya diberikan petunjuk dan hidayah untuk tetap menjalankan perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Lilis menyerahkan semua pada Allah.
Desta yang dia cintai, adalah Desta yang penuh kasih sayang dan cinta. Kini pernikahan mereka barulah seumur jagung. Hampir 4 bulan pernikahan ini mereka jalani, tapi semua sudah mulai berubah.
Mungkinkah ini sifat asli mas Desta?
***
Desta dan Feri masuk ke dalam sebuah pesta yang cukup meriah. Terlihat pesta ini seperti pesta untuk para wanita. Umumnya, wanita-wanita itu sudah berusia matang. Sekitar 30 an sampai 40 tahun.
Hanya terlihat beberapa pemuda yang menemani mereka. Kebanyakan pemuda-pemuda itu tampak lebih muda dan bisa dibilang masih brondong. Pesta ini adalah pesta tante-tante kesepian. Dan pemuda brondong yang ada adalah laki-laki bayaran.
Desta menatap Feri yang tersenyum sambil melambaikan tangan pada orang-orang yang ada di pesta ini. Sebelum Feri melangkah pergi, Desta meraih lengan Feri.
"Fer, ini maksudnya apa?"
"Abang Desta yang cakep. Bukankah kamu ingin tahu bagaimana aku bisa memiliki motor keren diluar itu? Ya, inilah. Kita menyenangkan Tante-tante yang disana itu. Jika mereka senang, apapun yang kita minta, pasti dikasih," kata Feri sambil tersenyum.
"Menyenangkan?"
"Jangan sok polos lah bang. Abang Desta sudah menikah. Tahu dong menyenangkan istri. Gampang kok bang. Nanti aku carikan yang masih muda, oke?"
Feri melangkah menyapa beberapa wanita yang sedang berbincang-bincang. Desta hanya memperhatikan apa yang dilakukan sahabatnya itu. Tidak berapa lama, Feri kembali dan mengajak Desta untuk ikut dengannya. Feri memperkenalkan Desta dengan seorang wanita yang usianya sekitar 33 tahun namun masih terlihat cantik dengan pakaian yang seksi.
"Ini temen aku. Baru, jadi kalian kenalan sendiri saja. Aku ada urusan, aku harus pergi dulu."
Feri pergi menemui seorang wanita yang sudah berumur sekitar 40 tahun. Wanita itu masih kelihatan cantik dan kaya. Terlihat Feri sangat mahir membuat wanita itu tersenyum senang. Lalu mereka pergi tanpa berpamitan lagi pada Desta yang masih kebingungan.
"Kamu, temannya Feri?"
"Iya. Perkenalkan, aku Desta."
"Maria."
Maria menyambut uluran tangan Desta sebagai salam perkenalan. Mereka masih tampak malu-malu karena bagi Desta maupun Maria, ini adalah pertama kalinya mereka ikut acara seperti itu.
"Sebaiknya kita pergi saja dari tempat ini. Rasanya tidak nyaman. Kita pergi makan saja, bagaimana?" tanya Desta.
"Baiklah, aku juga merasa begitu."
"Tapi, aku tadi datang ke sini di bonceng Feri. Aku tidak bawa kendaraan."
"Aku bawa mobil."
Desta tersenyum dan segera melangkah pergi bersama Maria. Namun sebelum pergi, Maria sempat berpamitan dengan salah satu temannya.
Desta dan Maria pergi ke sebuah restoran mewah. Mereka makan sambil sesekali saling menggoda. Desta sudah tidak lagi merasa canggung. Bahkan dia terus berusaha membuat Maria agar terkesan dengan pertemuannya malam ini.
Selesai makan, Maria pamit pergi ke toilet. Sementara Desta memanggil pelayan restoran untuk membayar bill makan mereka malam ini. Desta ingin membayar agar dia tidak terkesan miskin. Namun betapa dia sangat terkejut, disitu tertulis angka 500 ribu.
Apa, mahal sekali. Uang 500 ribu bisa untuk uang belanja Lilis selama satu bulan. Ini sekali makan 500 ribu?
"Mas Desta, ada apa?"
Pertanyaan Maria mengejutkannya. Desta jadi gelagapan dan berpura-pura tidak ada apa-apa.
"Tidak ada apa-apa. Ini mau bayar bill."
"Biar aku yang bayar, mas."
"Tidak bisa. Aku laki-laki, biar aku yang bayar."
"Baiklah. Lain kali aku yang akan traktir mas Desta."
Desta berusaha tampak sebagai laki-laki yang bertanggung jawab agar Maria lebih percaya jika dia orang baik dan royal.
Bersambung
jangan lupa like dan koment ya mkasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
@ £I£I$ Mυɳҽҽყ☪️
jadi gigola yah.... Desta 🤔
2022-07-11
2