Kenyataan pahit yang diberikan suaminya, sangat membuatnya terpukul. Lilis begitu percaya pada suaminya, tetapi ternyata suaminya selama ini tidak pernah bekerja, membuat Lilis merasa dibohongi. Kendati begitu, dia harus bisa menerima keadaan suaminya, karena tidak ingin di kira wanita matre seperti yang suaminya katakan pada pertengkarannya yang dulu.
Lilis menerima kekurangan dari sang suami dan berharap suatu saat nanti dia bisa berubah, menjadi suami bertanggung jawab. Karena, Lilis akhirnya dinyatakan hamil.
Kehamilan yang ternyata membuat Lilis kehilangan pekerjaan karena kondisi tubuhnya yang lemah. Lilis memutuskan berhenti bekerja demi mempertahankan anak dalam kandungannya.
Lilis mendapatkan uang pesangon yang cukup besar. Bagi Lilis, uang itu akan cukup untuk biaya hidupnya dan untuk membayar uang persalinan nantinya.
Namun semua tidak sesuai harapan Lilis. Desta meminta semua uang pesangon Lilis untuk membuka usaha baru.
"Sayang, kasihan aku. Tiap hari harus berjalan kesana kemari mencari pekerjaan. Tubuh kepanasan dan kecapekan. Aku janji, usaha ini pasti akan cepat mendapatkan hasilnya."
Desta berusaha merayu Lilis yang memang seorang yang mudah termakan dengan kata-kata yang lembut dari suaminya.
"Tapi mas Desta harus janji padaku, untuk benar-benar menggunakan uang ini untuk usaha. Bukan untuk hal lain."
"Iya, mas janji. Kamu memang istri yang baik, sayang," ucap Desta lalu mencium kening istrinya.
"Mas, nanti aku ambil beberapa ratus ribu untuk kita makan dan keperluan pribadiku."
"Apa, kalau kamu ambil lagi, jumlah uang ini akan berkurang. Lagian keperluan pribadi apa sih. Nggak penting banget."
"Mas, anak dalam kandunganku juga butuh nutrisi. Aku harus beli susu, beli sayur dan biaya periksa ke bidan. Semuanya tidak gratis, butuh uang."
"Sayang, tapi modal usaha itu juga butuh lebih banyak. Ini saja aku rasa masih kurang."
"Kita hanya memiliki uang sejumlah itu, mas. Aku tidak memiliki simpanan lagi. Makanya aku minta uang untuk pergi ke bidan. Ini anak kamu juga lho mas, bukan hanya anak aku. Kamu ada tanggung jawab dikit buat dia."
"Aku ngerti untuk anak kita. Tetapi, masak kamu tidak ada simpanan lagi. Gaji kamu selama ini kemana?"
Mendengar pertanyaan suaminya, hati Lilis sedih dan kecewa. Selama ini, Lilis tidak pernah mempertanyakan tentang gaji Desta karena tidak ingin dianggap istri yang suka mengurusi privasi suami. Sampai akhirnya, Lilis dibohongi oleh Desta yang ternyata pengangguran.
Mereka hidup menggunakan uang dari gaji bulanan Lilis. Sebelum menikah, Lilis masih bisa menabung biarpun hanya beberapa ratus ribu setiap bulan. Tetapi setelah menikah, satu sen pun Lilis tidak bisa menyisihkan untuk simpanan. Bahkan malah sering mengambil sisa simpanan tabungan Lilis hingga habis.
"Mas, gaji aku untuk bayar cicilan motor. Dan juga untuk keperluan kita sehari-hari. Memang mas Desta, memberi aku uang belanja bulanan?" jawab Lilis agak kesal.
"Sudah-sudah, aku tidak ingin bertengkar lagi denganmu. Ini, cukup-cukupkan untuk satu bulan. Untuk pergi ke bidan juga."
Desta merasa tersindir dengan pertanyaan Lilis. Karena memang dia tidak pernah memberi uang belanja untuk Lilis. Desta akhirnya mengeluarkan uang ratusan 5 lembar dan diberikan pada Lilis. Lilis tertegun melihat uang yang diberikan Desta padanya. Uang pesangonnya yang berjumlah hampir 10 juta itu hanya 500 ribu yang kini ada ditangannya. Padahal saat bekerja, dia bisa menghabiskan gajinya sebesar 700 ribu untuk keperluan sehari-hari selama satu bulan. Untuk cicilan motor 600 ribu, dan sisanya bisa dia simpan untuk kebutuhan mendadak.
Hanya 500 ribu?
Apa yang akan aku lakukan dengan uang 500 ribu?
Beli apa-apa sekarang mahal. Minyak mahal, cabe mahal, bawang merah juga mahal. Meskipun harga beras masih bisa standar, tapi tetap saja membutuhkan uang. Apalagi biaya ke bidan, beli susu, beli sabun, beli shampoo dan lain-lain.
"Sayang, tidak mau terima? Baiklah, aku tambahkan untuk modal kerja saja," kata Desta sambil tersenyum.
"Tunggu, aku akan terima mas. Aku akan menggunakan uang ini dengan baik. Tetapi mas, mulai sekarang, kami menggantungkan hidup pada mas Desta. Aku dan ibu sudah tidak bekerja lagi."
"Oke-oke, Aku tahu. Kalian akan menjadi tanggung jawabku mulai sekarang. Tapi, kalian harus bersabar menunggu sampai usaha aku ini mendapatkan hasil," ucap Desta sambil menghela nafas.
Bu Siti melihat semua kejadian itu dengan hati sedih. Lilis sudah bekerja keras selama ini demi bisa bertahan hidup. Berharap suatu saat bisa mendapatkan seorang suami yang dapat bertanggung jawab. Setidaknya memiliki pekerjaan yang bisa menghasilkan uang untuk bisa bertahan hidup di dalam masyarakat.
Mungkin jika Lilis menerima lamaran Wendi, hidup Lilis akan lebih baik. Wendi seorang pengusaha tambak ikan dan udang yang cukup sukses. Kalau soal uang, biarpun Lilis berhenti bekerja, dia tidak akan pernah kekurangan uang.
Wendi lelaki yang sangat baik, dan dia mencintai Lilis sejak lama. Mereka adalah sepasang sahabat masa kecil yang sebenarnya ingin diubah menjadi sebuah pernikahan. Sayangnya, Lilis menolak karena dia hanya menganggap Wendi sebagai sahabatnya.
Jodoh seseorang hanya Allah yang tahu. Demikian juga cinta, kita tidak tahu kepada siapa cinta itu akan berlabuh.
Tapi harapan seorang ibu, tentu ingin yang terbaik untuk anaknya.
Seminggu telah berlalu sejak Lilis menyerahkan uang pesangon pada suaminya untuk modal usaha. Lilis tampak sangat berhemat ketika berbelanja.
Dulu ketika dia masih bekerja, dia akan membeli beberapa ikan dan sayuran. Kini dia hanya membeli separo tempe dan separo sayur hijau.
"Duh, Mbak Lilis. Kok belanjaan nya dikit banget? Tuh ada ikan, ada udang juga ada daging. Mas Desta nya apa mau dikasih makan kayak gitu. Entar suaminya lari lho," kata Wiwik.
Wanita yang memiliki sakit hati dengan Lilis karena Wendi menolak dirinya demi Lilis. Padahal sekarang Lilis sudah menikah, tapi tetap saja Wendi tidak mau menikah dengannya. Jadi secara logika, Lilis bukanlah penyebab Wiwik tidak bisa menikah dengan Wendi.
Tetapi, namanya cemburu itu tidak peduli logika. Dia akan mencari pembenarannya sendiri untuk melampiaskan sakit hatinya ditolak.
"Atau memang pingin suaminya lari, biar bisa cari yang lebih baik," tambahnya membuat beberapa ibu-ibu memperingatinya.
"Jangan berkata begitu, Mbak Wiwik. Mbak Lilis bukan wanita seperti itu," kata Bu Sari.
"Siapa yang tidak tahu seperti apa suaminya Lilis. Suami pengangguran yang berlagak kerja, membohongi istri. Apalagi sekarang, sudah mau memiliki anak, masih saja seperti berandalan kampung. Dasar suami tidak berguna," ucap Wiwik sambil tersenyum sinis.
"Iya, tapi kan itu urusan rumahtangga Mbak Lilis, kamu tidak perlu ikut campur," kata Bu Retno membela Lilis.
"Kesal aku, kenapa semua orang membela Lilis."
Wiwik melangkah pergi sambil menahan rasa kesal. Lilis memang baik pada semua orang, jadi saat Lilis mengalami hal buruk, mereka turut bersimpati.
"Jangan diambil hati omongan Wiwik, Mbak Lilis. Mulutnya memang tajam seperti pisau," kata Bu Sari diikuti ibu-ibu yang lain.
Lilis hanya mengangguk pelan. Namun hatinya sangat sakit mengetahui keburukan suaminya yang sudah tersebar di seluruh kampung.
Jangan menambah keburukan lagi mas Desta.
Bersambung
jangan lupa like dan koment ya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Rini Antika
Aduh lis jgn mau dibodoh-bodohi sama laki..🤦♀️ aku mampir lg ya kak, aku tunggu feedback nya..🙏
2022-08-21
2
Rini Antika
Gak ada wanita matre sih sebenarnya, tapi realistis aja ya, segala sesuatu itu dibeli pake uang bukan pake Cinta,🤭
2022-08-21
1
Siti Fatimah
Semangat terus kak 💪💪💪
2022-07-25
2