Sudah 2 hari, Desta tidak pulang kerumah. Dia menginap di rumah Maria, yang kini bisa memberinya kemewahan tanpa harus bekerja. Saat Maria pergi bekerja, Desta pergi nongkrong bersama teman-temannya sesama pengangguran.
Mereka sangat mengagumi Desta yang sudah berhasil menjebak Maria hingga tergila-gila dengan Desta. Memberikan apa yang Desta mau tanpa bertanya.
"Hebat, kau Desta. Lalu apa rencana mau sekarang. Tidak mungkin selamanya kamu akan membohongi kedua wanita itu," kata Feri.
"Entahlah, aku belum memikirkannya. Aku mencintai Lilis, hanya saja dia tidak bisa memberiku apa yang aku mau. Jika Maria, meski aku tidak mencintainya, tapi dia bisa memberiku segalanya."
"Wah, jangan serakah. Kalau kamu serakah, kamu malah tidak akan bisa memiliki keduanya. Jadi mulailah berpikir dan ambil keputusan secepatnya sebelum keduanya mengetahui kebohongan kamu," kata Keno sambil meminum kopinya.
"Benar kata Keno, Desta. Hidup itu banyak pilihan. Dan tidak semua bisa kamu miliki. Kamu pilih cinta atau harta dan kemewahan."
Desta mengangguk pelan dan menghela nafas panjang. Namun sebelum dia memutuskan untuk hidup bersama siapa nantinya, Desta akan berterus terang pada Maria jika dia sudah memiliki seorang istri. Jawaban, Maria akan menentukan langkah dia selanjutnya.
Jika melihat Maria yang sudah sangat tergila-gila padanya, pasti hanya dengan sedikit trik, Maria pasti akan menerima dirinya. Desta tersenyum licik.
***
Malam ini, Desta kembali menginap di rumah Maria. Dan entah sudah yang keberapa kali, mereka melakukan hubungan suami istri tanpa ikatan pernikahan.
Saat mereka sudah sama-sama lelah, Desta memberitahu Maria tentang status pernikahannya dengan Lilis. Desta memeluk Maria sambil berbisik.
"Sayang, ada yang ingin aku katakan padamu. Tapi janji, kamu jangan marah ya?"
"Tergantung, bisa buat aku marah tidak?"
"Sayang, aku sangat mencintaimu. Aku ingin sekali menikah denganmu. Tetapi…"
"Tapi apa, mas?"
"Aku, sebenarnya sudah menikah."
"Apa, mas…!"
Maria kaget mendengar pengakuan Desta. Matanya merah menahan amarah dan rasa kesal. Setelah semua yang terjadi, Desta baru mengaku jika dia sudah menikah.
"Kenapa mas Desta baru bilang sekarang, jika mas Desta sudah menikah?!"
"Maria, maafkan aku. Aku bisa jelaskan."
"Tidak ada yang perlu dijelaskan lagi. Aku minta, kamu segera pergi dari rumahku."
"Sayang, aku dan istriku sudah pisah ranjang sejak lama."
"Benarkah?"
"Benar. Kami sering bertengkar karena dulu gajiku kecil. Apalagi sekarang, aku tidak memiliki pekerjaan. Dia terlalu banyak menuntut, sedang aku tidak bisa memenuhi keinginannya. Dia tidak lagi menghormati aku sebagai suami. Kami tidak ada kecocokan lagi."
"Kenapa istrimu seperti itu mas? Harusnya dia menerima kamu apa adanya. Biarpun gaji kamu kecil, tapi kan kamu sudah berusaha bertanggung jawab."
"Itulah, aku jadi malas pulang ke rumah. Pasti kami hanya akan bertengkar. Aku jadi bosan tiap hari dimarahi."
"Ya sudah. Mas boleh tinggal disini. Tapi mas harus nikahi aku dulu. Nikah siri dulu juga nggak apa-apa. Setelah kamu bercerai, kita bisa nikah secara resmi."
"Jadi, kamu sudah tidak marah lagi kan sayang?"
"Tidak, mas. Asal mas janji, akan segera menceraikan istrimu."
"Mas janji."
Desta dan Maria berpelukan sambil tersenyum. Desta menarik nafas lega setelah berhasil membuat Maria menerima dirinya meski masih berstatus menikah dengan Lilis.
Hal ini membuat Desta memikirkan satu cara untuk mengulur waktu. Karena bagaimanapun, perpisahannya dengan Lilis adalah urusan dengan dua keluarga. Keluarga Lilis dan keluarganya sendiri. Jadi dia harus memikirkannya baik-baik.
***
Bagi Lilis, menjadi hal yang biasa ketika Desta tidak pulang ke rumah. Setiap kali ditanya, dia kan menjawab sibuk lembur dan pulang terlalu malam jadi tidur di kantor. Terkadang pergi keluar kota untuk mengurus keperluan kantor. Takut membangunkan Lilis yang sedang hamil tua dan butuh banyak istirahat.
Berbagai alasan yang diberikan Desta, sampai Lilis merasa bosan untuk bertanya. Semakin Lilis banyak bertanya, semakin ada rasa sakit yang mengganjal di hati Lilis yang membuat tubuhnya melemah. Semakin banyak rasa curiga, semakin sedih hatinya. Semakin dipikirkan, semakin membuat pusing kepala.
Demi menjaga kondisinya agar tetap stabil, Lilis mulai acuh dengan keberadaan Desta. Sedari awal kehamilan Lilis, Desta sudah tidak peduli. Seolah anak itu bukan anak dia. Padahal disaat-saat hamil, emosi wanita bisa tidak stabil.
Tetapi Lilis dituntut untuk tidak terpengaruh dengan kehamilannya dan merepotkan suaminya. Suami sok sibuk yang tidak mau tahu urusan Lilis. Mau ngidam apa, dia nggak peduli. Mau manja, dia terlalu sibuk. Lilis sudah terbiasa hamil tanpa mengeluh pada suaminya.
Apalagi masalah uang, yang tiap hari bisa jadi bahan pertengkaran. Orang bilang, asalkan menikah dan saling mencintai, rumah tangga bisa hidup bahagia. Tapi Lilis dan Desta juga menikah dengan cinta, saling mencintai. Tetapi, kenapa pada kenyataannya, hidup Lilis tidak bisa bahagia dan malah cenderung menderita?
Jadi sebenarnya, uang juga berpengaruh dalam sebuah pernikahan. Mana ada istri yang rela tidak dinafkahi oleh suaminya. Semua wanita, setelah menikah, menggantungkan hidup pada suaminya.
Sekalipun dia bekerja dan membantu keuangan keluarga, tetap saja masih mendambakan nafkah dari suaminya. Karena, nafkah yang diberikan seorang suami, menjadi simbol kasih sayang setelah cinta. Simbol rasa peduli dan perhatian seorang suami untuk melihat hidup istrinya lebih bahagia.
Meskipun hanya beberapa ratus perak. Ada rasa bahagia, ketika menerima pemberian suami dan akan menyimpan rasa itu dalam hati. Semua orang butuh makan untuk tetap bertahan hidup.
Hari ini, sudah tidak ada bahan makanan tersisa. Desta juga kebetulan tidak pulang. Jadi Lilis diam saja dirumah bersama ibunya.
"Bu, Lilis mau ambil minum. Mau sekalian aku ambilkan?"
"Tidak perlu, Lis. Ibu tidak haus. Kalau ibu haus, ibu akan ambil sendiri."
"Baiklah, Bu. Lilis ambil untuk Lilis sendiri saja."
Lilis mengambil air putih untuk mengganjal perutnya yang lapar. Setiap kali rasa lapar itu datang, dia akan minum air putih sampai dia merasa kenyang. Masih mending jika hari Senin atau kamis, Lilis bisa sekalian berpuasa.
Lilis sebenarnya sudah tidak tahan lagi terus berdiam diri dan menerima semua ini. Namun harapan untuk bahagia selalu Lilis suntikkan ke dalam hatinya, agar dia tetap dapat terus bertahan dalam kemiskinan.
Siapa yang mampu bertahan dalam hidup yang serba kekurangan dan kesulitan, dialah yang akan jadi pemenang. Tidak tergoda hal-hal yang mewah, karena memang tidak ada yang bisa dipakai.
Lilis ingat, sisa uang kemarin hanya cukup untuk membeli pulsa listrik. Kalau sampai tidak terbeli, bisa-bisa mereka bakal tidur dalam gelap.
Jadi, Lilis lebih mementingkan listrik daripada isi perut. Karena, Lilis lebih takut kegelapan daripada kelaparan.
Lilis menarik nafas berat, seberat beban hidup yang sedang dijalaninya saat ini. Tidak bisa lagi berhutang ke tetangga, karena mereka sudah tidak percaya lagi dengan Lilis ataupun Desta.
Bersambung
jangan lupa like dan koment
mkasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Marlina Dalipang
ngapain juga bertahan dgn lelaki seperti itu anak dlm kandungan butuh asupan gizi klu air putih sj mana bisa
2022-09-18
0