Bab 9. Seperti pengemis

Desta pulang setelah lelah bekerja di kantor. Seperti itulah anggapan Lilis. Meski banyak gosip beredar jika suaminya tidak sedang bekerja, tetapi sedang menghamburkan uang, Lilis masih ingin percaya dengan suaminya.

Lilis bukan tipe wanita yang gampang percaya omongan orang. Dia akan percaya jika dia sudah melihat sendiri kenyataannya. Tapi bagaimana dia bisa melihat, kalau tiap hari dia ada dirumah.

Mungkin itu sudah jalan hidupnya, untuk tetap mempertahankan pernikahannya yang sudah mulai goyah oleh kemiskinan.

"Mas, aku sudah tidak ada uang lagi. Pinjam tetangga, aku tidak berani lagi. Berilah aku uang untuk makan esok hari mas."

Lilis meminta uang belanja tapi dia seperti pengemis yang meminta-minta di pinggir jalan. Seharusnya, jika Desta punya malu, dia akan langsung kasih.

"Lis, kamu pikir aku ini ATM apa. Sekali gesek langsung uang keluar. Aku juga lagi ada kesulitan. Usahaku tidak berjalan dengan baik. Aku sekarang lagi pusing, Lis."

Desta menghela nafas panjang menunjukan kalau dia memang lagi banyak masalah. Kalau sudah begini, Lilis tidak bisa berbuat apa-apa. Terpaksa besok dia harus puasa nasi lagi.

"Mas, setidaknya berilah sedikit saja untuk beli beras," ucap Lilis memohon sekali lagi.

"Kenapa nggak sekalian aja, minta untuk beli bedak dan minyak wangi," ucap Desta kesal.

"Emang, mas Desta mau kasih kalau untuk beli kosmetik?"

"Dasar, bodoh."

Lilis terdiam mendengar ucapan dari suaminya. Lilis pura-pura tidak mendengar meski hatinya sakit. Lilis masih mencoba bertahan untuk tidak bertengkar dengan suaminya, walau itu sangat sulit.

Ingin rasanya Lilis memaki Desta sebagai suami yang tidak berguna. Suami yang tidak bisa membahagiakan istri.

Tak perlu banyak uang atau barang-barang mewah. Bersikap baik dan bisa menghidupi keluarga itu hal yang pertama, yang harus dimilikinya. Tetapi alih-alih menghidupi keluarga secara mewah, uang untuk makan saja, Lilis harus bersikap seperti pengemis untuk meminta uang.

"Ini ada 50 ribu, sisa uang pesangonmu untuk beli beras. Jangan belikan kosmetik. Kamu hanya di rumah, jadi tidak perlu berias. Lagipula, dirias seperti apapun, kamu tetap kampungan."

Lilis tertegun, mendengar hinaan dari suaminya. Suami yang pernah menyatakan cinta belum genap setahun. Kini dia mengatainya kampungan.

"Mas, kenapa kamu bicara seperti itu. Setidaknya, aku juga pernah menjadi wanita yang kamu cintai?" ucap Lilis parau.

"Sudah, aku mau mandi. Aku tidak mau berdebat lagi."

Desta melangkah pergi, membiarkan Lilis yang masih dalam kekecewaan. Suaminya sendiri mengatainya gadis kampungan, bodoh. Dan entah apalagi yang ada dalam pikiran Desta yang juga diucapkan akan semakin menambah luka dihatinya.

Dengan uang 50 ribu, dia sudah bisa menghina Lilis sepuasnya. Seandainya Lilis tidak teringat kalau dirinya sedang hamil dan harus tenang menjelang kelahiran buah hatinya, Lilis ingin melampiaskan seluruh uneg-uneg dihatinya saat ini juga. Tapi, sebentar lagi Lilis akan melahirkan. Dia butuh kondisi yang stabil agar darahnya tidak naik.

Lilis melepas segalanya, sakit hati, rasa marah, rasa di hina dan rasa tidak dihargai sebagai seorang istri.

Apa yang terjadi, adalah konsekuensi dari pilihannya menikah dengan Desta. Jadi sesulit apapun hidup dengan Desta, Lilis mencoba tetap bertahan dan menerima dengan ikhlas.

***

Desta pergi untuk bekerja, meski pada kenyataannya dia pergi kerumah Maria. Lilis saat itu sedang menyapu halaman ketika kemudian datang 2 orang tinggi besar mendekatinya.

"Permisi, Bu. Apakah benar ini rumah Bu Lilis Muneyaroh?"

"Benar sekali, Pak. Saya sendiri."

"Begini, Bu. Kami diberi wewenang oleh pihak leasing, untuk mengambil motor Bu Lilis."

"Bukankah, cicilan motor saya sudah lunas? Kami membayarnya tepat waktu," ucap Lilis gemetar.

"Tetapi menurut laporan ini, ibu belum melunasi kredit motor ibu sejak 5 bulan lalu. Kami masih memberi batas waktu, namun kelihatannya ibu tidak ada niat baik untuk melunasi sisa tunggakan."

"Tapi, suami saya yang membayarnya, pak. Coba bapak periksa lagi, mungkin terselip."

" Bu Lilis, kami sudah memeriksanya berulang kali. Tidak ada yang salah. Jangan membuat kami kesulitan menjalankan tugas. Apakah itu motor ibu?"

Salah satu dari mereka mendekati motor di teras rumah yang menjadi harta satu-satunya yang masih tersisa. Dengan tenang, pria itu memeriksa motor dan memastikan jika itu benar motor yang di maksud dalam data yang dibawanya. Setelah yakin, pria itu mendorong motor dan berhenti di depan Lilis.

"Jangan ambil motor saya, Pak. Itu hasil kerja keras saya selama ini."

Lilis setengah berteriak memegangi motor miliknya. Bu Siti mendengar suara Lilis dan segera keluar untuk melihat apa yang terjadi. Terlihat Lilis sedang memegangi motor miliknya yang sedang di pegangi seorang pria.

"Ada apa, ini? Kalian siapa?"

"Kami dari pihak leasing, hendak mengambil motor Bu Lilis karena sudah 5 bulan tidak melunasi cicilan motornya."

"Lis, bukannya suamimu sudah membayar cicilan motormu? Kok bisa ada kejadian kayak begini?" tanya Bu Siti sambil melihat Lilis yang mulai menangis.

"Entahlah, Bu. Lilis tidak pernah bertanya bukti pembayaran cicilan motor pada Mas Desta. Karena Lilis percaya padanya."

"Pak, tolong jangan ambil motor kami. Beri kami waktu lagi untuk melunasinya."

"Tidak bisa, Bu. Kami sudah memberi waktu 5 bulan untuk melunasi."

"Tapi kami tidak tahu kalau uang cicilan belum dibayarkan. Karen setahu kami, motor ini sudah lunas," Bu Siti memohon.

"Maaf, itu urusan keluarga kalian. Kamu akan tetap membawa motor kalian. Jika ada urusan lain, harap hubungi pihak leasing kami."

Lilis tidak bisa menahan mereka membawa motornya. Lilis dan Bu Siti hanya bisa menangis dan mereka berpelukan untuk saling menguatkan.

Lilis dan Bu Siti tidak tahu, apakah mereka benar-benar dari pihak leasing atau tidak. Tetapi surat bukti mereka, bukti yang menyatakan Lilis belum membayar cicilan motor ada ditangannya. Dan hanya Desta yang bisa menjawabnya.

Lilis menunggu suaminya pulang dengan hati penuh mesiu yang siap meledak kapan saja. Kesabarannya sudah tidak tersisa lagi. Semakin dia diam, semakin dia akan diinjak-injak.

"Lis, tahan emosi kamu, nak. Ibu tahu, kamu pasti sangat sedih dan kecewa dengan kelakuan suamimu. Ingat, kamu sedang hamil besar."

"Lilis tidak tahan lagi, Bu. Mas Desta kali ini sudah sangat keterlaluan. Dia sudah membohongi Lilis, untuk yang kesekian kali. Mas Desta ternyata memiliki banyak kebohongan. Dan pasti masih ada yang lain lagi. Lilis harus bagaimana, Bu?"

Lilis menangis di pelukan ibunya yang menepuk-nepuk pundaknya untuk menenangkan Lilis.

"Sudah Lis, jangan menangis lagi. Kamu harus sabar, semoga saja suamimu tidak seperti yang kita pikirkan. Sebelum ada buktinya, kita juga tidak berhak menuduhnya."

"Tapi kalau yang ini sudah jelas, dia memang membohongi kita. Lalu dikemanakan uang itu? Aku sudah berusaha berhemat demi dia, demi usaha dia. Berharap dia akan memiliki usaha yang baik, tidak kekurangan modal. Sehari kadang makan sekali, kadang aku harus puasa dan hanya minum air putih saja. Lalu apa yang aku dapatkan sekarang jauh dari bayanganku."

"Sabar Lis, sabar. Ibu tahu penderitaan kamu. Ibu juga tidak tega melihat hidup kamu seperti ini. Tapi, ingat kandunganmu, Lis. Jangan terlalu banyak pikiran."

Terdengar dari luar suara sepeda motor Desta yang baru saja pulang. Lilis mengusap air matanya dan meminta ibunya untuk masuk kedalam kamar. Lilis tidak mau ibunya sedih melihat pertengkaran antara dia dan Desta.

Desta masuk tanpa mengucapkan salam. Lilis hanya tersenyum di sudut bibirnya yang masih menahan rasa sedihnya.

"Assalamualaikum, mas Desta. Lilis senang, akhirnya mas Desta bisa pulang sebelum sore."

"Wa'alaikum salam. Kebetulan, hari ini tidak sibuk, jadi aku pulang saja mau istirahat. Kamu kenapa, wajahmu, matamu, kamu habis menangis?"

Lilis menatap wajah suaminya. Tampan, dan sangat mempesona. Wanita manapun pasti akan terpesona melihat Desta. Wajah yang penuh kepalsuan.

Bersambung

jangan lupa like dan koment

mksih

Terpopuler

Comments

Marlina Dalipang

Marlina Dalipang

makan tuh wajah tampan

2022-09-18

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Pertemuan
2 Bab 2. Pernikahan
3 Bab 3. Berhenti bekerja
4 Bab 4. Kerja tak nyata
5 Bab 5. Semalam tidak pulang
6 Bab 6. Hutang lagi
7 Bab 7. Lilis pingsan
8 Bab 8. Tidak pulang
9 Bab 9. Seperti pengemis
10 Bab 10. Pertengkaran
11 Bab 11. Lilis melahirkan
12 Bab 12. Bukan tanggungjawab sahabat
13 Bab 13. Tuduhan
14 Bab 14. Talak
15 Bab 15. Status tidak jelas
16 Bab 16. Ingin bekerja
17 Bab 17. Belajar memasak
18 Bab 18. Kota penuh kejutan
19 Bab 19. Pertolongan
20 Bab 20. Flashback
21 Bab 21. Usaha baru dan teman baru
22 Bab 22. Bertemu Naina
23 Bab 23. Bertemu Nathan
24 Bab 24. Perasaan Nathan
25 Bab 25. Saingan Cinta
26 Bab 26. Uang nomor satu
27 Bab 27. Kata Talak untuk Maria
28 Bab 28. Bertemu Mantan
29 Bab 29. Pura-pura menjadi calon suami
30 Bab 30. Rencana pernikahan sungguhan
31 Bab 31. Identitas Nathan
32 Bab 32. izin Bu Siti
33 Bab 33. Kejujuran Nathan
34 Bab 34. Doaku untuk cintaku
35 Bab 35. Apakah ini jawaban atas doaku
36 Bab 36. Flashback yang membuat bahagia
37 Bab 37. Menuju pernikahan
38 Bab 38. Mencari solusi tempat tinggal
39 Bab 39. Pernikahan
40 Bab 40. Bertemu Wendi
41 Bab 41. Menuju malam indah
42 Bab 42. Malam terindah
43 Bab 43. Seperti Seorang Ratu
44 Bab 44. Kenangan
45 Bab 45. Menemui Kakek
46 Bab 46. Rencana Desta
47 Bab 47. Kecewa dengan sikap Kakek
48 Bab 48. Lilis hamil
49 Bab 49. Hasil tes DNA
50 Bab 50. Beruntung memilikimu
51 Bab 51. Nathan menjadi Manajer
52 Bab 52. Tes DNA
53 Bab 53. Hasilnya ...
54 Bab 54. Meninggalkan keluarga Sugara
55 Bab 55. Menjadi pria biasa
56 Bab 56. Menjadi pelayan
57 Bab 57. Pertemuan Guntur dan Sita
58 Bab 58. Jatuh cinta ...
59 Bab 59. Kangen ayah
60 Bab 60. Janji kok malah tidur
61 Bab 61. Nafkah pertama
62 Bab 62. siasat Desta
63 Bab 63. Sombong dibalas sombong
64 Bab 64. Rencana buruk Desta
65 Bab 65. Hanya menciumnya
66 Bab 66. Setuju menikah
67 Bab 67. Kakak Sita, preman?
68 Bab 68. Naina ...dimana
69 Bab 69. Seperti orang gila mencarimu
70 Bab 70. Kecelakaan
71 Bab 71. Menjenguk Desta
72 Bab 72. Buah cinta kita
73 Bab 73. Mengungkapkan perasaan
74 Bab 74. Lahiran
75 Bab 75. Syukuran
76 Bab 76. Curhatan Sri
77 Bab 77. Menjenguk Kakek
78 Bab 78. Dua hati yang terluka
79 Bab 79. Kenapa disebut Mantan suami
80 Bab 80. Dia sudah tanda tangan
81 Bab 81. Pulang kampung
82 Bab 82. Akhir dari kesalahpahaman
83 Bab 83. Hari pertama di kampung
84 Bab 84. Pergi piknik
85 Bab 85. Permintaan mantan mertua
86 Bab 86. Flashback Nathan dan Kakek
87 Bab 87. Wahyu hilang
88 Bab 88. Kesedihan keluarga Nathan
89 Bab 89. Rasa cemburu setelah menikah
90 Bab 90. Lilis berubah
91 Bab 91. Lupakan sejenak kesedihan
92 Bab 92. Temuan polisi
93 Bab 93. Akhirnya ketemu
94 Bab 94 Sketsa penculik
95 Bab 95. Bertemu sang penculik
96 Bab 96. Kembali ke Kota
97 Bab 97. Pernikahan Guntur
98 Bab 98. Bukan anggota keluarga
99 Bab 99. Peristirahatan terakhir
100 Bab 100. Keputusan Final
101 Bab 101. Kenapa tidak mendukungku?
102 Bab 102. Rencana pindahan
103 Bab 103. Memulai lembaran baru
104 Bab 104. Flashback Dokter Pradipta
105 Bab 105. Aku juga membutuhkanmu
106 Bab 106. Saat bicara yang tepat bagi Lilis
107 Bab 107. Kembali ke rumah lama
108 Bab promosi karya baru Mengejar Cinta Casanova
109 Bab 108. Bertemu Kakek
110 Bab 109. Orang dibalik kecelakaan itu
111 Bab 110. Akhir Bahagia (End)
Episodes

Updated 111 Episodes

1
Bab 1. Pertemuan
2
Bab 2. Pernikahan
3
Bab 3. Berhenti bekerja
4
Bab 4. Kerja tak nyata
5
Bab 5. Semalam tidak pulang
6
Bab 6. Hutang lagi
7
Bab 7. Lilis pingsan
8
Bab 8. Tidak pulang
9
Bab 9. Seperti pengemis
10
Bab 10. Pertengkaran
11
Bab 11. Lilis melahirkan
12
Bab 12. Bukan tanggungjawab sahabat
13
Bab 13. Tuduhan
14
Bab 14. Talak
15
Bab 15. Status tidak jelas
16
Bab 16. Ingin bekerja
17
Bab 17. Belajar memasak
18
Bab 18. Kota penuh kejutan
19
Bab 19. Pertolongan
20
Bab 20. Flashback
21
Bab 21. Usaha baru dan teman baru
22
Bab 22. Bertemu Naina
23
Bab 23. Bertemu Nathan
24
Bab 24. Perasaan Nathan
25
Bab 25. Saingan Cinta
26
Bab 26. Uang nomor satu
27
Bab 27. Kata Talak untuk Maria
28
Bab 28. Bertemu Mantan
29
Bab 29. Pura-pura menjadi calon suami
30
Bab 30. Rencana pernikahan sungguhan
31
Bab 31. Identitas Nathan
32
Bab 32. izin Bu Siti
33
Bab 33. Kejujuran Nathan
34
Bab 34. Doaku untuk cintaku
35
Bab 35. Apakah ini jawaban atas doaku
36
Bab 36. Flashback yang membuat bahagia
37
Bab 37. Menuju pernikahan
38
Bab 38. Mencari solusi tempat tinggal
39
Bab 39. Pernikahan
40
Bab 40. Bertemu Wendi
41
Bab 41. Menuju malam indah
42
Bab 42. Malam terindah
43
Bab 43. Seperti Seorang Ratu
44
Bab 44. Kenangan
45
Bab 45. Menemui Kakek
46
Bab 46. Rencana Desta
47
Bab 47. Kecewa dengan sikap Kakek
48
Bab 48. Lilis hamil
49
Bab 49. Hasil tes DNA
50
Bab 50. Beruntung memilikimu
51
Bab 51. Nathan menjadi Manajer
52
Bab 52. Tes DNA
53
Bab 53. Hasilnya ...
54
Bab 54. Meninggalkan keluarga Sugara
55
Bab 55. Menjadi pria biasa
56
Bab 56. Menjadi pelayan
57
Bab 57. Pertemuan Guntur dan Sita
58
Bab 58. Jatuh cinta ...
59
Bab 59. Kangen ayah
60
Bab 60. Janji kok malah tidur
61
Bab 61. Nafkah pertama
62
Bab 62. siasat Desta
63
Bab 63. Sombong dibalas sombong
64
Bab 64. Rencana buruk Desta
65
Bab 65. Hanya menciumnya
66
Bab 66. Setuju menikah
67
Bab 67. Kakak Sita, preman?
68
Bab 68. Naina ...dimana
69
Bab 69. Seperti orang gila mencarimu
70
Bab 70. Kecelakaan
71
Bab 71. Menjenguk Desta
72
Bab 72. Buah cinta kita
73
Bab 73. Mengungkapkan perasaan
74
Bab 74. Lahiran
75
Bab 75. Syukuran
76
Bab 76. Curhatan Sri
77
Bab 77. Menjenguk Kakek
78
Bab 78. Dua hati yang terluka
79
Bab 79. Kenapa disebut Mantan suami
80
Bab 80. Dia sudah tanda tangan
81
Bab 81. Pulang kampung
82
Bab 82. Akhir dari kesalahpahaman
83
Bab 83. Hari pertama di kampung
84
Bab 84. Pergi piknik
85
Bab 85. Permintaan mantan mertua
86
Bab 86. Flashback Nathan dan Kakek
87
Bab 87. Wahyu hilang
88
Bab 88. Kesedihan keluarga Nathan
89
Bab 89. Rasa cemburu setelah menikah
90
Bab 90. Lilis berubah
91
Bab 91. Lupakan sejenak kesedihan
92
Bab 92. Temuan polisi
93
Bab 93. Akhirnya ketemu
94
Bab 94 Sketsa penculik
95
Bab 95. Bertemu sang penculik
96
Bab 96. Kembali ke Kota
97
Bab 97. Pernikahan Guntur
98
Bab 98. Bukan anggota keluarga
99
Bab 99. Peristirahatan terakhir
100
Bab 100. Keputusan Final
101
Bab 101. Kenapa tidak mendukungku?
102
Bab 102. Rencana pindahan
103
Bab 103. Memulai lembaran baru
104
Bab 104. Flashback Dokter Pradipta
105
Bab 105. Aku juga membutuhkanmu
106
Bab 106. Saat bicara yang tepat bagi Lilis
107
Bab 107. Kembali ke rumah lama
108
Bab promosi karya baru Mengejar Cinta Casanova
109
Bab 108. Bertemu Kakek
110
Bab 109. Orang dibalik kecelakaan itu
111
Bab 110. Akhir Bahagia (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!