Dicerai Karena Miskin
Namanya Lilis Muneyaroh. Gadis muda yang baru 2 tahun menamatkan sekolah SMK nya dan sekarang memilih bekerja menjadi karyawan disebuah perusahaan swasta di bidang makanan siap saji.
Pekerjaannya mengikuti aturan kerja yang berjalan secara kontinu. Sehari berjalan 3 shift dengan waktu yang sudah diatur perusahaan secara bergantian.
Tempat kerja yang cukup jauh, membuat Lilis harus pergi ke tempat kerja dengan menggunakan sepeda motor. Lilis membeli sepeda motor secara kredit, karena keluarga dia bukan keluarga berada. Lilis sangat bersyukur bisa memiliki sepeda motor meski dengan cara kredit. Karena biasanya, Lilis bekerja naik sepeda mini yang di pinjam dari tetangganya.
Ibunya seorang janda yang bekerja sebagai pemulung untuk membiayai sekolah Lilis dan untuk hidup sehari-hari. Meskipun kadang sehari hanya makan sekali, semua pernah dialami Lilis dan ibunya.
Setiap pulang sekolah, Lilis membantu ibunya mengumpulkan barang-barang bekas untuk menambah pemasukan. Alhamdulillah, Lilis masih bisa mengecam pendidikan sampai SMK dan lulus dengan nilai yang baik.
Lilis mendapatkan pekerjaan dari pihak sekolah yang bekerjasama dengan beberapa perusahaan yang sedang mencari karyawan baru. Siswa yang berprestasi akan bisa bekerja sebagai QC atau Quality Control di perusahaan yang menerimanya, termasuk Lilis. Dengan gaji yang lebih tinggi dari karyawan biasa.
Hari ini, Lilis bekerja masuk shift sore dan pulang pada tengah malam. Dia dengan santai pulang kerja menyusuri jalan sepi seorang diri yang tidak jauh dari daerah tempat tinggalnya dengan mengendarai sepeda motornya. Suasana jalanan hari ini tampak sepi. Tidak seperti biasanya, yang terkadang masih ada terlihat beberapa sepeda motor yang lalu lalang.
Lilis tetap berusaha tenang meski hatinya agak ciut juga. Lilis membulatkan matanya saat dari kejauhan terlihat dua orang sedang berdiri di tepi jalan. Hatinya berdesir ketakutan, namun dia terus melaju berusaha lebih cepat.
Secara tiba-tiba, salah satu dari mereka berdiri di tengah jalan sambil merentangkan kedua tangannya seperti mau acara senam saja.
Lilis menghentikan motornya mendadak karena takut akan menabrak pria tersebut. Setelah melihat motor Lilis berhenti, mereka mendekati Lilis sambil menodongkan sebuah pisau pada Lilis. Kontan saja Lilis kaget dan panik melihat sekelebat sinar dari pantulan mata pisau yang terkena lampu jalan.
Tubuh Lilis gemetar dan tak sanggup untuk menghidupkan motornya.
"Serahkan tas kamu, atau kami yang sambil sendiri secara paksa?!"
"Jangan pak. Tidak ada uang sama sekali didalam tas ini. Saya ini baru pulang kerja," ucap Lilis ketakutan.
"Kalau begitu, kamu saja temani kami malam ini. Hahaha..."
Rupanya mereka dalam kondisi mabuk dan mereka mulai menyentuh wajah Lilis. Lilis berusaha mengelak sambil melepaskan sepeda motornya hingga motornya jatuh. Lilis tidak menyangka, tempat yang biasanya aman selama ini, akan ada kejadian seperti ini.
Lilis berlari mundur, dan mereka mengejar Lilis. Lilis yang sudah dalam keadaan kelelahan setelah bekerja, tidak sanggup berlari jauh. Kedua orang itu, dengan cepat mengambil tas milik Lilis.
Awalnya Lilis ingin mempertahankan tas satu-satunya miliknya yang dibelinya dengan harga yang lumayan besar. Belum tentu nanti dia bisa membelinya lagi. Tetapi melihat kedua orang itu, yang sudah memberi peringatan jika tidak menyerahkan tasnya, maka mereka pasti akan fokus menyakitinya.
Dalam kondisi panik, datanglah sebuah sepeda motor dan berhenti tepat di samping tempat Lilis saling tarik tas miliknya.
"Lepaskan, tas gadis itu!" teriak pemuda itu dengan berani.
Seketika mata Lilis melihat kearah pemuda itu dan dia merasa terpesona dengan sikap beraninya.
"Siapa kamu, berani ikut campur urusan kami!" teriak salah satu dari mereka.
"Anak muda, jangan sok jadi pahlawan. Atau kamu mau aku sikat sekalian?!" kata yang satunya.
"Kalian sombong sekali. Maju jika kalian berani!" tantang pemuda itu.
Kedua orang itu melepaskan Lilis dan tasnya lalu bersiap maju menghadapi pemuda itu. Terjadilah perkelahian tidak seimbang antara perampok dan pemuda itu. Tetapi meski pemuda itu hanya sendirian dan tidak menggunakan senjata, namun dia terlihat penuh percaya diri akan memenangkan pertarungan itu.
Kedua orang itu tidak mau kalah, mereka berdua dan pemuda itu sendirian. Mereka memiliki senjata, sedangkan pemuda itu tidak. Dan sebuah goresan ditangan pemuda itu membuat Lilis panik.
Bagaimana jika pemuda itu mati terkena tusukan pisau, dia pasti juga akan ikut berurusan dengan polisi. Namun, Lilis akhirnya lega setelah melihat pemuda itu berhasil membuat dua orang itu lari ketakutan setelah pemuda itu berhasil merampas pisau milik mereka.
Pemuda itu mendekati Lilis sambil memegangi luka sayatan ditangannya.
"Bagaimana, kamu tidak apa-apa kan? Kamu tidak usah khawatir, mereka sudah pergi dan semoga mereka tidak akan berani mengganggu kamu lagi," kata pemuda itu sambil menatap Lilis.
"Aku tidak apa-apa. Kamu sendiri, kamu terluka."
"Hanya luka kecil saja, tidak apa-apa."
"Tapi, itu harus segera diobati. Kalau tidak keberatan, mampirlah ke rumahku, agar aku bisa mengobati luka kamu."
"Merepotkan kamu."
"Tidak, akulah yang harus berterimakasih karena kamu sudah menolongku. Terimakasih..."
"Desta, panggil saja Desta."
"Terimakasih Desta."
"Sama-sama."
Desta membantu Lilis menarik sepedanya yang tadi terjatuh hingga bisa berdiri kembali. Lilis menghidupkan sepeda motornya diikuti Desta yang kemudian mereka melaju di jalanan sepi secara beriringan.
Sampai di rumah, Lilis mengetuk pintu pelan sambil memanggil nama ibunya. Tidak berapa lama, ibunya membukakan pintu dan beliau tampak kaget melihat Lilis pulang bersama seorang pemuda.
"Ibu, nanti Lilis jelaskan. Biarkan kami masuk dulu."
Ibu Siti membiarkan Lilis dan Desta masuk. Ada banyak pertanyaan yang sebenarnya ingin beliau tanyakan pada putrinya . Lilis tidak pernah bercerita jika dia memiliki pacar, apalagi membawa seorang laki-laki bertamu ke rumah. Namun beliau bersabar menunggu sampai Lilis siap bercerita padanya.
Lilis mengobati luka Desta dengan penuh perhatian. Sesekali Desta meringis menahan sakit. Setelah selesai mengobati luka Desta, Lilis meminta Desta untuk segera pulang karena malam sudah semakin larut. Desta segera pamit pulang pada Bu Siti dan Lilis denah penuh kesopanan dan kelembutan.
Bu Siti duduk di samping Lilis sambil menunggu penjelasan dari putrinya. Lilis menceritakan kejadian yang dialaminya kepada ibunya. Ibunya tampak khawatir dan cemas, jika suatu saat kejadian itu terulang lagi pada Lilis.
"Lilis, apa tidak sebaiknya kamu segera menikah saja. Supaya ada yang mengantar dan menjemput kamu ketika bekerja."
"Ibu, menikah dengan siapa? Lilis tidak memiliki pacar yang bisa diajak menikah."
"Jika kamu bersedia, bukannya ada nak Wendi yang pernah ibu bilang ingin melamar kamu itu. Dia masih menunggu jawaban kamu," kata Bu Siti.
"Ibu, sebenarnya Lilis ingin menikah dengan laki-laki yang Lilis cintai. Pacaran lalu menikah," jawab Lilis sambil bersandar di bahu ibunya.
Bersambung
jangan lupa ya like dan koment
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Marlina Dalipang
lanjut thor
2022-08-15
0
ig @Shafiraaish
kak.. ceritanya bagusss nihh...
aku stop baca dulu ya.. mau mandi.. nanti kalo sempet aku baca lagii....
good luck ya kak...
2022-07-25
1
AdindaRa
Hai Kaaaak. Salam kenal yaa dri AdindaRa.
Vote dan 2 iklan mendarat. Selamat berkarya
2022-07-25
2