Hingga pagi menjelang, Desta belum juga datang. Penantian yang panjang bagi Lilis, setelah pertengkaran kemarin. Semarah apapun dia, seharusnya dia masih harus tahu kondisi istrinya apalagi dalam keadaan hamil tua. Tetapi tidak bagi Desta, semua tidak bisa mengalahkan egonya yang tinggi.
Ego seorang Desta yang tidak ingin di bantah. Apalagi di kritik tentang sikap dan sifatnya yang arogant dan tidak peduli pada apa yang tidak membuatnya senang.
Lilis menahan sedih dan air matanya ketika Wendi datang untuk mengurus kepulangan Lilis. Kenapa bukan suaminya yang datang mengurus semuanya? Ini bukan tanggungjawab sahabatnya. Lilis tidak pernah meminta Wendi untuk memperhatikan diri dan bayinya. Namun Wendi mengatakan jika ini adalah jiwa kemanusiaan dia, bukan karena dia mencintai Lilis.
Terlepas dari rasa cinta Wendi pada Lilis, Lilis tetaplah tetangga dan teman sepermainan Wendi yang harus Wendi tolong ketika dalam kesusahan.
Semenjak menikah, hubungan persahabatan Wendi dan Lilis bisa dibilang terputus dan mereka saling menjaga jarak satu sama lain. Karena mereka saling mengerti posisi masing-masing. Lilis sudah ada Desta yang akan menjaganya.
Namun semenjak Wendi tahu, Lilis banyak mengalami kesulitan setelah menikah, Wendi mulai hadir lagi sebagai sahabat. Walaupun Dimata orang-orang, Wendi dianggap orang ketiga dalam pernikahan Lilis dan Desta.
Gosip terbaru yang tersebar dengan cepat, bahwa ada hubungan spesial antara Lilis dan Wendi yang disebarkan oleh Wiwik. Dikatakan pula bahwa anak yang ada dalam kandungan Lilis bukan anak Desta, melainkan anak Wendi.
Gosip, makin digosok makin sip. Seperti itulah yang terjadi setelah kelahiran anak Lilis. Gosip itu semakin meluas dan tidak terkendali. Terlebih, saat ini Wendi yang menemani Lilis disaat melahirkan. Bahkan biaya rumah sakit pun, Wendi yang membayarnya meski dianggap sebagai hutang oleh Lilis.
Bagi Wendi, dia sama sekali tidak peduli dengan semua gosip yang menyebar bak virus korona. Karena baginya, menolong Lilis adalah hal yang harus dia lakukan. Asalkan dia tidak melanggar norma dan aturan, Wendi tetap akan membantunya.
Lilis masih ingat, rencana biaya persalinannya akan dibayar dengan menjual motornya. Sayang, motor Lilis sudah diambil leasing, sehingga Lilis tidak memiliki cadangan yang bisa dijual untuk membayar biaya persalinan.
Harta satu-satunya yang masih tersisa hanyalah sebuah rumah yang saat ini mereka tempati. Jadi tidak mungkin bagi Lilis untuk menjual rumah, karena tempat tinggal sangat penting bagi mereka. Sekalipun, seandainya mereka tidak bisa makan, mereka akan tetap mempertahankan tempat tinggal mereka yang memiliki banyak kenangan.
Lilis diperbolehkan pulang ke rumah setelah dia mulai pulih dan semua biaya dibayar oleh Wendi. Meskipun pada awalnya Lilis menolak, pada akhirnya dia setuju setelah Wendi mengatakan bahwa semua biaya persalinan Lilis akan menjadi hutang Lilis yang harus dibayar jika Lilis sudah memiliki uang.
Saat Lilis pergi ke kamar mandi, Bu Siti dan Wendi berbincang santai.
"Terimakasih, nak Wendi. Jika bukan karena nak Wendi, Lilis tidak akan bisa pulang hari ini," kata Bu Siti sambil tersenyum.
"Tidak perlu berterima kasih, Bu. Wendi hanya bisa membantu sebisanya."
"Nak Wendi, biaya rumah sakit ini, mungkin akan lama kami bisa melunasinya. Kamu tahu sendiri bagaimana keadaan hidup kami sekarang."
"Tidak apa, Bu. Lagian, tadinya Wendi tidak ingin uang itu dikembalikan, tapi Lilis memaksa menganggap itu sebagai hutang. Wendi tidak bisa menolak keinginan Lilis. Atau dia tidak akan bersedia menerima pertolongan dari Wendi."
"Kamu pria yang baik. Meski Lilis sudah menolakmu, kamu masih mau membantu dia. Melihat keadaan Lilis saat ini, ibu sangat prihatin. Suaminya, tidak bisa diandalkan. Seandainya, dulu dia mau menikah dengan nak Wendi, mungkin akan lain keadaanya."
"Ibu, apa yang ibu katakan? Lilis mungkin memang salah memilih suami. Tapi Lilis mencintai mas Desta. Apapun yang terjadi pada hidup Lilis, itu adalah pilihan Lilis," suara Lilis terdengar agak kecewa dengan ibunya.
Lilis keluar dari kamar mandi dan mendengar ucapan ibunya pada Wendi. Memang, Desta laki-laki yang tidak bertanggung jawab dan tidak bisa diandalkan. Tetapi saat ini, Desta adalah suaminya, yang harus dia jaga kekurangannya dihadapan orang lain.
"Maafkan ibu, Lis. Ibu hanya terbawa emosi saat bicara tentang suamimu," ucap Bu Siti sambil menghela nafas.
"Lilis juga minta maaf, Bu. Lilis tidak bermaksud kasar sama ibu. Lilis hanya tidak ingin, melihat ibu ikut menjelekan suami Lilis seperti yang lain."
"Iya, Lis. Ibu tahu."
"Aku minta maaf juga, Lis."
"Wendi, aku sangat berterimakasih padamu. Hari ini kamu meminjamkan uang, sehingga aku bisa segera pulang. Jika terlalu lama di sini, biayanya akan semakin bertambah banyak."
"Apa kamu tidak menunggu mertuamu datang? Kemarin katanya mereka akan datang lagi," kata Bu Siti.
"Tidak perlu, Bu. Lilis tidak mau merepotkan mereka lagi. Mas Desta sudah sering merepotkan mereka, masa aku harus menambah beban mereka juga."
"Terserah kamu saja, Lis, bagaimana baiknya. Semua barang sudah ibu masukkan ke dalam tas."
"Biar Wendi yang membawa barang-barang ke mobil."
Wendi segera mengambil 2 tas yang ada di lantai dan dibawanya ke mobil.
"Terimakasih, Nak Wendi. Lis, sebentar lagi, bayimu akan dibawa kemari oleh perawat. Sambil menunggu, kamu istirahat sebentar."
"Iya, Bu."
Lilis menunggu kehadiran sang buah hati sambil duduk santai di atas ranjang pasien. Lilis mencoba menghubungi kembali ponsel suaminya. Hati Lilis teramat kecewa, karena ponsel suaminya masih tidak aktif. Jika karena baterai habis, tentu saat ini sudah aktif kembali.
Berbagai pikiran buruk muncul dibenak Lilis. Suaminya begitu marah padanya, padahal seharusnya yang marah adalah dirinya. Desta bersalah telah berbohong pada Lilis, tetapi Desta pula yang marah pada Lilis. Lilis tidak bisa berpikir jernih. Dia tidak tahu, bagaimana pernikahan mereka kedepannya.
Kebohongan demi kebohongan yang Desta lakukan sejak menikah, adalah pondasi yang buruk atas pernikahan mereka. Lilis menghela nafas berat dan dia harus berpikir lebih jernih lagi nantinya, agar bisa memutuskan untuk melanjutkan pernikahan mereka atau berhenti karena Lilis sudah tidak bisa bertahan lagi.
Lamunan Lilis terhenti ketika, perawat datang membawa bayinya. Lilis pun segera menggendong putri kecilnya sambil menatap putrinya sendu.
"Lis, ayo kita segera pulang. Biar ibu yang menggendong anakmu. Kamu jalan pelan-pelan saja."
Lilis menyerahkan anaknya pada ibunya. Mereka berjalan perlahan menuju mobil Wendi yang sudah siap pulang.
Selama perjalan pulang, Lilis tampak diam. Wendi pun tidak berani banyak bicara. Hanya sesekali Bu Siti terdengar bergumam memuji kecantikan cucunya. Cucu yang membuatnya sangat bahagia setelah selama ini hanya kesedihan yang dirasakan setelah Lilis menikah.
Bu Siti sesekali melirik Wendi, laki-laki pilihannya untuk Lilis. Beliau tidak habis pikir, setelah ditolak Lilis, sampai saat ini, dia belum mau menikah. Bahkan, dia menolak perjodohan dari orang tuanya.
Mungkinkan Wendi masih mencintai
Bersambung
jangan lupa like dan koment
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Marlina Dalipang
ceritanya kurang menarik 🤦🤦
2022-09-18
0