Bab 10. Pertengkaran

Lilis tersenyum sambil menunduk, lalu dia kembali menatap wajah tampan suaminya yang membuatnya tertipu. Wajah tampan dan bagus belum tentu hatinya sama seperti wajahnya.

"Benar, mas. Tadi ada pihak leasing yang datang."

"Untuk apa mereka datang?" tanya Desta cemas.

"Seharusnya, aku yang bertanya pada mas Desta. Untuk apa mereka datang, sedang semua cicilan motor sudah lunas?" kata Lilis menahan kesal.

"Lis, kenapa nada bicaramu seperti itu? Aku sudah lunasi kok, cicilan motormu. Mereka pasti yang salah data."

Desta tampak kebingungan dan cemas. Apalagi melihat Lilis tampak kesal dan marah padanya. Ini pertama kali Lilis berani mengajaknya berdebat dan berani bertanya banyak.

"Benarkah, mereka yang salah. Mas Desta…!"

Teriak Lilis membuat Desta panik.

"Sayang, kamu sedang hamil tua. Jangan terbawa emosi," Desta mendekati Lilis dan memegang tangan Lilis dengan lembut. Namun Lilis dengan cepat melepaskan pegangan Desta.

"Mas, kenapa kamu tidak jujur saja padaku. Aku sudah tidak tahan lagi, Mas. Seberapa banyak kamu membohongi aku?"

"Sayang, bohong apa?" tanya Desta pura-pura bodoh.

"Kamu lihat, mas. Motorku sudah tidak ada. Motorku sudah diambil oleh leasing. Kamu kemanakan uang cicilan motor mas? Aku sudah berusaha berhemat, dan menerima jatah uang belanja yang kamu beri. Meski kurang aku hampir tidak pernah meminta lebih darimu. Karena aku masih ingat, kita masih punya cicilan motor yang belum lunas."

Lilis mencoba menahan emosinya, tetapi hari ini semua ingin dia ucapkan semua yang ingin dia katakan.

"Kamu lihat aku, mas. Jelek, bukan? Kotor, bau, dekil dan tidak menarik sama sekali. Apalagi aku dalam kondisi hamil. Kamu Pasti juga jijik melihatku. Gadis kampung yang kampungan seperti yang pernah kamu katakan. Inilah hasil, aku menikah denganmu, mas Desta."

"Sayang, jangan berkata seperti itu. Waktu itu aku lagi emosi," ucap Desta mencoba menurunkan emosi Lilis.

"Aku tidak pernah menuntut lebih dari yang bisa kamu berikan, mas. Tapi setidaknya, jangan kamu bohongi aku. Kamu anggap aku bodoh, dan kamu terus membodohiku. Hari ini, aku memberimu kesempatan untuk jujur. Karena, lain kali aku tidak akan menerima kebohonganmu lagi, mas Desta. Apapun itu, sesakit apapun, katakan."

Lilis menatap suaminya yang terdiam setelah mendengar ucapannya. Terlihat Desta berpikir dan menatap wajah Lilis yang benar-benar marah. Kebohongan yang dilakukan Desta sangatlah banyak, tidak mungkin mengatakan pada Lilis dalam kondisi emosi tingkat tinggi.

"Sudahlah, mas memang tidak membayar uang cicilan motor. Waktu itu mas butuh tambahan modal. Terpaksa aku pakai uang yang untuk cicilan motor dulu. Nanti kalau ada hasil, aku akan ganti. Tapi siapa tahu, usahaku tidak membuahkan hasil. Bahkan kini terancam gagal."

"Kenapa, tidak bilang dari awal, mas. Kita bisa berunding dan mencari solusinya. Aku juga bukan orang yang kaku dan tidak tahu keadaan suami."

"Kalau aku bilang, kamu pasti juga tidak akan mengizinkan aku menggunakan uang itu."

"Seperti itukah aku dimatamu, mas? Sebagai seorang istri, aku juga ingin dilibatkan dalam sebuah keputusan. Tidak hanya harus berkata ya, tanpa punya pandangan. Walaupun aku miskin, aku juga berhak mendapatkan posisi yang layak sebagai istrimu, mas Desta. Atau jika yang kamu butuhkan adalah seorang istri yang hanya kamu jadikan pajangan di rumah, aku tidak bisa, mas."

"Apa-apaan, kenapa pembicaraan ini jadi ngelantur kemana-mana? Aku jadi tidak betah di rumah. Aku akan pergi saja. Kamu pikirkan baik-baik kesalahan kamu karena telah membuat suamimu tidak betah di rumah."

"Mas, Desta… aku belum selesai bicara mas. Masih banyak yang harus kamu jelaskan padaku."

Lilis meraih lengan suaminya dan berharap dia peduli dengan dirinya. Namun, Desta mengibaskan tangan Lilis hingga membuat Lilis hampir terjatuh. Desta berlalu pergi dan tidak menoleh sedikitpun pada Lilis. Desta sengaja pergi agar Lilis tidak terus mendesaknya untuk jujur dan mengakui kesalahan.

Bayangan Desta dan motornya sudah tidak terlihat lagi. Lilis masih saja berdiri di tempatnya, seolah kakinya sudah melekat pada lantai rumahnya. Airmata mengalir deras mengiringi hatinya yang sakit. Sakit hati karena hingga saat ini suaminya masih belum bisa jujur sepenuhnya padanya.

Lilis terduduk lemah di kursi ruang tamunya. Emosinya kali ini telah menguras banyak energi yang dia miliki. Ibunya keluar dari kamar dan segera mendekati Lilis yang masih berderai airmata. Dipeluknya Lilis yang saat ini sedang dalam batas kesabaran menghadapi suaminya.

Setelah satu jam berlalu, Lilis merasakan perutnya sakit. Tidak pernah terbayangkan jika saat ini dia akan mengalami kontraksi yang sangat hebat. Lilis hampir menangis jika tidak ingat, dia akan ditertawakan orang-orang. Saat membuat anak, mereka keenakan. Giliran akan melahirkan, menangis dan merasa tidak tahan.

Dengan segenap kekuatan dan energi yang masih tersisa, Lilis berusaha menahan sakit. Lilis meminta Bu Siti, untuk segera menghubungi Desta. Panggilan Bu Siti masuk, tetapi tidak ada jawaban. Diulanginya lagi dan lagi. Masih tetap tidak diangkat. Yang terakhir, ponsel Desta dimatikan.

"Lis, bersabar dulu ya. Ibu akan mencari bantuan sebentar untuk membawa kamu ke rumah sakit."

"Iya, Bu. Lilis masih bisa bertahan kok."

Dalam keadaan panik, Bu Siti berlari tergopoh-gopoh menuju rumah Wendi yang jaraknya 100 meter dari rumah Bu Siti. Kebetulan Wendi sedang duduk santai di teras rumah sambil minum kopi.

"Assalamualaikum, nak Wendi."

"Wa'alaikum salam, Bu Siti, ada apa?"

"Tolong antar Lilis ke rumah sakit. Perutnya sakit, dan ibu sangat takut sekali."

"Ya, sudah. Tunggu sebentar. Wendi ambil kunci mobil dulu."

Wendi bergegas mengambil kunci mobil, sementara Bu Siti kembali berlari pulang. Bu Siti mencoba menenangkan Lilis yang masih kesakitan. Tidak berapa lama, mobil Wendi datang dan mereka segera membawa Lilis pergi ke rumah sakit.

Sampai di rumah sakit, Lilis segera ditangani dokter. Mereka membawa Lilis masuk ke sebuah ruang bersalin dan tidak ada yang boleh masuk.

Bu Siti dan Wendi menunggu dengan harap-harap cemas. Bu Siti cemas karena Lilis dan Desta baru saja bertengkar hebat. Mungkin saja pertengkaran mereka memicu kontraksi awal. Dan itu bisa berbahaya bagi Lilis. Karena perkiraan kelahiran Lilis masih 3 Minggu lagi.

Namun jika Allah berkehendak, anak Lilis lahir hari ini, itu juga akan menjadi berkah untuk pernikahan Lilis dan Desta. Bu Siti mencoba menghubungi Desta kembali, namun ponsel Desta masih dimatikan.

"Bu Siti, kirim pesan saja. Mungkin nanti dia baca. Jika tidak bisa, biar Wendi bantu menulis. Bu Siti berdoa saja untuk keselamatan Lilis dan bayinya."

"Silahkan nak Wendi. Terimakasih, ibu akan mengambil wudhu setelah itu berdoa agar Lilis dan anaknya baik-baik saja."

Bu Siti menyerahkan ponsel Lilis pada Wendi yang segera menyusun kata untuk mengirim pesan pada Desta.

Satu pesan terkirim, namun masih centang satu. Wendi kembali mengirim dan masih tetap sama, centang satu.

Bersambung

jangan lupa like dan koment

mkasih.

Episodes
1 Bab 1. Pertemuan
2 Bab 2. Pernikahan
3 Bab 3. Berhenti bekerja
4 Bab 4. Kerja tak nyata
5 Bab 5. Semalam tidak pulang
6 Bab 6. Hutang lagi
7 Bab 7. Lilis pingsan
8 Bab 8. Tidak pulang
9 Bab 9. Seperti pengemis
10 Bab 10. Pertengkaran
11 Bab 11. Lilis melahirkan
12 Bab 12. Bukan tanggungjawab sahabat
13 Bab 13. Tuduhan
14 Bab 14. Talak
15 Bab 15. Status tidak jelas
16 Bab 16. Ingin bekerja
17 Bab 17. Belajar memasak
18 Bab 18. Kota penuh kejutan
19 Bab 19. Pertolongan
20 Bab 20. Flashback
21 Bab 21. Usaha baru dan teman baru
22 Bab 22. Bertemu Naina
23 Bab 23. Bertemu Nathan
24 Bab 24. Perasaan Nathan
25 Bab 25. Saingan Cinta
26 Bab 26. Uang nomor satu
27 Bab 27. Kata Talak untuk Maria
28 Bab 28. Bertemu Mantan
29 Bab 29. Pura-pura menjadi calon suami
30 Bab 30. Rencana pernikahan sungguhan
31 Bab 31. Identitas Nathan
32 Bab 32. izin Bu Siti
33 Bab 33. Kejujuran Nathan
34 Bab 34. Doaku untuk cintaku
35 Bab 35. Apakah ini jawaban atas doaku
36 Bab 36. Flashback yang membuat bahagia
37 Bab 37. Menuju pernikahan
38 Bab 38. Mencari solusi tempat tinggal
39 Bab 39. Pernikahan
40 Bab 40. Bertemu Wendi
41 Bab 41. Menuju malam indah
42 Bab 42. Malam terindah
43 Bab 43. Seperti Seorang Ratu
44 Bab 44. Kenangan
45 Bab 45. Menemui Kakek
46 Bab 46. Rencana Desta
47 Bab 47. Kecewa dengan sikap Kakek
48 Bab 48. Lilis hamil
49 Bab 49. Hasil tes DNA
50 Bab 50. Beruntung memilikimu
51 Bab 51. Nathan menjadi Manajer
52 Bab 52. Tes DNA
53 Bab 53. Hasilnya ...
54 Bab 54. Meninggalkan keluarga Sugara
55 Bab 55. Menjadi pria biasa
56 Bab 56. Menjadi pelayan
57 Bab 57. Pertemuan Guntur dan Sita
58 Bab 58. Jatuh cinta ...
59 Bab 59. Kangen ayah
60 Bab 60. Janji kok malah tidur
61 Bab 61. Nafkah pertama
62 Bab 62. siasat Desta
63 Bab 63. Sombong dibalas sombong
64 Bab 64. Rencana buruk Desta
65 Bab 65. Hanya menciumnya
66 Bab 66. Setuju menikah
67 Bab 67. Kakak Sita, preman?
68 Bab 68. Naina ...dimana
69 Bab 69. Seperti orang gila mencarimu
70 Bab 70. Kecelakaan
71 Bab 71. Menjenguk Desta
72 Bab 72. Buah cinta kita
73 Bab 73. Mengungkapkan perasaan
74 Bab 74. Lahiran
75 Bab 75. Syukuran
76 Bab 76. Curhatan Sri
77 Bab 77. Menjenguk Kakek
78 Bab 78. Dua hati yang terluka
79 Bab 79. Kenapa disebut Mantan suami
80 Bab 80. Dia sudah tanda tangan
81 Bab 81. Pulang kampung
82 Bab 82. Akhir dari kesalahpahaman
83 Bab 83. Hari pertama di kampung
84 Bab 84. Pergi piknik
85 Bab 85. Permintaan mantan mertua
86 Bab 86. Flashback Nathan dan Kakek
87 Bab 87. Wahyu hilang
88 Bab 88. Kesedihan keluarga Nathan
89 Bab 89. Rasa cemburu setelah menikah
90 Bab 90. Lilis berubah
91 Bab 91. Lupakan sejenak kesedihan
92 Bab 92. Temuan polisi
93 Bab 93. Akhirnya ketemu
94 Bab 94 Sketsa penculik
95 Bab 95. Bertemu sang penculik
96 Bab 96. Kembali ke Kota
97 Bab 97. Pernikahan Guntur
98 Bab 98. Bukan anggota keluarga
99 Bab 99. Peristirahatan terakhir
100 Bab 100. Keputusan Final
101 Bab 101. Kenapa tidak mendukungku?
102 Bab 102. Rencana pindahan
103 Bab 103. Memulai lembaran baru
104 Bab 104. Flashback Dokter Pradipta
105 Bab 105. Aku juga membutuhkanmu
106 Bab 106. Saat bicara yang tepat bagi Lilis
107 Bab 107. Kembali ke rumah lama
108 Bab promosi karya baru Mengejar Cinta Casanova
109 Bab 108. Bertemu Kakek
110 Bab 109. Orang dibalik kecelakaan itu
111 Bab 110. Akhir Bahagia (End)
Episodes

Updated 111 Episodes

1
Bab 1. Pertemuan
2
Bab 2. Pernikahan
3
Bab 3. Berhenti bekerja
4
Bab 4. Kerja tak nyata
5
Bab 5. Semalam tidak pulang
6
Bab 6. Hutang lagi
7
Bab 7. Lilis pingsan
8
Bab 8. Tidak pulang
9
Bab 9. Seperti pengemis
10
Bab 10. Pertengkaran
11
Bab 11. Lilis melahirkan
12
Bab 12. Bukan tanggungjawab sahabat
13
Bab 13. Tuduhan
14
Bab 14. Talak
15
Bab 15. Status tidak jelas
16
Bab 16. Ingin bekerja
17
Bab 17. Belajar memasak
18
Bab 18. Kota penuh kejutan
19
Bab 19. Pertolongan
20
Bab 20. Flashback
21
Bab 21. Usaha baru dan teman baru
22
Bab 22. Bertemu Naina
23
Bab 23. Bertemu Nathan
24
Bab 24. Perasaan Nathan
25
Bab 25. Saingan Cinta
26
Bab 26. Uang nomor satu
27
Bab 27. Kata Talak untuk Maria
28
Bab 28. Bertemu Mantan
29
Bab 29. Pura-pura menjadi calon suami
30
Bab 30. Rencana pernikahan sungguhan
31
Bab 31. Identitas Nathan
32
Bab 32. izin Bu Siti
33
Bab 33. Kejujuran Nathan
34
Bab 34. Doaku untuk cintaku
35
Bab 35. Apakah ini jawaban atas doaku
36
Bab 36. Flashback yang membuat bahagia
37
Bab 37. Menuju pernikahan
38
Bab 38. Mencari solusi tempat tinggal
39
Bab 39. Pernikahan
40
Bab 40. Bertemu Wendi
41
Bab 41. Menuju malam indah
42
Bab 42. Malam terindah
43
Bab 43. Seperti Seorang Ratu
44
Bab 44. Kenangan
45
Bab 45. Menemui Kakek
46
Bab 46. Rencana Desta
47
Bab 47. Kecewa dengan sikap Kakek
48
Bab 48. Lilis hamil
49
Bab 49. Hasil tes DNA
50
Bab 50. Beruntung memilikimu
51
Bab 51. Nathan menjadi Manajer
52
Bab 52. Tes DNA
53
Bab 53. Hasilnya ...
54
Bab 54. Meninggalkan keluarga Sugara
55
Bab 55. Menjadi pria biasa
56
Bab 56. Menjadi pelayan
57
Bab 57. Pertemuan Guntur dan Sita
58
Bab 58. Jatuh cinta ...
59
Bab 59. Kangen ayah
60
Bab 60. Janji kok malah tidur
61
Bab 61. Nafkah pertama
62
Bab 62. siasat Desta
63
Bab 63. Sombong dibalas sombong
64
Bab 64. Rencana buruk Desta
65
Bab 65. Hanya menciumnya
66
Bab 66. Setuju menikah
67
Bab 67. Kakak Sita, preman?
68
Bab 68. Naina ...dimana
69
Bab 69. Seperti orang gila mencarimu
70
Bab 70. Kecelakaan
71
Bab 71. Menjenguk Desta
72
Bab 72. Buah cinta kita
73
Bab 73. Mengungkapkan perasaan
74
Bab 74. Lahiran
75
Bab 75. Syukuran
76
Bab 76. Curhatan Sri
77
Bab 77. Menjenguk Kakek
78
Bab 78. Dua hati yang terluka
79
Bab 79. Kenapa disebut Mantan suami
80
Bab 80. Dia sudah tanda tangan
81
Bab 81. Pulang kampung
82
Bab 82. Akhir dari kesalahpahaman
83
Bab 83. Hari pertama di kampung
84
Bab 84. Pergi piknik
85
Bab 85. Permintaan mantan mertua
86
Bab 86. Flashback Nathan dan Kakek
87
Bab 87. Wahyu hilang
88
Bab 88. Kesedihan keluarga Nathan
89
Bab 89. Rasa cemburu setelah menikah
90
Bab 90. Lilis berubah
91
Bab 91. Lupakan sejenak kesedihan
92
Bab 92. Temuan polisi
93
Bab 93. Akhirnya ketemu
94
Bab 94 Sketsa penculik
95
Bab 95. Bertemu sang penculik
96
Bab 96. Kembali ke Kota
97
Bab 97. Pernikahan Guntur
98
Bab 98. Bukan anggota keluarga
99
Bab 99. Peristirahatan terakhir
100
Bab 100. Keputusan Final
101
Bab 101. Kenapa tidak mendukungku?
102
Bab 102. Rencana pindahan
103
Bab 103. Memulai lembaran baru
104
Bab 104. Flashback Dokter Pradipta
105
Bab 105. Aku juga membutuhkanmu
106
Bab 106. Saat bicara yang tepat bagi Lilis
107
Bab 107. Kembali ke rumah lama
108
Bab promosi karya baru Mengejar Cinta Casanova
109
Bab 108. Bertemu Kakek
110
Bab 109. Orang dibalik kecelakaan itu
111
Bab 110. Akhir Bahagia (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!